CHAPTER EIGHTEEN

219 10 10
                                    



..

"Hmm" Aom menghela nafas diatas kasurnya setelah menikmati makan siang bersama Ibunya, "Aku merasa aku pernah melihatnya, tapi dimana.." Ujarnya sibuk dengan pikiran sendiri sambil menatap ke arah satu foto yang ia dapat dari rumah Golf.

Drrt. Drrt.

Aom tersentak, menoleh pada ponselnya yang bergetar. Ia sesegera mungkin mengangkat panggilan tersebut, "Hallo, Golf?"

"Aom, maaf kau sedang apa?"

"Aku baru saja selesai makan siang bersama Ibu"

"Begitu? Aku baru saja ingin mengajakmu makan siang" Jawab Golf. Aom terdiam sejenak, "Aku sudah kenyang" Kekehnya. Lalu terdengar Golf menghela nafasnya dari seberang telfon, "Kau baik-baik saja? Bagaimana kabar Mike?"

"Aku baik-baik saja. Mike juga baik. Maaf aku membatalkan keberangkatan kita kemarin dan menyuruhmu untuk pulang dengan taksi. Aku sangat menyesal" Ujar Golf. Aom tersenyum, "Aku paham keadaanmu, jangan merasa bersalah seperti itu" Tanganya beralih memeluk guling dengan satu tangan masih menggenggam ponsel ditelinganya, "Kau mau bertemu dengan Mike tidak? Aku ingin memperkenalkanmu padanya"

Aom terdiam. Ia tampak berpikir, "Aom?" Panggilan Golf membuatnya tersentak, "Sepertinya tidak bisa, aku mengantuk" Aom menolak. Ia akan sangat canggung berada didepan adik Golf yang telah tiga tahun koma ditempat tidurnya, "Begitu, baiklah. Aku menjadwalkan keberangkatan kita dua hari lagi. Tapi sepertinya aku tak bisa sering bersamamu. Aku harus mempersiapkan kepulangan Mike"

"Aku mengerti, habiskan waktumu sebelum berangkat ke Korea"

"Kalau begitu sampai jumpa, Aom"

"Sampai jumpa, Golf" Ia mendengar Golf lebih dulu memutuskan sambungan telfon mereka. Aom memanyunkan bibirnya untuk beberapa saat sebelum ia membaringkan tubuhnya diatas kasur. Matanya lurus menatap langit-langit kamar dengan rambut yang tergerai di sisi tempat tidur. Lalu ia menghela nafas berat, "Bagaimana hasil dari cek kesehatanku ya?" Pikirnya.

Matanya melirik ke arah luar jendela, "Cuacanya cerah" Ujarnya berdiri dan mengambil jaketnya untuk segera keluar dari rumah, "Mau kemana?" Tanya Ibunya ketika melihatnya menuruni tangga, "Aku ingin jalan-jalan" Ujarnya bergegas menutup pintu setelah keluar dari rumah.

Aom tersenyum, sudah sangat lama sejak terakhir kali ia menghabiskan waktunya di Thailand seperti ini. Ia membeli sebuah roti untuk menemaninya berjalan. Beberapa orang tampak sibuk dengan kegiatan mereka. Aom sampai kesebuah tempat dimana dulu ia membuka toko bunganya. Langkahnya berhenti sejenak. Ia merindukan tempat ini, tempat dimana ia banyak menghabiskan waktu dengan Tina.

Wajahnya berubah, "Dimana Tina?" Pikirnya, melirik sekitar dengan wajah bingung, "Biasanya ia selalu disampingku, tapi kali ini ia tidak terlihat" Kekehnya, "Aku merindukan bunyi kameranya yang terus memotretku tanpa henti" Sambungnya, "Lalu dengan makanan khas Korea yang kami nikmati bersama" Ia tersenyum lebar, Tina begitu pekan dalam pikirannya saat ini.

Lalu ia berjalan lagi, sampai ia menemukan sebuah warung kecil yang menjual makanan khas Korea. Langkah memaksanya untuk masuk ketika ia mendengar perutnya berbunyi beberapa kali. Seorang wanita paruh baya yang sejak dulu menjual makanan disana tampak memberi salam pada Aom, "Nona, sudah lama tidak melihatmu" Ujar wanita tersebut ketika Aom duduk di kursi dalam warung kecilnya,

"Benarkah? Biasanya aku melakukan delivery. Tapi sekarang karena senggang aku akan langsung makan disini" Kekehnya. Wanita itu mengangguk pelan, "Apa kau akan memesan dua lagi?"

If I Could Turn Back Time ✓Where stories live. Discover now