34-Sakit yang Tak Usai

1.2K 183 59
                                    

Nanda duduk di lantai selagi memberi makan pada kedua kucingnya. Tangan lelaki itu membelai bulu lembut mereka dengan penuh sayang. Sembari menunggu kedua kucingnya makan, Nanda mengambil paket yang baru ia terima dari kurir. Ia membukanya dengan bantuan gunting.

"Coba tebak, Papa beli apa buat kalian?" tanya Nanda selagi berusaha mengurai tebalnya bungkus paket.

"Mainan? Bukan dong, kan mainan kalian udah banyak," ucap Nanda, meski dua kucing itu seperti tak menghiraukannya sama sekali. Mereka masih sibuk dengan makanan.

Nanda akhirnya berhasil membuka bungkus paket. Ia tertawa melihat baju-baju dan aksesoris kucing yang sangat lucu. Warnanya juga beragam dan Nanda tak sabar memakaikannya pada Dadang dan Dudung. Sembari menunggu kucingnya selesai makan, Nanda lebih dulu membaca tutorial untuk menggunakan barang-barang itu.

"Dadang sama Dudung pakai baju baru dulu, ya? Kalo pake ini kalian bakal kelihatan makin imut," ucap Nanda selagi memakaikan baju berwarna kuning ke Dadang. Lanjut memakaikan warna hijau untuk Dudung. Ia cukup kesulitan karena Dudung beberapa kali menolak. Tapi Nanda menunggu dengan sabar, tak ingin pula memaksa yang malah akan menyakiti kucingnya.

Nanda sangat terhibur melihat keimutan dua kucingnya. Ia ingin memakaikan pula aksesori yang beragam, tapi sedikit tidak tega karena dua kucing laki-laki itu mungkin akan terlihat cantik. "Lucunyaaaa. Sebentar ya, Papa mau ambil kamera dulu. Kalian jangan ke mana-mana!"

Nanda bergegas mencari kamera miliknya untuk mengabadikan momen. Ia menuju kamar, menelisik setiap sudut untuk menemukan kameranya. Namun, Nanda tak mendapatinya di mana pun. Ia mencoba mengingat-ingat, dan terakhir kali sepertinya ia membawa benda itu saat berkunjung ke Jogja.

Nanda kembali menemui kucing-kucingnya, tak begitu memedulikan kamera. Toh ia bisa memotretnya menggunakan ponsel. Namun karena masih penasaran, Nanda berpikir untuk menanyakannya pada Haidar. Mungkin kameranya ada pada lelaki itu. Sekalian juga ia ingin memperlihatkan penampilan baru kucing-kucingnya pada Kaisar. Bocah itu pasti akan senang.

"Bu Gina, Nanda mau main dulu ke rumah Haidar, ya?" pamit Nanda pada asisten rumah tangganya yang sedang membersihkan dapur.

"Jangan jauh-jauh ya, Mas, soalnya Ibu Airin pesen Mas Nanda jangan dibolehin keluar lama."

"Enggak kok, Bu, cuma di rumah Haidar aja." Setelah diizinkan, Nanda bergegas keluar bersama dua kucingnya.

Kedatangannya ke rumah Haidar disambut hangat oleh ART yang membukakan pintu. Ia hanya membawa kucingnya sampai teras, sebab Haidar mungkin sudah pulang dari sekolah. Jika tahu ia masuk membawa kucing-kucingnya, lelaki itu mungkin akan mengomel.

Nanda sempat bertemu Kaisar dan memamerkan penampilan baru kedua kucingnya. Setelahnya, ia berniat menghampiri Haidar yang sedang ada di ruang makan. Ia meninggalkan kucingnya di teras bersama Kaisar, tak ingin menganggu Haidar yang sedang nikmat menyantap makanan.

"Baru pulang, kah? Kok sore amat, habis ngapain aja?" tanya Nanda kala melihat Haidar masih mengenakan seragam pramuka. Ia berasumsi jika Haidar baru pulang saat jam kini sudah menunjukkan nyaris pukul 5 sore.

"Kan gue ikut pramuka, Cil. Terus tadi juga ada sedikit masalah sama pengurus OSIS," jawab Haidar yang baru menyelesaikan makan. Ia mengambil segelas air dan meneguknya hingga tandas.

"Masalah apaan?"

"Biasalah, masalah organisasi. Mau kolaborasi ngadain event tapi banyak misscom-nya."

Nanda hanya mengangguk, tak begitu paham dengan masalah itu. "Eh, kamera gue ada di elo nggak?"

"Kamera yang mana?"

Ananda✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang