17-Hari Baik

1.5K 186 44
                                    

Haidar dan Valda sedang ribut kecil di tempat parkir rumah sakit. Tadinya, mereka hendak memberikan kejutan pada Nanda. Kemarin adalah pengumuman lomba film pendek yang mereka ikuti, dan tim mereka berhasil meraih juara pertama. Sayangnya, sebuah papan berbahan sterofoam yang merupakan hadiah simbolis kemenangan mereka, kini terbelah menjadi dua akibat Valda tidak hati-hati.

"Gimana dong? Kamu sih naik motornya kenceng banget! Lagian panitianya nggak modal banget, masa pakek sterofoam tipis gini." Valda tak henti menggerutu sembari memandangi papan sterofoam di tangannya.

Sementara Haidar akhirnya hanya dapat menghela napas. Padahal papan itu terbelah saat ia sudah memarkirkan motor, tetapi Valda menyalahkannya dengan alasan tadi. Haidar terima saja, perempuan memang tidak pernah salah.

"Kita cari perekat dulu aja yuk? Sini aku yang bawa, kamu bawa ini aja." Haidar mengambil alih papan di tangan Valda, kemudian menyerahkan paperbag berisi beberapa camilan untuk Nanda.

"Udahlah, Yang, nggak usah disatuin sterofoam-nya. Ini masih bisa kita lurusin gini, kan yang penting kertasnya juga masih nempel, masih bisa dibaca."

"Ya udin ayok masukkkk, kenapa dari tadi malah ribut nyalahin aku sama panitia lomba?" Haidar gemas sendiri melihat Valda yang malah terkekeh tanpa dosa.

"Habisnya kamu sih, jadinya kan nggak estetik gini," ucap Valda selagi berjalan bersisian dengan Haidar menuju ruang rawat Nanda.

Setelah sampai, Haidar membuka pintu dengan pelan. Di dalam sana ada Risma dan Hasbi yang sedang bergantian dengan Airin untuk menjaga Nanda.

Sebenarnya kalau dengan oma dan opanya Nanda itu, Valda sedikit canggung. Namun karena ada Haidar, ia tidak perlu khawatir. Bahkan pacarnya itu tampak sudah sangat akrab dengan Hasbi di hari pertama pertemuan mereka.

"Assalamu'alaikum." Haidar mengucap salam dan memasuki ruangan usai meletakkan sepatu di rak. Valda mengekor di belakangnya, membawa papan tadi yang ia sembunyikan di belakang tubuh.

"Eh, ada Haidar sama mbak pacarnya. Baru pulang sekolah, Nak?" Hasbi menyambut kedatangan kedua remaja itu dengan hangat. Ia menerima uluran salam dari mereka.

"Iya, Opa. Mau kasih kejutan ke Nanda, hehe." Haidar mengalihkan pandangan pada Nanda yang sedang disuapi makan oleh Risma. "Nan, kita punya kejutan buat lo."

"Kejutan apa?" Nanda memandang mereka dengan raut penuh tanya.

"Lo tutup mata dulu dong," pinta Haidar. "Maaf ya, Oma," ucapnya pada Risma, takut jika wanita itu terganggu.

Nanda menurut untuk menutup matanya. Sesuai dengan perintah Haidar, ia kembali membuka mata saat Haidar menyelesaikan hitungan ke tiga.

"Tadaaaa ...." Haidar dan Valda bersorak bersama dan memperlihatkan papan yang menunjukkan bahwa tim film pendek mereka berhasil mendapat juara pertama. Senyum lebar terpatri di wajah mereka selagi menunggu reaksi Nanda.

Nanda masih berusaha mencerna dan membaca kalimat di papan itu dengan perlahan. Sayangnya, ia tidak memiliki hasrat untuk bersorak heboh seperti kedua kakak kelasnya itu. Ia bingung.

"Itu apa?"

Haidar dan Valda sedikit melunturkan wajah sumringah mereka. Keduanya saling tatap karena tidak menduga jika Nanda akan bereaksi sedatar itu.

Haidar mengambil papan yang dipegang Valda, lantas mendekati Nanda dan duduk di tepi ranjang. Ia menyerahkan papan itu di pangkuan Nanda agar lelaki itu lebih leluasa untuk membacanya.

"Kita menang lomba film pendek, Nan. Tim kita juara satu dan semua itu nggak akan terjadi tanpa usaha dari lo. Lo hebat banget pokoknya. Tadi kita mau bawa trofinya juga, tapi nggak jadi soalnya tinggi banget. Ntar lo lihat sendiri aja ya kalau udah masuk sekolah?"

Ananda✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang