CHAPTER NINETEEN

166 11 8
                                    



Maaf untuk keterlambatan Updatenya :(

Selamat membaca :D


..

Seoul, South Korea

May 9, 2011

Semakin hari keadaan Mike semakin membaik. Namun ia masih tetap melakukan beberapa terapi dengan Jaehyun untuk peregangan otot-otot tubuhnya kembali. Meskipun Golf telah kembali ke Korea untuk melanjutkan bisnisnya, Mike berjanji akan segera menyusul kakaknya. Karena Mike lah yang akan mengambil alih bisnis milik Golf setelah Golf menikah dengan Aom. Namun Golf belum menceritakan apapun soal calon istrinya pada Mike. Ia hanya ingin adiknya itu fokus untuk sembuh saat ini,

"Ibu, aku ingin berjalan-jalan keluar" Ujar Mike, "Kakimu belum bisa untuk berjalan jauh" Ujar Ibunya menolak dengan lembut, "Aku kuat, bu. Aku tidak selemah itu" Kekehnya. Ibunya yang tak lagi ingin menahan, terpaksa mengangguk, "Jangan jauh dari rumah" Pesannya sebelum Mike keluar dari rumah tersebut.

Hatinya kini masih terlalu sedih untuk tinggal lama dirumah itu. Terasa sangat sepi tanpa Ayahnya. Itu termasuk alasan kenapa Golf tidak menceritakan apapun tentang Aom, karena Mike terlalu shock dengan berita kematian Ayahnya. Langkahnya terus berjalan ke depan seiring dengan helaan nafas berat yang ia keluarkan.

Lalu ia duduk disebuah bangku panjang ditepi jalanan. Kembali helaan nafas terdengar dari bibirnya, "Ayah" Panggilnya sedu. Tubuhnya menunduk, membiarkan telapak tangan menutup matanya dalan tundukan tersebut. Sesaat ia terisak, namun sesaat kembali terhenti, berpikir bahwa orang lain akan melihatnya menangis.

Untuk kesekian kalinya ia menghela nafas. Lalu mengangkat tubuhnya untuk bersandar pada bangku tersebut, "Ayah belikan aku ice cream, Ayah, Ice cream" Matanya melirik ke arah seorang anak yang memegangi balon dengan tangannya, dan menggenggam tangan Ayahnya dengan tangan yang lain. Ia menunjuk-nunjuk gerobak ice cream dengan balonnya,

"Tidak, kita akan beli ice cream setelah batukmu menghilang" Ucap sang Ayah, beralih menggendong anak tersebut dan meletakkan tubuh anaknya dikedua pundaknya, "Ayo pegang Ayah, kau bisa jatuh" Sambung Ayahnya memegangi kedua tangannya erat dengan balon disalah satu tangan anaknya.

Tubuhnya terasa nyaman melihat hal itu. Mengingatkannya pada masa kecilnya yang penuh dengan Ayah. Bagaimana kesal dirinya ketika tau bahwa Ayahnya telah meninggal sedangkan ia masih tidak begitu paham keadaan dirinya.

Ia perlahan berdiri, kembali berjalan disekitar lingkungannya. Setidaknya menghirup udara segar bisa memberikan kenyamanan pada hatinya yang belum bisa menerima kenyataan, "Aku bahkan merindukan p'Golf" Ujarnya pada diri sendiri saat melangkah. Rasa kesepian itu datang pada dirinya,

"P'Mike?" Ia menoleh ke arah suara yang terasa memanggil namanya. Seorang gadis dengan pakaian hitam putih mendekatinya, "Kudengar p'Mike sudah membaik. Phi, kapan akan kuliah?" Ujarnya dengan wajah tersenyum lebar. Mike sesaat melupakan tentang Ayahnya, "Hm?" Ia mengernyit bingung, "Phi, ingat aku kan?" Tanya gadis itu. Mike tampak mencoba memikirkan sesuatu dengan wajah gadis didepannya,

"Siapa?" Tanyanya, "Maaf, ingatanku tidak cukup bagus saat ini" Kekehnya dengan rasa canggung, "Aku adik kelasmu saat SMA dulu. Lupakan, aku mengerti. Phi pasti sangat berjuang setelah kecelakaan itu. Kudengar gadis yang kecelakaan bersamamu, meninggalkanmu begitu saja. Kalau aku jadi dia, aku tidak akan melakukan hal sekeji itu, Phi" Jelas gadis tersebut. Mike hanya mengernyit, namun mengangguk-anggukkan kepalanya agar tak lebih sulit memahami kalimat gadis ini, "Cepatlah sembuh, lalu kuliah seperti anak-anak yang lain. Maaf aku tidak mengunjungimu dirumah sakit. Tapi aku senang p'Mike sudah membaik" Ujarnya,

If I Could Turn Back Time ✓Where stories live. Discover now