Rasa Cemas Duke

74 7 0
                                    

Bagus jika dia bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungan dan orang disekitarnya, walau tak dipungkiri bahwa jangkauan lingkaran sosialnya minim.-

Tapi...

Bagaimana kau bisa tertawa lepas dihadapan pria lain? Ah aku tidak harus peduli tentang itu, lebih baik jika dia terlihat bebas dimanapun dia berada.-

Noah duduk disamping istrinya, sejak tadi ia sudah melihat dua orang yang saling mengobrol dengan riang duduk ditaman. Mereka seperti orang yang sangat dekat bahkan saling berbalas senyum dan tawa tanpa ragu,

Sejenak terselip rasa aneh dalam dirinya. Melihat bagaimana Lydia yang biasanya selalu serius dan jarang berbicara nampak leluasa juga terlihat menikmati waktunya berbincang dengan Putra Mahkota disisinya,

"Sepertinya Duchess mudah bersosialisasi sekarang?" Ucap Noah menatap Lydia disampingnya,

Edward tertawa kecil dibalas senyuman tipis dari Noah, Lydia hanya terdiam dan terus fokus pada jarumnya. Mendadak gadis muda itu merasa gugup serta sedikit takut, namun juga tenang dalam waktu bersamaan.

Sejak tadi ia sudah merasa risih dan tak nyaman namun berusaha tetap merasa tenang dihadapan putra mahkota, bagaimana pun posisi pria itu jauh lebih tinggi dibanding mereka. Juga, reputasinya sebagai Duchess of Dynne dipertaruhkan.

"Apa salahnya? Kita mendapat tamu kehormatan, kapan lagi kau bisa menerima seorang calon raja menginap di rumahmu?" Sahut Lydia,

"Bagaimana jika aku datang sebagai sepupu dari Noah?" ucap Edward tersenyum,

"Itu sama saja." Sahut Lydia menatap putra mahkota,

Dan..

Tatapan itu lagi, lagi dan lagi. Bagaimana mata yang tajam itu berkilau, permata indah khas Venetia bahkan akan kalah dengan kilauan yang luar biasa itu.

Menyihir lawan bicaranya menjadi batu memaku lugu. Merubah seorang dengan kedudukan mulia menjadi seorang budak tak berguna,

Merobohkan dunia dan seisinya.

Cuaca yang akan mendatangkan badai ini bahkan terkalahkan dengan indahnya kila cahaya mata sang Duchess, Kenapa kau bisa secantik ini?

Noah, sungguh. Aku mulai merasakan bagaimana rasa iri ini berubah menjadi rasa gila yang akan merenggut jiwa ku yang berusaha menahannya,-

Edward menghela nafasnya pelan. Itu sungguh sebuah kegilaan yang begitu buruk, semuanya tidak boleh terjadi. Itu akan menghancurkan segalanya, dan akan merusak masa depan semuanya.

Kecantikan itu sungguh berbahaya, kecantikan adalah musuh dari segalanya dan awal dari sebuah bencana.

"Apa kau akan memberikan itu pada ibu dihari festival nanti?" Tanya Noah menoleh kearah Lydia,

Lydia tersenyum, gadis itu mengangguk pelan.

"Ya, aku ingin memberikan ini untuk Grand Duchess sebagai hadiah pertamaku untuknya. Apakah ini terlalu sederhana?"

"Kurasa tidak Duchess, jika kau memberikannya dengan ketulusan hati. Maka itu akan terasa begitu berharga baginya." Sahut Noah meyakinkan Lydia.

Jelas terbaca olehnya, ekspresi khawatir dan takut merasa rendah terlihat dari wajah sendu Lydia. Gadis itu sedikit ragu, padahal mereka bisa memberikan mertuanya sebuah pulau atau perhiasan mahal.

Duchess dengan pikirannya yang sederhana namun penuh makna didalamnya.

"Kau benar Duke. Aku akan menyelesaikannya sebaik mungkin dan sempurna, ketulusan hati akan jadi bukti dari hasilnya." Ucap Lydia tersenyum,

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang