Chapter Nineteen

39 19 9
                                    

HAPPY READING
.
.
.

"Mari sembuh dari segala rasa trauma yang membuat kita terjebak dalam keterpurukan."

-Javran Nathanio Elkana-

***

Bandung, 27 Juni 2018

Sebuah mobil ambulance yang baru saja berhenti di depan rumah sakit berhasil membuat ricuh keadaan rumah sakit. Dua orang korban kecelakaan segera dilarikan ke rumah sakit untuk segera ditangani.

Dua anak perempuan berumur dua belas tahun. Salah satu dari anak tersebut gagal terselamatkan setelah melalui operasi. Dapat dikatakan operasi tersebut gagal dan nyawa anak tersebut tak terselamatkan. Sedang satu anak lainnya masih terbaring tak sadarkan diri di salah satu bilik kamar inap rumah sakit.

Lukanya tak terlalu berat, dan kemungkinan besar anak tersebut selamat.
Seorang wanita paruh baya nampak duduk di sebelah brankar dimana anak perempuan itu berbaring. Wajahnya terlihat begitu cemas. Ia berharap besar putrinya akan segera sadarkan diri.

"Drrt! Drrt!"

Suara getar yang berasal dari ponsel miliknya membuat Leya- wanita paruh baya itu- mengalihkan atensinya. Sebuah pesan yang ia dapat barusan berhasil membuat amarahnya membuncah. Tanpa ingin membalas pesan tersebut, Leya beralih menelepon laki-laki yang barusan mengiriminya pesan. Nada sambung ketiga, panggilan suara tersebut terjawab.

"Bener-bener gila kamu, ya?!" sentak Leya penuh emosi. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela. Ia menatap rinai hujan yang masih turun dengan deras di luar sana.

"Santai, sayang. Kenapa kamu marah-marah, hm?" Artha- suami Leya- berkata dengan santai dari seberang sana.

"Sudah kubilang jangan sentuh anakku!"

"Kenapa? Mereka juga anakku," balas Artha.

"Kamu-"

"Dan karena mereka adalah anakku, maka aku juga berhak membunuhnya, bukan?"

Mendengarnya, Leya sontak menggertakkan giginya dengan penuh amarah. Ia mencengkram ponselnya dengan kuat. "Mereka memang anak kita, tapi, kamu nggak pantas jadi ayah mereka."

"Memang begitu, karena sampai kapanpun juga, Hilda bukanlah anakku. Aku tidak menginginkannya sejak ia lahir dan sampai sekarang pun begitu. Jadi, aku akan sangat bersyukur jika hari ini ia benar-benar mati."

"Bajing*an. Kamu yang nabrak dia, hah?"

Terdengar suara tawa dari seberang sana dan hal itu membuat amarah Leya semakin membuncah. "Lihat saja, kebusukan kamu itu pasti akan terungkap!"

"Silahkan saja cari semua bukti bahwa aku orang yang menabrak Hilda, maka ku pastikan waktumu akan terbuang sia-sia."

Leya mencengkram ponselnya semakin erat. Artha memiliki banyak anak buah dan semuanya sangat patuh pada Artha. Mereka akan melakukan apapun yang Artha inginkan bahkan menghilangkan nyawa seseorang sekalipun.

Artha Pradita, suami Azehra Leya, ayah kandung dari Javran Nathanio Elkana dan Hilda Steaphanie Elkaza, adalah seorang laki-laki yang begitu membenci perempuan bahkan putrinya sekalipun. Ia hidup dengan tak layak saat ia masih kecil karena ayahnya telah meninggal dan ibunya pergi meninggalkannya entah kemana. Sejak saat itu ia memiliki kebencian yang mendalam kepada ibunya dan pandangannya terhadap perempuan berubah menjadi kebencian.

The False Reality (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang