Haruskah aku memburumu Juga?

351 31 1
                                    

Ujung senapan membidik tepat seekor burung kenari diatas pohon besar, berkicau indah dan merdu menyambut kedatangan sang Duke dengan seorang Lady yang menawan.

Noah De Vierreth tak tahan dengan godaannya, memanggil pelayan yang sejak tadi membawa senapan Duke tersebut. Menyerahkannya dengan hati-hati menunduk hormat, senyum Lydia von Brielle mengarah padanya dengan balasan senyum dari sang pelayan. Tapi ia tak sadar sudah dibidik oleh sang Duke, mata biru jelas melihatnya.

"Apa kau akan menembaknya?" Tanya Lydia,

Wajahnya yang ragu dan cemas nampak begitu gelisah. Sang Duke dengan tega ingin membidik hewan secantik itu, berwarna kuning lembut dengan suara yang begitu merdu.

Tak melihatnya tapi ia merasakannya, Lydia von Brielle itu takut dengan tindakannya. Noah tersenyum tipis, ini akan jadi hiburan yang menyenangkan baginya.

"Apa kau ingin melenyapkan hal seindah dan secantik itu, Duke?"

"Kau yakin?"

Noah sengaja memancingnya, namun ia tak menyangka reaksi Lydia akan nampak khawatir. Tak ada salahnya sesekali menggoda Lady Brielle itu,

Dorrrr!

Bunyi senapan itu sudah ditembakkan, Lydia menutup matanya. Salah satu tangannya mengepal tak rela atas sifat Duke yang tak berbelas kasih untuk seekor burung bahkan untuk menuruti apa ucapannya,
Para pelayan yang ada dibelakang mereka terlihat takut. Mereka penasaran apakah Lady Brielle adalah pecinta hewan liar tersebut sehingga reaksinya cukup takut, bagaimana bisa duke setega itu dihadapan sang Lady? 

Lydia membuka matanya. Dan menoleh ke atas, burung tersebut masih ada disana, hinggap di batang pohon besar tersebut seperti sediakala. Lydia tersenyum gembira, menatap sang Duke yang tersenyum kearahnya. Ia sudah hampir saja menampar wajah sang Duke karena melawan ucapannya dan tetap melenyapkan burung tersebut,-

"Akhirnya Noah De Vierreth jadi pemburu yang gagal karena ulah seorang wanita." ucapnya.

Lydia itu hanya tertunduk, bibirnya cemberut sadar akan Duke yang sudah mempermainkannya. Membuatnya dalam kepanikan tak terkira bahkan hampir melupakan siapa dirinya,

Setelah menyerahkan senapannya. Noah kembali mengulurkan tangannya pada Lydia, Sang Lady akhirnya kembali meraih tangan besar tersebut.

"Siapa yang bisa melenyapkan burung yang indah dan cantik itu."

Lydia masih cemberut, wajah yang kecil itu seperti anak kecil yang takut mainannya direbut oleh orang lain.

"Ya. Tapi, aku tak suka hal yang indah dan cantik berada di tanah ku. Maka aku akan memburunya, Lady....Kau juga cantik dan indah, haruskah aku memburu mu juga?"

Lydia diam membisu, ucapan Duke susah dicerna oleh otaknya seketika ia paham apa yang pria itu maksud. Lydia hanya tersenyum ramah seperti biasa,

"Kita kembali ke rumah, kau pasti sudah lelah" ucap Noah.

Mereka akhirnya berjalan menuju rumah, untungnya mereka tak terlalu jauh kedalam hutan. Noah mungkin tau Lydia melakukan perjalanan sejak subuh hari, dia pasti lelah dan harus istirahat. Menatap Lydia von Brielle itu sangat kecil dihadapannya, lebih kurus dari ibunya.

Noah teringat ketika melihat porsi makan gadis itu, itu adalah porsi yang sangat sedikit baginya. Ikan mungkin tak akan kenyang makan dalam porsi itu, 

"Aghhh,"

Leyla mengerang ketika salah satu sepatunya terlepas dan ia hampir tersandung. Lydia berpegang erat pada sang Duke yang reflek agar ia tak terjatuh, para pelayan nampak khawatir dengan kondisi Lydia namun ia meyakinkan itu bukanlah hal serius.

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang