Malam Pernikahan.

247 15 0
                                    

Itu sudah petang, sejak tadi Lydia sudah berada didepan cerminnya setelah bangun dari tidur siang. Dia langsung dimandikan dan bersiap, dengan gaunnya.

Gaun pengantin yang cantik, begitu mewah dan cukup berat. Menelan tubuh kecilnya yang ramping.  Dengan butiran krystal yang cantik juga menawan, berkilauan. Kesejatian cinta yang palsu,

"Apa ada yang salah? Anda terlihat kurang sehat."

Elsa nampak khawatir, entah bagaimana itu jadi kecemasan tak henti. Bagaimana tuannya akan jatuh sakit dimalam upacara pernikahannya?

"Tidak Elsa, kepalaku hanya berat."

Kepalaku berat elsa, sungguh berat.

Karena tiara yang ada di kepalaku ini,

tiara yang diturunkan langsung oleh Yang Mulia Ratu, dan kepada putrinya Belina De Vierreth Namun, Grand Duchess enggan memakainya karen merasa tak cocok dengan tiara emerald ini. Sehingga ia tak memakainya.

Tiara ini akan jadi beban untukku, walau bukan seorang ratu atau putri mahkota. Tiara ini akan jadi beban besar dengan seluruh tanggung jawab juga kehormatan keluarga mereka, sekarang ini ada di kepalaku.

Kepala dengan isinya yang dipenuhi berbagai kebohongan yang akan ku lakukan, kebohongan yang ku katakan dan segalanya. Hanya sandiwara,

Bahkan aku enggan menatap bayanganku sendiri di cermin itu.

"Nyonya? Apa anda baik-baik saja?"

Suara Elsa meluluh lantahkan lamunannya, lamunan yang dipenuhi rasa bersalah dan kesedihan.

Dia tak gugup atau takut, dia kosong. Penuh kekosongan.

Tatapannya tetap datar dan tenang seperti biasa, nampak tak seperti pengantin baru yang akan berbahagia, wajah Lydia von Brielle nampak biasa saja. Tidak ada kebanggan dan kekaguman dalam dirinya,

Jika dia adalah orang lain, mungkin mereka akan gemetar atau gugup bahkan pingsan. Namun, Lydia von Brielle tetap duduk tegak layaknya Lady seperti biasa. Dengan wajah cantiknya itu, kepalanya tegak mempertahankan tiara yang menindih kepalanya.

Jika tiara itu terjatuh suatu hari nanti, maka dia akan jadi wanita paling sengsara dimuka bumi. Dan akan dianggap sudah menodai keagungan Kerajaan,

Bahkan ketika waktu terus berjalan. Tatapan itu tetap kosong hingga pelayannya keheranan, mungkin tuannya itu gugup. Hanya itu yang ia pikirkan,

Diluar sana semuanya sudah berdatangan. Suara-suara itu terdengar jelas ditelinga Lydia, suara-suara kagum dan bangga itu terasa seperti sebuah ribuan busur yang berjatuhan layaknya hujan menimpa dirinya.

Mereka bagai anak catur yang akan tertipu oleh strategi ratunya, mereka akan dijadikan sebuah mainan dan pertaruhan.

Beruntung mereka hidup di era modern, dimana  perjodohan seperti ini tidak terlalu diperhatikan.

Itu akan jadi cerita cinta yang bersejarah diantara pernikahan bangsawan lainnya, Lydia von Brielle hanya akan berdiri disamping suaminya dan tersenyum akan selalu seperti itu.

Sudah semenjak beberapa hari mereka mendapat majalah dengan foto mereka menjadi berita utama, itu sudah tersebar ke seluruh negeri bahkan mungkin dunia.

Raja, kaisar hingga Perdana Mentri juga pemimpin serta petinggi negara lainnnya mengirimi mereka surat serta ucapan selamat. Semakin berat beban yang akan ia pangku, dengan suaminya yang menjadi salah satu orang berpengaruh dengan jangkauan sosialnya yang begitu luas hingga ke beberapa negara besar.

Lautan yang dipenuhi sampah, mereka akan mengarunginya. Lautan yang tertutup sampah dengan berbagai bahaya dan ancaman dibaliknya, mereka akan mempertahankan diri masing-masing untuk keselamatan dan kepentingan mereka.

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang