Kita dan Malam 2

141 9 0
                                    

Dua buah gelas alkohol tertata rapi diatas meja kecil balkon, malam hari yang tenang semuanya berlangsung dengan baik.

Kilau lampu kota terlihat dari kejauhan, indah dan cantik. Ditutupi kelabu malam yang berkesan mistik, hutan Ophelia yang damai itu ditaburi jutaan bintang diatasnya.

Lydia duduk dengan anggun, meminum alkoholnya dengan santai memandangi lautan bintang yang menaunginya. Disampingnya, ada Noah yang sejak tadi menjelaskan berbagai macam hal tentang kepindahan mereka esok hari.

Gadis itu memakai gaun tidur tipis seperti biasanya, berwarna merah darah dengan selendang sutra kesayangannya. Baju tipis menerawang itu menempel di kulitnya, menampakkan lekuk tubuh indahnya jelas tertutup kain tersebut.

Sesekali mata mereka bertemu dan tersenyum, hanya ada keheningan dalam diam setelah berbagai kalimat yang dilontarkan. Dua orang itu berada dalam kesunyian malam, kelip kota memikat dari kejauhan namun cahaya mata mereka lebih memikat dari keindahan itu.

"Apakah ini menyita waktu istirahatmu? Jika iya maka aku akan minta maaf." Ucap Lydia,

Tatapan gadis itu terus lurus, menembus celah pohon-pohon yang terlihat pendek dari lantai tiga mansion hutan. Sekali lagi, sikap acuh tak acuh itu menghampiri Noah. Bagai sebuah benda tak bernyawa, Duchess seperti patung yang hanya diam dan patut dikagumi.

"Tidak. Ini tidak menyita waktu, karena ini penting." sahut Noah, pria itu kembali menuangkan alkohol kedalam gelasnya.

....Warna merah wine yang menggoda, menggugah dahaga hasrat tercela. Bagaimana Lydia De Vierreth bisa duduk tenang dengan gaun merah itu di sampingku? Bahkan, seperti yang ku bayangkan. Wanita lebih memabukkan dibanding sebotol alkohol, hh..

gumam Noah dalam hatinya

Matanya berwarna biru safir, indah melirik wanita disampingnya. Itu adalah istrinya sendiri, namun entah apa yang terjadi. Dia tak menganggapnya demikian,   

"Aku memutuskan untuk lebih cepat pindah karena mungkin kau akan bosan jika berada disini, ditambah harus menghadapi Ibuku setiap harinya." ucap Noah

Noah tertawa pelan, bagaimana ia merasakan bahwa akhir-akhir ini Grand Duchess selalu memerhatikan mereka setiap waktu. Mengatur dan mengeluh, Lydia juga merasakannya namun ia tak terganggu akan hal itu.

"Mungkin aku akan bosan jika tinggal disana, tidak ada hutan yang indah juga taman yang bagus." sahut Lydia,

Gadis itu tersenyum, ia sungguh mencintai hamparan hutan yang subur ini. Mencintai bagaimana indahnya puluhan burung bernyanyi dipagi hati dan bagaimana mawar-mawar itu mengeluarkan aromanya setiap hari,

"Mansion kota juga punya taman yang luas, kau bisa melakukan apapun sesukamu pada rumah itu karena itu adalah rumahmu."

Lydia terdiam, atas ucapan Noah disampingnya nampak menyakinkan. Tapi tetap saja suasananya akan berbeda, pikir Lydia.

"Lalu, kapan kita melakukan kunjungan kesini nantinya?" Tanya Lydia.

Noah hanya diam, sedikit menutup mulutnya dengan jari-jari panjangnya. Melirik gelas wine yang sudah habis tak tersisa,

"Mungkin dalam dua bulan. Atau ketika tidak ada kesibukan, kau bisa mengunjungi kerajaan jika kau mau kapan saja. Namun, untuk pergi kesini kau harus bersamaku." Ucap Noah.

Noah menarik botolnya sekali lagi, namun Lydia menahannya.

"Sudah cukup minumnya Duke, kau tidak akan bisa tidur nanti." Ucap Lydia,

Mata mereka bertemu, saling bertatapan juga tangan itu saling bersentuhan.

Sejenak ada keheningan diantara pembicaraan yang panjang, hanya dipenuhi tatapan juga rasa kosong yang teramat dalam.

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang