ANOTHER STORY IF I COULD TURNBACK TIME

256 8 8
                                    






Andai saja..

Andai saja saat itu aku tidak hanya memeluk Aom dan terhempas bersamanya. Andai saja aku bisa menghindari mobil itu bersamanya. Akan seperti apa jadinya cerita cinta kami?

"Halo?"

"Kau dimana? Ayah sakit.. Ayah.." Aku mengangkat wajahku ketika melihat ada sebuah truk melaju mendekat dengan lampu dim yang sejak tadi berkedip, "Aom!" Pekikku tak menghiraukan suara dari dalam ponsel.

Berlari mendekat dan berusaha menarik gadis itu, "AH!" Aom berteriak kaget, ketika aku menariknya kembali ke tepi jalan, "Apa yang kau lakukan!!" Pekikku dengan kesal. Aom hanya terdiam dengan wajah pucatnya. Aku menghela nafas lalu memeluk Aom dengan erat, "Syukurlah ya Tuhan. Syukurlah kau baik-baik saja" Ucapku dalam pelukan tersebut.

Andai saja hal ini terjadi. Aku tidak akan mengalami koma dan membiarkan Aom menungguku dalam waktu yang lama. Aom tak akan bertemu dan jatuh cinta pada Golf, dan jika semuanya itu tak terjadi aku bisa melanjutkan hidupku mencintai Aom selama yang aku bisa. Aku akan mengingat setiap detik dimana kami bersama, melakukan semua hal, baik itu pekerjaan rumah tangga, atau bersantai dirumah dengan segelas teh hangat dan biskuit yang menemani kami saat itu. Aku bisa merasakannya, perasaan dimana aku ingin memeluk Aom dengan erat.

Aku akan menikahi Aom. Seperti seorang lelaki untuk gadis yang ia cintai pada umumnya. Aku akan hidup bersama dengannya seperti sepasang suami istri pada umumnya, "Mike! Sarapannya sudah selesai" Aom berteriak ketika aku baru tengah memasang dasiku pada kerah baju, "Ya, ya. Bisa kau kesini sebentar. Aku kesulitan" Ucapku dari balik kamar. Ia terkekeh dan datang seraya berdiri didepanku. Aku sedikit membungkukkan tubuhku yang lebih tinggi. Aku yakin ia tak bisa menggapai leherku dengan tangannya,

"Aku tidak sependek itu, bodoh" Ketusnya ketika aku berhasil mengerjainya dan tertawa kecil, "Jadi Nona Malee-ku sudah tinggi? Kalau begitu aku tidak perlu menunduk lagi ketika menatapmu kan? Itu membuat tengkukku sakit" Ucapku penuh dengan percaya diri.

Aom memasang wajah geramnya dan menarik hidungku dengan seluruh kekuatan miliknya, "A! Aa! Sayang, sakit" Ia terkekeh melihatku menderita. Ya, begitulah Aom. Penuh dengan keceriaan dan sikap tak sabarannya. Aku ingin melihat hal ini sebelum semuanya terlambat. Ini yang akan terjadi ketika aku yang menjadi pasangan hidupnya. Karena jalan pikiranku berbeda dengan Golf yang hanya berpikir bahwa aku harus membuatnya bahagia.

Jika aku ingin membuat Aom benar-benar bahagia. Maka aku harus bisa membahagiakan diriku sendiri lebih dulu. Kenapa? Karena kebahagiaan tercipta ketika diri sendiri mampu merasakan apa itu bahagia sehingga kita bisa membagikan rasa bahagia itu pada orang lain.

Lalu aku akan membuka toko bunga didepan rumahku bersama Aom, membantunya berjualan ditoko bunga dan menjaga bunga-bunganya. Belajar banyak hal darinya tentang merawat bunga dan bagaimana caranya agar bunga tersebut bisa terus dapat hidup di musim kemarau atau musim hujan, "Mike jangan tarik dahannya seperti itu" Aom menekan tanganku agar tak menarik lebih keras, "Apa? Kenapa?"

"Gunakan gunting untuk memotong dahannya" Gumam Aom memotong dahan itu dengan gunting, "Lebih mudah dan terlihat baguskan?"

"Hmm begitu" Aku mengangguk-angguk walaupun sedikit bingung tentang apa bedanya gunting dan tanganku sedangkan mereka akan sama-sama terpotong nantinya. Lalu aku mencoba menarik satu dahan hingga terlepas dari batangnya, "Mike!" Aom memukul lenganku dengan keras, membuatku tertawa penuh kemenangan.

See? Aku mencintai keadaan seperti ini. Dimana aku mampu untuk membuatnya tersenyum ditengah-tengah kebahagiaanku. Namun untuk memiliki keadaan ini aku harus melewati banyak hal. Aku harus menyelesaikan sekolahku tanpa terlibat perkelahian lagi, karena aku harus memastikan bahwa aku tidak akan mati karena perkelahian bodoh yang dulu sering ku lakukan,

If I Could Turn Back Time ✓Where stories live. Discover now