✿ HAPPY READING ✿
.
.
."Kita tak bisa membiarkan hubungan persaudaraan kita merenggang hanya karena rasa curiga yang tak berdasar."
-Javran Nathanio Elkana-
***
Suara-suara ramai berdengung bak kawanan lebah terdengar di seluruh penjuru SMA Yudhistira. Ujian Akhir Semester ganjil baru saja berakhir dan para murid keluar dari ruang kelasnya dengan wajah-wajah sumringah. Mereka seolah baru saja menghilangkan beban berat di pundak.
Setelah selesai melakukan ujian akhir seperti ini, para murid akan lebih banyak menggunakan waktu mereka untuk bersantai. Menenangkan pikiran sejenak setelah berkutat dengan berbagai soal yang memusingkan. Sedangkan anggota OSIS akan menjadi murid yang paling sibuk di antara murid lainnya. Mereka akan sibuk mempersiapkan dan mengurus kegiatan class meeting yang rutin dilakukan setiap selesai ujian akhir semester.
Di antara hiruk-pikuk para murid yang mulai meninggalkan pelataran sekolah, Auris, Alina, dan Fara nampak duduk dengan manis di tepian lapangan dan menonton anak basket yang tengah asyik bermain basket di lapangan sana.
Tak banyak murid yang menonton. Sebagian besar dari mereka lebih memilih untuk segera pergi dari sekolah dan menghabiskan hari dengan bersenang-senang.
"GOTCHA!! YEAY!!" Fara memekik senang begitu melihat Andra memasukkan bola ke dalam ring. Gadis itu tidak memilih-milih orang untuk ia dukung. Dia bilang, dia hanya mendukung mereka yang menang. Dan siapapun yang berhasil memasukkan bola ke dalam ring, Fara pasti akan berteriak dengan senang.
"Lanjut?" tanya Andra kepada Javran.
"Capek, sih, gue," balas Javran.
"Yaudah, lanjut besok, dah, kalau gitu," ujar Vino berpendapat yang kemudian diangguki oleh Javran, Andra, Raihan, dan... Raka.
Satu bulan telah berlalu sejak Raka pindah ke sekolah ini. Tak banyak yang terjadi di antara Javran dan Auris dengan cowok itu. Mereka bahkan terlihat semakin akrab satu sama lain. Awalnya, Raka memang terlihat memiliki pikiran yang sama dengan Artha namun semakin hari Javran tak melihat ada yang mencurigakan dari Raka.
Javran telah lama mengenal Raka. Dan ia tak bisa menaruh curiga begitu saja pada Raka tanpa adanya bukti. Ia juga tak bisa membiarkan hubungan persaudaraannya dengan Raka merenggang hanya karena rasa curiga yang tak sama sekali tak ada benarnya. Lagi pula, jika Raka benar-benar memberi tahu Artha bahwa Auris masih hidup, laki-laki itu pasti akan bergerak cepat untuk mencelakai Auris. Namun sejauh ini tak ada hal buruk yang terjadi.
"Guys, guys, guys!" seru Fara sembari berjalan cepat menuju lapangan.
"Hayuk makan-makan!" ajaknya dengan penuh semangat.
"Nggak ada ajakan lain selain makan? Lo tiap ngajak makan mulu. Sekali-kali ngajak healling, kek," tanggap Vino begitu mendengar ajakan Fara.
"Kalau lo kagak mau yaudah," balas Fara.
"Lo gimana, Han?" tanya Javran meminta pendapat dari Raihan.
"Gue ada rapat OSIS, sih, tapi-"
"Alah! Lagian juga rapatnya besok, kan?" potong Fara cepat yang membuat Raihan tersenyum tipis.
Fara tiba-tiba tersenyum lebar. Ia menatap Raihan dengan tatapan terpesona. "Sumpah, Han! Lo kalau senyum gini ternyata cakep juga, ya!"
Bukannya salah tingkah, senyum di wajah Raihan justru kembali surut. Wajahnya kembali terlihat datar tanpa ekspresi seperti biasa.
"Kek nggak pernah liat Raihan senyum aja lo," tanggap Alina yang berdiri di sebelah Fara.
"Emang nggak pernah," balas Fara cepat. "Btw, Auris sama lo juga anggota OSIS, kan," ujar Fara lagi.
Javran, Raihan, Alina, Vino, serta Fara sontak mencari keberadaan gadis itu. Dan tatapan kelima pasang mata mereka sontak terpaku begitu mendapati ternyata Auris tengah duduk berdua bersama Andra di tepian lapangan. Entah apa yang tengah mereka bicarakan namun keduanya terlihat asyik.
"WOI! KERTAS PUTIH YANG BIASANYA BUAT FOTOCOPY ITU NAMANYA HTS, YA?!" Vino tiba-tiba berseru dengan keras.
"HVS, BEGO!" Fara berseru tak kalah kerasnya dari Vino. Namun suara keduanya berhasil mengalihkan perhatian Andra dan Auris. Kedua orang itu terlihat kikuk begitu menyadari teman-temannya telah menatap ke arah mereka.
"Minimal jadian, lah. Hts-an mulu, nggak capek apa?" sindir Vino.
"Yoi! Mana dipepet mulu nggak dikasih kepastian, jangan mau sama cowok kek gitu, bestie!" Fara kembali berseru.
"Ekhem!" Andra berdehem pelan untuk mengusir rasa kikuknya. Cowok itu kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah teman-temannya. Begitu juga dengan Auris.
"Kalau lo capek nggak dikasih kepastian, mending sama gue aja, Ris," ujar Javran begitu keduanya berdiri di dekatnya.
"Dih, apaan, kagak mau gue sama lo," respon Auris dengan cepat.
"Jadi lo lebih milih yang nggak pasti daripada yang udah pasti?" sindir Javran sembari melirikkan ekor matanya ke arah Andra yang berdiri di sebelahnya.
Andra memutar bola matanya dengan malas. "Gue mau nyari makan, kalian mau kagak?" tanyanya mengalihkan topik pembicaraan.
"Alah! Ngapain ngalihin topik pembicaraan lo?" protes Vino.
"Mau kagak? Kalau enggak yaudah," balas Andra.
"Mau, lah! Ya kali enggak." Vino menjawab dengan senyum lebar terpampang di wajahnya. Mereka kemudian beranjak pergi meninggalkan lapangan.
Namun, langkah Javran terhenti sejenak. Kedua matanya nampak mencari seseorang dan ia langsung berteriak begitu menemukannya. "Raka! Buruan!"
***
Part ini dikit ajaa yaa biar pada cepet bacanya wkwk, btw jangan lupa ninggalin jejak yaa guysss
Thank for reading, all ♡
***
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
The False Reality (TELAH TERBIT)
Fiksi RemajaHirap. Segala hal yang telah berlalu kini perlahan hirap ditelan masa. Menyisakan segala kehancuran yang abadi dalam ingatan setiap orang yang melaluinya. Luka akan kehancuran, luka akan kehilangan, semuanya akan tetap abadi meski sekeras apapun ber...