31-Berkunjung

1.1K 138 34
                                    

Nanda tak menduga jika 'secepatnya' yang dimaksud Janu akan secepat ini. Hanya berselang seminggu sejak Kaisar keluar dari rumah sakit, pria itu benar-benar datang ke rumah opanya untuk meminta restu. Hanya acara sederhana dan tanpa hal neko-neko, tapi Nanda senang karena semakin yakin jika Janu memang serius dengan mamanya.

Setelah obrolan serius itu berakhir, mereka melanjutkan obrolan-obrolan ringan. Sementara tiga anak laki-laki yang mulai bosan, kini berada di halaman belakang rumah Hasbi. Kaisar girangnya bukan main saat melihat hamparan kolam ikan yang baginya sangat luas.

"Abang, ayo kita mancing!" Kaisar menarik tangan Nanda dan Haidar, mengajak mereka menuju tepian kolam.

"Nggak dipancing, Kai. Kalo mau nangkep ikannya bisa pakai seser," ucap Nanda seraya mengambil sebuah jaring yang biasa digunakan untuk menangkap lele. "Nah, pakai ini. Mau coba?"

"Mau mau!" Kaisar mengambil alih jaring di tangan Nanda, kemudian berdiri di tepi pembatas kolam. "Ih Abang, nggak nyampe," gerutunya saat tangan anak itu tak dapat mencapai permukaan air dengan maksimal.

Nanda tertawa melihatnya. Ia menempatkan diri di belakang Kaisar, menjaga anak itu agar tidak terperosok ke kolam karena berjinjit-jinjit. Lantas tangannya membantu Kaisar mengais air kolam, membuat beberapa lele tertangkap oleh jaring yang ia pegang.

"Wah, besar banget ikannya!"

"MAKANAN DATANGGG!"

Kaisar sejenak menoleh ke samping, mendapati Haidar menaburkan pakan lele ke permukaan kolam. Ikan-ikan yang lekas bermunculan dan berebut pakan, seketika membuat Kaisar menatapnya penuh takjub.

"Woahhhh, ikannya kelihatan semua. Satu, dua, tiga, seratus, dua ratus ... ada lima ratus, Abang!"

"Dih, tau-tauan! Ngarang kamu," cibir Haidar selagi menertawakan tingkah Kaisar, begitupun dengan Nanda yang juga tengah tergelak.

"Beneran, Kai bisa hitung cepat loh!" Kaisar masih menatap takjub pada kolam, sampai akhirnya menoleh pada Haidar dan menadahkan tangan. "Mau makanannya, Kai mau kasih makan juga."

Haidar memberikan sedikit pakan yang ia genggam ke tangan mungil Kaisar. "Kasihnya ke kolam yang sebelah, biar bagi-bagi sama yang lain."

"Okay!" Kaisar berpindah ke kolam sebelah, lantas menaburkan pakan ke air. "Woahhh, seru bangetttt."

Nanda tak habis tersenyum menatap keantusiasan Kaisar. "Lo nggak pernah ngajakin Kai eksplor dunia hewan apa? Girang banget anaknya," ucap Nanda pada Haidar yang berdiri bersisian dengannya.

"Dia aja yang emang kebanyakan gula, segala hal diantusiasin. Gue sering ajakin Kai mancing kok sama Ayah. Kapan-kapan kita mancing bareng, yak!"

"Okelah, bisa diatur." Nanda kembali mengajak Kaisar menyerok lele dengan jaring. Setelah mendapat ikan, mereka meletakannya diember yang sudah Haidar isi dengan air. "Nanti bawa pulang ya, minta Bibi buat masakin. Kai suka lele goreng kan?"

Kai mengangguk. Anak itu sedang berjongkok sambil mengamati ikan di dalam ember. Bunyi kecipaknya membuat ia merasa gemas. "Tapi Kai mau pelihara aja lelenya. Nanti Kai taruh di akuarium yang besar yang punya Ayah itu ya, Bang."

"Mana bisa begitu, Bocilll." Haidar menepuk keningnya. "Kalo mau piara nanti di luar aja, suruh Pak Joko bikinin kolam dulu."

"Kalo mau pelihara lelenya, nanti Bang Nanda ambilin yang masih kecil aja ya? Yang ini biar dimasak aja sama Bibi, oke?"

"Ohh oke, Kai juga nggak berani kalo udah gede. Yang kecil aja ya, Bang?"

Nanda mengangguk, mengacak rambut Kaisar dengan gemas. Hidup bertahun-tahun menjadi anak tunggal, Nanda sangatlah kesepian. Ia tak menyangka jika memiliki adik akan semenyenangkan ini. Entah kenapa, rasanya Nanda selalu ingin menyenangkan hati Kaisar. Mungkin Haidar pun merasakan hal yang sama, sehingga lelaki itu mampu menerima Kaisar dengan segala kekurangannya.

Ananda✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang