CHAPTER TWELVE

372 14 4
                                    




..

Nonthaburi, Thailand

Mai 27, 2010.

KLIK.

Aom terkekeh, tangannya sibuk merapikan bunga bunga di tokonya, "Tina, sampai kapan kau akan berhenti mengambil gambar ku?" Gumamnya, masih sibuk menatap tangkai tangkai bunga yang akan ia jual, "Aku tidak akan berhenti, ini favorite ku" Jawab Tina, kembali memotret Aom,

"Baiklah, berikan aku pose terbaikku" Gumamnya tersenyum, berpose begitu anggun diantara bunga bunga kesayangannya. Tina tersenyum, memotret satu kesempatan yang berharga itu dan mengabadikan momentnya dalam kamera kesayangan,

Knock Knock.

Sebuah ketukan terlontar diarah depan toko bunganya, "Selamat Pagi, Aom" Sambung seorang lelaki tersenyum ketika Aom dan Tina melirik ke asal suara, "Pagi Golf" Jawab Aom ikut tersenyum, mengambil sebuket bunga yang telah ia siapkan setiap harinya, "Bunga apa yang akan dirangkai hari ini?"

"Ini bunga Lily, aku menambahkan beberapa baby's breath agar terlihat lebih anggun ketika diletakkan dalam vas. Juga sampaikan salamku pada adikmu" Ujar Aom memberikan bunga itu pada Golf.

Lelaki itu mengambilnya lalu mengangguk. Tina hanya diam berdiri ditempatnya, menatap dengan wajah tak senang namun tak bisa berkata apapun, "Hm, baiklah. Aku akan menyampaikannya nanti" Jawab Golf mengeluarkan uang nya sesuai dengan harga bunga tersebut sebelum berjalan keluar dari toko,

"Kenapa lelaki itu datang setiap hari?" Tanya Tina, beranjak duduk disebuah kursi yang memang telah disediakan disana, "Entahlah, yang ku tau ia mulai membeli bungaku sekitar sepuluh bulan lalu. Ia pernah berkata bahwa adiknya kecelakaan dan kini masih dirawat dirumah sakit, sudah setahun namun tidak pernah bangun dari komanya" Jelas Aom sambil mengingat ingat cerita tersebut.

Tina sibuk mengatur lensa kameranya, sesekali membersihkan kameranya dengan ujung baju, "Hm, jadi?" Tanya Tina mengangguk, melihat Aom dengan tatapan tak peduli karena gadis itu masih tersenyum lebar diantara bunga bunganya. Tina menghela nafas, ingin bertanya apa yang sedang ia pikirkan namun pertanyaan itu mendapat jawaban yang sangat jelas walau hanya dari wajahnya saja,

"Ah, aku sangat ingin makan masakan korea saat ini. Apa aku delivery saja?" Gumamnya pada diri sendiri, mengeluarkan ponselnya dari saku celemek yang ia kenakan, "Aku ingin bulgogi" Tina mengangkat tangannya memberitahu. Aom tersenyum dengan anggukan, "Halo? Restoran Korea? Kami ingin memesan 2 kotak makan siang" Tina melirik Aom yang tengah sibuk berbincang dalam telfonnya. Matanya tak beralih dari sana, sesekali ia tersenyum ketika melihat Aom.

Tina mulai akrab dengan Aom beberapa bulan lalu, ketika ia memutuskan untuk kembali ke Nonthaburi karena tidak nyaman berada di Bangkok, serumah dengan Pekae saat Ibunya pergi entah kemana dan tak pulang pulang.

Tina mulai kembali memotret Aom dengan kamera, "Berhentilah memotret Tina, aku tidak tau sudah berapa banyak foto ku didalam sana"

"Sudah hampir 3 ribu foto" Jawab Tina bangga. Aom membelalak, "Kau benar benar seorang stalker" Ujarnya mengangkat jempol sebagai nilai bagi Tina, "Itu baru didalam kamera, belum di laptop atau folder galery di ponselku kan?" Sahut Tina. Aom menggeleng gelengkan kepalanya,

"Sampai kapan kau akan melakukan ini?" Aom mendekat, sedikit memakai nada berbisik dan wajah serius, "Entahlah, mungkin suatu saat aku akan berhenti. Tapi tidak mudah bagi seorang fotografer untuk berhenti. Aku pernah mendengarnya di salah satu drama turki, yang mengatakan bahwa seorang fotografer mencoba mencari moment dalam fotonya, dan ketika ia menemukan moment itu, akan sulit untuk melepaskannya kembali. Sama sepertiku, aku menemukan moment yang tepat denganmu dan bunga bunga ini, jadi sulit untuk melepaskannya" Jelas Tina. Aom mengangguk angguk meski ia sama sekali tak paham,

If I Could Turn Back Time ✓Where stories live. Discover now