CHAPTER EIGHT

397 20 2
                                    


Terima Kasih untuk tetap terus mengikuti setiap chapter dan setia menunggunya ^^

Maaf jika ada kesalahan (typo) pada cerita karena wajar saja yang membuat ini juga seorang manusia :D

Terus Vote setiap chapternya dan berikan komentar.

Masih banyak kejutan lainnya yang akan muncul pada chapter chapter berikutnya ^^

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


..



"Aom, bangun lah. Apa kau tidak akan membuka toko hari ini?" Teriak Ibunya dari luar kamar. Aom masih sibuk terlelap dalam selimutnya. Namun perlahan membuka mata untuk melirik jam. Sesekali mengulik ke samping untuk merenggangkan tubuhnya yang cukup lelah.

Ia duduk perlahan dan memijat sedikit kepalanya yang berdenyut. Tak ada semangatnya untuk pergi membuka toko hari ini. Lalu ia berjalan keluar kamarnya, "Ibu, sepertinya aku tidak enak badan" Sahutnya berjalan mendekat pada Ibunya yang tengah menyiapkan sarapan.

Ibunya menoleh, mengeringkan tangannya yang basah karena air lalu menyentuh dahi Aom, "Kau demam, minum obat sebelum ke toko" Ibunya kembali meletakkan beberapa piring dengan potongan sandwich dan telur mata sapi.

Aom memanyunkan bibirnya, masih dengan mata yang setengah terbuka. Berbalik ke kamarnya untuk mandi dan bersiap siap. Ia berjalan ke arah cermin dikamarnya, lalu menyentuh kedua pipi membuatnya terlihat bertumpuk diantara kedua telapak tangan. Sebelum akhirnya menghela nafas panjang.

Pikirannya masih dikerumuni dengan kejadian tadi malam. Dimana ia harus dibuat malu oleh Gao dalam pesta pertunangannya sendiri. Namun ia tidak terlalu memikirkannya saat ini. Baginya tak akan ada yang berubah meski Gao mengetahui perasaannya pada Peach. Tetap saja, Gao telah menjadi tunangan dari Peach.

Tak berselang lama, ia kembali keluar dari kamar setelah mandi dan bersiap siap pergi. Duduk di kursi makannya untuk menyantap sarapannya. Ibunya tampak memberikan beberapa butir tablet yang harus ia minum sebelum pergi, "Jangan paksakan dirimu, jika tidak kuat pulanglah. Tidak ada bedanya kau menutup satu hari tokomu atau membukanya. Kita tidak akan kekurangan uang untuk makan atau kesusahan. Ibu sudah bekerja dengan baik untuk menghidupimu kan.."

"Ibu sudahlah, aku bukan lagi anak kecil. Aku membuka toko bukan untuk memperoleh uang kan? Tapi aku menyukainya. Aku tidak mengutip bunga karena uang" Potongnya mengunyah dengan malas sandwich yang telah ia gigit setengah. Ibunya diam, lalu mengelus kepala anak gadisnya beberapa kali,

"Ibu akan pulang malam, ada rapat yang harus diselesaikan dikantor. Ibu tidak akan makan malam dirumah hari ini" Aom mengangguk paham, "Jaga kesehatan mu walau sesibuk apapun itu" Pesan Aom, sebelum meneguk segelas susu putih untuk sarapan paginya setelah menghabiskan sandwich. Ibunya tersenyum, mengelus rambut Aom sebelum bersiap untuk berangkat kerja.

Setelah makan, Aom membersihkan piring bekas sandwich dan gelas susunya, meminum obatnya sebelum keluar dari rumah, mengunci pintu untuk pergi membuka toko yang cukup jauh darisana. Ia biasanya menggunakan motor untuk sampai ke tokonya. Namun karena ia merasa tubuhnya tak baik hari ini, ia berpikir untuk menggunakan kendaraan umum saja.

Sesekali ia memijat kepalanya yang berdenyut. Entah kenapa rasanya begitu sakit. Ia juga merasa badannya benar benar tidak baik hari ini, nafasnya yang menggembul mengeluarkan aura panas dan matanya yang tidak bisa terbuka secara optimal memperlihatkan lekuk wajah seseorang yang tidak bersemangat. Ditambah lagi bibirnya yang seringkali kering dan terlihat pucat.

If I Could Turn Back Time ✓Where stories live. Discover now