CHAPTER THREE

583 17 3
                                    

..



Cuaca cukup cerah. Namun Aom tampak begitu gelisah dengan keadaannya. Selain hari ini adalah ujian pertama, hal lain juga membuatnya gugup. Setelah apa yang terjadi di rumah Peach, bagaimana ia bisa bertemu dengan lelaki itu hari ini?"Ah, aku tidak sanggup untuk melihat wajahnya" Gumamnya bergetar. Sesekali menghela nafas, menggigit bibir bawahnya seraya berjalan menuju sekolah.

Entah kenapa ia berharap bahwa tak akan bertemu Peach hari ini,"Aom? Aom!" Gadis itu tersentak. Ketika seseorang memanggilnya dengan langkah kaki tergesa dari belakang. Ia berbalik dan melihat Peach berlari ke arahnya. Wajahnya terlihat memerah,

"Aku harus menahannya, harus menahannya" Ucapnya dalam hati seraya menelan ludah. Debaran jantungnya terdengar mengencang. Semakin kencang sehingga ia pikir Peach akan mendengarnya jika berada didepan Aom,"Kenapa kau tidak menungguku seperti biasa?" Ucap lelaki itu terengah. Mencoba mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum bicara banyak. Sedikit membungkuk karena kelelahan, "Kau baik baik saja?" Tanya Aom sedikit khawatir.

Peach mengangguk, seraya mengangkat tubuhnya kembali. Mengambil sesuatu dari tasnya dan mengulurkan sebuah buku, "Ini bukumu yang tertinggal dirumahku kemarin"

"Ah, benarkah?" Aom tampak terkejut seraya mengambil buku itu dari tangan Peach. Melirik lelaki itu sejenak, "Terima kasih" Lanjutnya kemudian tersenyum lebar. Peach menatap Aom sejenak karena ia mengingat kejadian kemarin.Aom yang sadar mata Peach tak berhenti menatapnya. Ia kembali berbalik,

"Ayo jalan, kita akan terlambat jika tidak cepat cepat" Alihnya berjalan mendahului. Peach melengkungkan bibirnya tersenyum puas. Ia tau bahwa Aom terlihat masih memikirkan hal yang sama dengannya. Lelaki itu memutuskan untuk berjalan dibelakangnya.

Masih tak berani untuk melanjutkan sikap agresifnya yang kemarin hampir membuat sebuah ciuman terjadi.Tak berapa lama setelah itu mereka sampai ke gerbang sekolah. Tanpa melirik sekalipun kebelakang Aom berjalan lurus ke arah tangga,

"Aom, aku ke perpustakaan dulu" Ujar Peach, mencoba menghindar karena sepertinya Aom tak nyaman berada didekatnya saat ini.Gadis itu menoleh, diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk paham. Kembali menaiki tangga dengan tergesa.

Sebenarnya ia menahan dirinya untuk tidak terlihat gelisah, namun yang ada hal itu terlihat jelas saat ini.Ketegangannya hilang ketika ia sudah berhasil duduk di kursi belajarnya. Ia menghela nafas beberapa kali, "Aku terlalu mengacuhkan Peach" Ketusnya dalam hati,

"Aom?"

"Aku tidak boleh terlihat menghindari"

"Aom?!"

"Bagaimana jika ia tidak menyukai sikapku yang seperti itu?"

"AOM!" Gadis itu tersentak, langsung melirik seseorang yang meneriakinya, "A-ada apa?" Sahutnya setelah sadar, "Peach memanggilmu dari jendela" Tunjuk seorang teman pada jendela yang disana terlihat Peach berdiri, mengepal tangannya seakan memberikan Aom semangat dari jauh.

Aom tersenyum dan ikut mengepalkan tangannya. Memperlihatkan pada Peach, "Ya, semangat Peach" Gumamnya dalam hati. Peach mengangguk, seolah memahami isyarat dari Aom. Lalu melambai pergi karena ia juga harus masuk ke kelasnya dan mengikuti ujian di hari pertama...Ujian usai ketika bel dibunyikan.

Aom menghela nafas panjang, masih duduk dibangkunya dengan wajah lelah. Ia menurunkan kepalanya diatas meja yang berlipatkan kedua lengan. Hal yang membuatnya kesal, ia tak mampu menjawab sebagian dari soal yang diberikan, sebagiannya lagi dijawab dengan keraguan, "Apa aku akan lulus?" Bisiknya pada diri sendiri.

BRUK!

Aom tersentak. Banyak dari teman sekelasnya berlarian keluar setelah mendengar benturan tersebut, "Ada apa?" Bisik beberapa dari mereka mencari informasi,"Itu Peach" Sahut suara lain. Aom mengernyit. Seraya berdiri dari bangkunya dan mendekat ke arah keramaian di lorong sekolah. Beberapa dari siswa menutup mulutnya tampak terkejut.Aom baru saja menyaksikan hal yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

If I Could Turn Back Time ✓Where stories live. Discover now