Jamuan Makan Siang : Duke, Duchess dan Lady.

111 6 3
                                    

Senyum manis terukir diwajah cantik Duchess, menyaksikan permainan hebat suaminya yang menyenangkan. Pria itu sangat gagah dengan kuda yang ditungganginya, keringat yang bercucuran membahasi tubuh kekar yang ditutupi kaos polo itu.

Teriakan demi teriakan para pria mewarnai suasana permainan mereka, Noah sesekali melihat kearah Lydia. Wanita itu juga terus melihat kearahnya, ada kalanya ketika mata mereka bertemu namun Lydia tiba-tiba memalingkan wajahnya seolah tak terjadi apa-apa. Reaksi lucu itu sedikit menggelitik hatinya, Noah sedikit tersenyum dengan sifat pemalu Lydia yang sedikit membuatnya tertawa.

Duchess sudah begitu dekat dengan para bangsawan lain, layaknya perkumpulan sosial yang diwarnai dengan gosip dan perbincangan kelas atas lainnya. Lydia menjadi orang paling tenang disana, menghirup tehnya mendengarkan berbagai pembicaraan yang para lady dan madam itu lakukan. Duchess of Boernt itu merasa mulai nyaman berada disisi mereka, walau ada hal lain yang membuatnya sedikit tidak nyaman.

“Duchess, kamu begitu bagus dalam berpakaian. Akhir-akhir ini mode pakaianmu menjadi tren dikalangan rakyat negeri ini.” kata Zara Oldham,

Gaun dan apapun yang dikenakan Duchess dalam acara atau ketika mereka melihatnya akan selalu jadi tren, bahkan banyak barang palsu yang diproduksi menjiplak gaun-gaun serta perhiasan Duchess. Bahkan, riasan tipisnya juga menjadi tren. Memancarkan kecantikan alaminya,

“Sepertinya Grand Duchess segera akan disingkirkan oleh menantunya dalam dunia fashion.” kata Rosetta, putri itu tersenyum.

Belina De Vierreth tertawa, wajah senang dan bangga menatap menantunya yang turut tersenyum atas bahagianya. “Itu adalah kebanggan bagiku Tuan Putri, bukankah aku begitu beruntung?”

Ucapnya, Grand Duchess of Dynne dengan bahagia membanggakan menantunya. Disana Anne Howard tersenyum pahit, jengkel dengan Grand Duchess yang terlalu berlebihan memuji menantunya. Tepatnya, seharusnya pujian itu menuju kepada dirinya dan dia yang harus menerimanya.

“Duchess mendapat ilmu fashion yang baik, karena ibu dari Duchess juga pandai memilih pakaian juga perhiasan mahal.” kata Anne,

Lydia terdiam, kenapa tiba-tiba membahas ibunya? Dirinya sungguh tak sampai memikirkan hal itu, dan wanita itu membawanya?

Wanita bangsawan itu cukup menguras kesabarannya, Lydia berusaha tenang dengan hal demikian karena jika terbawa akan membahayakan dirinya.

“Ku rasa itu bisa dibanggakan.” kata Lydia, ia tersenyum tipis. Tenang menatap secangkir teh dihadapannya, “Aku mendapat keberkahan lain disana.” katanya.

Ia tak perlu emosi jika ibunya dibawa dalam pembicaraan mereka, karena itu bukan hal penting dan ia sudah berusaha melupakannya. Lagi pula, tidak ada gunanya menanam kebencian itu, Dia tidak akan memetik hasil yang pantas untuknya.

Duchess of Boernt memang begitu tenang dengan segala reaksinya, jawaban itu sedikit membuat keheningan hilang disana. Marie-Louis dan Sylvia juga setuju akan hal yang ia sampaikan, gen yang melekat jelas harus dibanggakan.

Cuaca yang indah itu cukup membuat mereka merasa damai, permainan para pria disana juga berlangsung dengan gembira dan Duke sangat bersemangat disana.

Kudanya berlari kencang, seolah merasakan semangat membara tuannya untuk meraih kemenangan. Noah dengan gagah disana, rambutnya bersinar melambai terbawa angin yang menghantamnya. Lydia tersenyum melihat itu, rasanya seakan kepercayaan pada pria itu mulai tumbuh seiring waktu.

Namun, akan ada selalu badai disana. Seorang yang sejak lama menaruh rasa merasakan api dalam hatinya. Bagaimana Duchess muda yang angkuh bertingkah seolah ratu diantara mereka, bersuami Duke membuat gadis polos itu berubah sikapnya.

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang