Malam Pernikahan 2.

160 11 0
                                    

Tidak gugup,

Atau takut.

Dia tenang seperti sungai yang mengalir mengikuti arusnya, tatapannya acuh dan tak peduli seperti biasanya. Bahkan tangan yang kecil ini, tetap hangat sama saat pertama kedatangannya.

Dia sungguh aktris yang hebat, menunjukkan rona bahagia yang manis. Menipu semua orang yang ada dibarisan kursi dengan senyumannya yang secerah musim semi,

Dengan tangannya yang melambai dan pura-pura terharu bahkan seperti sebuah kenyataan. Semuanya jelas, jelas bahwa semua ini hanyalah sandiwara yang kami mainkan. -

Noah melihatnya, tatapan itu sungguh penuh arti. Arti bahwa mereka akan melakukan dosa seumur hidup ini, berjanji bahwa mereka saling menjaga dan mencintai.

"Mari, Lady." Ucapnya,

Mengulurkan tangannya agar diraih oleh sang pengantin wanita didepannya, gaun besar dengan kilauan yang bercahaya itu menutupi tubuh indahnya.

Lydia tersenyum, tangan itu bertaut. Berjalan diatas karpet biru dipenuhi kelopak mawar yang bertaburan sepanjang jalan mereka, tersenyum dan dibalas dengan senyumannya pula.

Sorakan dan juga pujian itu memenuhi pendengaran mereka, menuju panggung pernikahan dan berjanji atas nama tuhan. Sungguh, mereka sudah menghina diri mereka sendiri dengan semua ini.

Pasangan pengantin yang jadi topik utama dinegara mereka dalam beberapa hari terakhir, kisah cinta yang akan jadi sejarah terkenal. Pernikahan Duke dan Lady Brielle yang tercantik di negeri itu, mereka pasangan yang sempurna.

Pujian-pujian itu masuk disalah satu telinga mereka dan keluar seperti air yang mengalir dari telinga satunya, tak ada celah dalam kepala itu untuk menyimpan semua pujian yang diberikan. Pujian itu bagai tusukan busur hujan yang mencekam, membuat mereka tak bisa berjalan.

Malam yang indah, dibawah bulan yang tenang dengan jutaan bintang yang bertaburan.

Mata mereka bertemu, berhadapan. Saling berpegangan,

Buket bunga yang di rangkai oleh tangan sendiri itu sungguh cantik dan harum, jadi saksi bisu kebohongan mereka berdua. Buket mawar suci yang ternoda dengan kebohongan sang pengantin, akan layu dan mati.

"Disini, aku Noah De Vierreth berjanji dengan seluruh hidupku akan menjadi suami yang menjaga, dan melindungi serta mencintai istriku sepenuh hati. Lady Brielle, istriku dan calon ibu dari anak-anak kami nanti, menjadi keluarga yang harmonis dan terhormat.

Dengan nama tuhan.

Aku bersumpah, bahwa seluruh hidupku. Akan ku habiskan bersamamu, selamanya."

Dang!

Hatinya terkunci, ucapan dengan penuh makna itu bagai belati yang mengiris daging Lydia jadi potongan-potongan kecil dan siap untuk dihidangkan.

Menjadi konsumsi publik, menyenangkan semua orang.

Lydia terdiam, tubuhnya kaku hingga keringat dinginnya kembali keluar. Jika ada yang membunuhnya sekarang, ia tak masalah.

"Nona Brielle? Ucapkan janji anda." Ucap pendeta,

"Aku-,

Lydia von Brielle. atas nama tuhan berjanji akan memenuhi baktiku pada suamiku, Noah De Vierreth dengan seluruh hidup yang akan kami habiskan bersama."

Entah dia memilih janji yang tak bersangkutan dengan cinta, dia asal bicara saja karena tak sempat memikirkan apapun lagi. Kepalanya kosong dan pusing, korsetnya terlalu ketat hingga membuatnya susah bernafas. Lydia tetap menahan dirinya, berdiri diatas pelaminan mereka yang mewah dengan senyum lebar dan dada sesak itu.

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang