Sepertinya, Ayah Jaehyun memang tidak ditakdirkan untuk memiliki banyak waktu untuk bermesraan bersama Bunda Renjun. Buktinya saja sekarang mereka sedang dipusingkan dengan ringisan si kembar.
Entah apa yang sebenarnya terjadi. Tadi sore, mereka berdua masih lari-larian di anak tangga sambil membawa mobil mainan baru. Namun, sekarang justru manjanya minta ampun.
Bisa saja Nana dan Nono sekongkol, tapi apa mungkin anak usia empat tahun paham kelicikan begitu?
"Nono ndak mau cucu!" pekiknya kala melihat Ayah mengambil susunya.
Eh, yang benar saja? Si kembar kan masih doyan minum susu. Tidak mungkin dalam waktu beberapa jam langsung tidak suka. Sore tadi, Jaehyun masih membuatkan si kembar di gelas masing-masing.
"Nana ndak cuka! Hiks .... Ndaa!!!" tangisnya pecah dalam pelukan Renjun.
Dua buntalan gemas itu sedang memeluk Renjun seolah tiada hari esok. Jaemin yang merebahkan tubuh di sebelah kanan Kanan Renjun dan Jeno di sebelah kiri.
Sudah satu jam mereka merengek seperti itu. Bilang kepalanya pusing, hidungnya mampet, dan tenggorokan sakit.
Renjun ingat betul bahwa seharian ini tak memberikan makanan dan minuman yang memicu sakit.
"Yang, anak-anak kenapa, yah?" tanya Renjun pada Jaehyun yang kembali duduk di sebelah Jaemin.
"Nggak tahu, aku aja baru pulang kerja. Nana, bangun dulu, Nak. Bobok di atas Ayah saja, oke?" tawarnya.
Sebenarnya, Jaehyun ingin bermesraan dengan Renjun dengan cara memindahkan salah satu anaknya ke tubuhnya. Agar dia bisa menumpahkan kepala di bahu Renjun.
Duh, sama anaknya saja cemburu dan tidak rela berbagi. Jung Jaehyun!!
"Nono, tadi makan mamam apa?" Jaehyun bertanya pada Jeno.
Bisa saja bertanya pada Nana, tapi anak bungsunya itu sedikit lebih nakal dan yah ... pintar mengarang cerita. Berbeda dengan Jeno yang apa adanya dalam bercerita.
Kepala Jeno menoleh pada sang adik yang sedang memeluk tubuh Jaehyun kencang. "Emm, tidak, Yayah. Ndak tauu ...," balas Jeno.
Jaehyun menghela napas, dia tahu bahwa Jung Jeno sedang berbohong. Terlihat dari gelagat tubuh dan matanya. Menyiratkan rasa ketakutan.
Sepertinya memang dua anaknya telah melakukan sesuatu dan berjanji untuk merahasiakannya. Jaehyun tak mampu memarahi, anaknya terlalu lucu membuatnya tak tega.
"Kalau tidak tahu kenapa Nono dan Nana pusing dan demam?" Kali ini Renjun yang bertanya. Tangannya mengelus punggung Jeno.
"Hiks .... Yayah, puciing," tangis pecah Jaemin.
Renjun yang memangku Jeno pun kepanikan. Tak lama, Jeno ikut menangis. Entah mengapa melihat kembaran mengeluarkan air mata, membuat Jeno ikut melakukan hal sama.
"Janji ndak natal lagi, Yayah ...."
Jaehyun mengerutkan kening. Nakal apa?
"Nana dan Nono meminum ail."
"Huks .... Tidak natal lagi. Ndak mau minum ail klan Yayah untuk memandikan mobil," perjelas Jeno dengan suara patah-patah akibat menangis.
Ya ampun! Bunda Renjun menepuk keningnya. Ada-ada saja kelakukan anaknya ini.
Tadi sore, si kembar memang mandi di depan garasi. Tempat di mana Jaehyun sering mencuci mobilnya. Renjun ingat bahwa dua anaknya bermain air kran di sana, bahkan menanyakan rasa air tersebut.
Dua kali, Renjun memperingati si kembar agar tak meminum air tersebut. Namun, sepertinya ucapannya tak dilaksankan. Larangan adalah perintah bagi si kecil Jung.
"Ya sudah, Nono dan Nana harus minum obat biar sembuh. Ayah, tolong ambilkan!"
"Nda, Nono akal cekali hali ini?" tanya Jeno berkaca-kaca.
Jaehyun meletakkan Jaemin di sebelah Renjun lagi, lalu keluar dari kamarnya. Mengambil obat dan susu.
"Nono, Nana. Kan Bunda sudah bilang tadi kalau jangan meminum airnya. Jadinya kalian sakit. Aduh, gantengnya Bunda. Ga bole lagi, ya!"
"Nana suka kalau melihat Bunda bersedih? Nono juga suka kalau Yayah marah?"
Kepala si kembar menggeleng ribut. Tangisnya yak henti-henti.
"Maaff, Nda," ucap serempak.
Renjun tersenyum tipis, bergantian mengelus pucuk kepalanya sang anak dengan sayang. "Jangan diulangi, jagoan!"
"Nana ndak mau lagi. Pucing, hiks ...."
"Nono juga. Hali ini natal ndak mendengalkan Ndana belbicala," tutur Jeno.
Ulas senyum Renjun terbit. "Iya, besok jangan lagi. Nana dan Nono sudah berjanji pada Bunda untuk tidak nakal." Tak lupa memberikan pelukan agar tenang.
Jaehyun yang baru sampai di depan pintu pun sedikit kaget kala melihat tiga dunianya berpelukan tanpa celah.
"Kok Ayah ngga diajak?"
"Noo!! Yayah ndak boleh ikut. Nyanya dan Nyonyo caja!!"
***
Setelah drama si kembar merengek karena sakit. Kini, keduanya telah terlelap setelah meminum obat penurun panas.
Namun, Jaehyun dan Renjun masih terjaga melihat kedua buah hatinya. Sebab keduanya mudah terbangun akibat sakit.
"Sayang, sekarat giliran aku yang dimanja," bisik Jaehyun agar tak membangunkan tidur sang anak.
Renjun memutar bola mata jengah. Suaminya ini melebihi si kembar kalau masalah minta dimanja. Dikasih hati, minta jantung.
"Jae, kamu istirahat dulu. Nanti gantian jaga si kembar."
"Mau cium dulu, yang lama. Kangen ini aku!" kata Jaehyun sambil memajukan bibir ke depan.
Renjun mencubit bibir Jaehyun. "Tidur, Jaehyun! Jangan rewel kayak anak-anak."
"Iyaa, tapi ciuman dulu!"
Kepala Renjun menggeleng. "Cium apaan. Mana ada cium!"
Jaehyun terkekeh geli, "He-he-he. Sayang, mau buatin adek untuk si kembar?"
Plak!
Renjun taj menjawab ucapan Jaehyun, tapi melayangkan tampar di mulut suaminya. "Minimal ga cemburu ke anak!" Lalu turun dari ranjang guna membersihkan tubuhnya.
=============
Typo mohon maklum, ya.
Next~>
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Cemara||•Jαёгεη [Finish✓]
أدب الهواةCerita ini tentang βυηdα Язпjцп dan Αγαh Jәёнγυη. Jika kalian tidak suka, silakan pergi dari lapak ini! Pintu masuk dan keluar terbuka lebar. Jika suka, mohon tinggalkan jejak berupa vote dan komen guna keberlangsungan cerita. bxb! nct! (15+) _Jαεг...