CHAPTER FOUR

504 22 11
                                    

..



Nonthaburi, Thailand

July 2, 2009.


Tes.. Tes..

"Ah, hujan lagi?!" Aom memekik kesal ketika melirik ke arah jendela. Berlari keluar untuk segera memindahkan bunga bunganya kedalam toko, "Kenapa cuacanya berubah ubah seperti ini!" Ketusnya berlari membawa satu persatu keranjang berisi bunga kedalam agar tidak dibasahi hujan.

BRUK!

"Hah?" Aom terkejut, tiba tiba ada suara gemuruh dari arah jalan, "Oh?!" Pekiknya kaget, melihat seseorang tak jauh dari tokonya ambruk ditengah hujan seperti itu. Ia melirik kearah bunga bunganya yang menunggu untuk diangkat. Lalu kembali melirik ke arah orang yang tak lagi bergerak disana,

"Ah, sial" Gerutunya tak karuan mengangkat satu keranjang lain ke dalam dan kembali keluar dengan membawa sebuah payung yang tengah ia kembangkan,"Kau baik baik saja?" Ujar Aom mendekat, sebelum akhirnya mengetahui bahwa wajah lelaki itu penuh dengan darah yang membuat matanya terbelalak kaget.



..



"Mike.. Angelo.." Ejanya pada sebuah kartu pelajar yang ia temui ketika mendaftarkan nama siswa lelaki yang ia temukan tergeletak tak jauh dari tokonya sebagai pasien rumah sakit beberapa saat yang lalu,

"Dilihat dari pakaiannya dia sekolah disekitar sini" Aom merogoh dompet yang ia dapat dari tas lelaki tersebut, "Dia punya cukup banyak uang saku, kurasa"Perlahan sesuatu bergerak dari atas kasur. Membuat Aom menoleh beberapa saat pada lelaki yang terkapar dikasur rawat rumah sakit ini. Menyembunyikan dompet yang ia pegang sejak tadi lalu berdiri dan mencoba menyapa,

"Kau sudah bangun?" Ujarnya pada lelaki yang masih mencoba beradaptasi dengan keadaannya saat ini. Kepalanya masih begitu pusing, matanya belum terbuka dengan sempurna.Samar samar wajah Aom terlihat olehnya,

"Apa aku sudah mati?" Tanyanya dengan suara yang cukup serak dan kecil, menatap Aom dengan mata sayu. Gadis itu tersenyum, "Kalau kau sudah mati kau tidak akan bertemu denganku" Ketusnya tertawa kecil,"Aku sedang melihat seorang malaikat, Ibu.. Kurasa aku sudah berada disurga" Ujarnya mengerjapkan mata beberapa kali, menahan sakit dikepalanya dan beberapa memar diwajahnya,

"Mike, kau belum mati. Kau jatuh didepan toko ku, dan ku bawa kesini" Jelasnya kembali duduk dikursi karena ia tau lelaki itu terlihat baik baik saja.Lelaki itu mencoba untuk duduk, mengangkat tubuhnya seraya memegang kepalanya yang masih berdenyut,

"Syukurlah" Gumamnya menyandarkan punggungnya pada dinding rumah sakit, Aom memasukkan kartu pelajar itu ke dompetnya dan memberikan dompet tersebut pada lelaki yang bernama Mike itu, "Kau tidak seharusnya terluka. Lain kali, berhenti berkelahi dan belajarnya agar kau cepat lulus. Aku tau itu sulit, tapi berusahalah"Mike menaikkan satu alisnya, menatap heran pada gadis didepannya.

Yang mulai melambai meninggalkan ruangannya. Namun wajah herannya berubah menjadi senyuman yang lebar, bibirnya melengkung begitu saja. Sampai ia sadar ia tak sempat bertanya siapa nama gadis tersebut,

"Ah, sial!" Ketusnya pada diri sendiri. Lalu tersentak karena rasa perih dikepalanya mengganggu kekesalannya saat ini.Seseorang membuka pintu ruangan tersebut, dengan cepat matanya mengacu ke arah pintu, berharap gadis itu kembali, "Mike!"

"Mike, kau baik baik saja?" Seorang wanita paruh baya masuk diiringi lelaki dengan jas hitam dan dasi merah. Masuk ke ruangan dengan wajah cemas, "Ibu? Phi? Kenapa kalian disini?" Mike terkejut karena tiba tiba Ibu dan kakak lelakinya datang kesini,

If I Could Turn Back Time ✓Where stories live. Discover now