Keindahan dibawah Bulan

91 7 2
                                    

Chapter 26 : Keindahan di bawah Bulan.


Lydia melangkahkan kakinya anggun, mengalun indah suasana wilayah Ophelia yang tenang. Semesta berselimut hutan kedamaian, Duchess of Boernt melenggang dengan hati senang.

'Kami punya kenangan ditempat ini, sejak kecil.' bagi nya, batin berkata ketika teringat masa kecilnya.

Melenggang cantik diantara bunga-bunga milik Putri Belina, pemilik agung taman yang ia jelajahi. Kala itu seorang gadis bangsawan pirang yang cantik, menarik hati dan dunia begitu murah hati padanya.

Ia terhenti didepan tanaman dandelion, helainya tertiup oleh kibasan gaun Lydia yang mengejutkan. Mereka tiba di Ophelia dua hari yang lalu, semua pekerjaan sudah dituntaskan dan memilih liburan musim semi ditempat yang nyaman.

Kicau burung membuatnya menoleh sekejap, dan kembali lagi pada bunga yang ada dihadapannya. Menekuk kedua kakinya dengan sopan, memetik setangkai dandelion yang masih utuh. 'Anda punya helai yang kuat?'

Kini, ia menyadari jika tumpahan cinta semua orang padanya bukan hal biasa. Dan, jika hanya satu orang yang membuatnya terluka, hal tersebut tak pantas untuk membuatnya runtuh. Semua orang padanya, saat dunia menjatuhkan masalah maka ia akan melawannya.

“Duchess, saatnya kembali.” kata Elsa, sejak tadi ia menemani majikannya bergembira menelusuri indahnya hutan.

Anggukan kecilnya mengiyakan, mereka berjalan dengan anggun kembali. Hari sudah senja, mentari berwarna jingga menutupi langit dan Ophelia begitu nyata indahnya. “Anda sudah kembali, Yang Mulia. . .”

Kepala pelayan menyambutnya datang, senyum terukir diwajah Duchess muda. “Dimana dia?” bermaksud menanyakan keberadaan sang suami, Duke Noah De Vierreth yang tadi berjanji akan menunggunya. Pria itu menghabiskan waktu bersama ayahnya disebuah tempat,

“Duke mungkin sedang membersihkan diri, anda bisa datang kekamar kalian sekarang.” katanya, Duchess mengangguk perlahan anggun mulai memasuki Mansion.

Ada rasa senang yang tak dapat digambarkan, sudah beberapa hari terakhir hubungan mereka membaik seiring berjalannya waktu. Semakin dekat bahkan begitu nyaman ketika berada disisinya,

“Kau sudah kembali?” Noah keluar dari kamar mandi dengan jubahnya,

Lydia duduk disofa. Ia dengan santai menghirup teh muda yang disediakan, sembari menunggu Duke selesai dengan dirinya sendiri. “Kami menghabiskan waktu dengan baik berada disini, bagaimana denganmu?”

“Anda berjanji memberikan waktu yang cukup.”

Gerutu Lydia, Noah yang sempat berjanji ingin menghabiskan waktu bersamanya ketika disana. Namun pria itu malah sibuk dengan urusannya sendiri, dia putra kesayangan yang berusaha membagi waktunya sekarang.

Noah melangkah kearah Lydia, rambutnya basah bergumpal dengan jubah yang ia kenakan. Aroma sabun yang harum juga kulit yang masih basah akibat sisa percikan air, dia nampak begitu sempurna dengan keadaannya. Tidak, dia memang Duke sempurna dari garis keturunannya.

Dia duduk tepat disamping istrinya, gadis yang begitu cantik dengan menundukkan wajahnya. Dia tahu bahwa Lydia merajuk, itu sedikit membuatnya tertawa, istrinya yang selalu dingin dan tenang terhadapnya sekarang mulai menunjukkan sisi lain.

“Anda tidak perlu marah, malam ini aku akan mengajakmu kesana.”

Kini ia melihat kilauan dimata zamrud itu lagi, gadis yang menundukkan wajahnya kembali tersenyum menatap suaminya. “Baiklah, aku akan membersihkan diriku selanjutnya.” katanya nampak bersemangat.

Noah tertawa pelan dalam hatinya, kini tugasnya bukan hanya menjadi seorang suami. Melainkan menjadi seorang pengasuh gadis kecil yang lincah dan dengan suasana hati yang beganti-ganti, “Masih sore.”

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang