Istriku Wanita Tercantik

107 8 2
                                    

Chapter 25 : Istriku Wanita Tercantik.

Aroma segar dan manis yang menusuk itu tak membuatnya terusik, hingga matahari kembali terbit dan hari berganti. Kamar yang berantakan itu kembali bersih dan rapi, diisi dengan benda-benda cantik baru setelah beberapa benda tak sengaja dihancurkan.

Pagi kembali datang setelah hari yang panjang, tak ada yang mereka lakukan selain tidur dan berpelukan diatas ranjang. Obat yang diberikan bereaksi begitu bagus hingga membuat Lydia tertidur seharian semalaman tanpa gangguan, ditambah Noah yang memeluknya hingga lelap bahkan tak peduli jika kiamat terjadi.

Ia terbangun merasakan bahwa ada sesuatu yang besar disisinya, mata emerald itu terbuka perlahan dan melihat sekelilingnya. Dan, Noah De Vierreth ada disampingnya. Tidak, pria itu erat memeluknya.

Ia hanya ingat secuil kejadian kemarin, selebihnya Lydia melupakannya karena pengaruh obat.

“Dunia tak selalu baik, bahkan ketika hidupmu sempurna. Maka, marilah hidup bersamaku dan kita bersama.”

“Percayalah padaku.”

Lydia menatap wajah yang tertidur itu, dia setenang lautan sekarang. Tapi, beberapa jam yang lalu dia seperti seekor singa ganas yang bisa membunuh mangsanya kapan saja. Dia raja, raja yang begitu damai dan melindungi istananya dengan kehangatan luar biasa.

Sejenak wajah gadis itu memerah, entah apa yang terjadi ia tersipu tiba-tiba. Padahal menatap wajah yang diam tertidur, tapi mengapa malah ada rasa malu terselubung dalam dirinya.

“Sampai kapan kau akan menatapku, Hmm?”

Lydia menyembunyikan wajahnya, dan dekapan pria itu semakin kuat dan memenjarakannya. “Lepaskan, aku sesak.” ucap Lydia.

Noah tersenyum, dengan lembut melonggarkan pelukannya. Namun, gadis itu kembali enggan menatapnya dan berbalik darinya. “Haruskah aku tidur lagi? Aku ingin ditatap lebih lama sekarang.” goda Noah, Lydia hanya cemberut disampingnya.

“Cepatlah bangun, sudah waktunya sarapan.” kata Lydia, bangkit dan duduk ditepi tempat tidurnya.

Mereka seperti sepasang suami istri pada umumnya sekarang, tidur dan bangun diatas ranjang yang sama. Namun, perasaan yang masih digantung jadi penghalang antaranya. Masih ada lautan membentang diantara mereka dan menunggu waktunya untuk bisa mengarunginya bersama.

“Kau bisa bicara jika kau sudah siap, aku akan menunggu.” kata Noah, ia bangkit dari tempat tidur dan menghampiri Lydia.

Tatapan itu setenang rembulan yang indah, suara pagi yang memenuhi semesta begitu nyata syahdunya. Tangan yang hangat mula merangkul dan perlahan memeluknya, Lydia menutup matanya dan membisrkan

“Kau percaya padaku bukan? Kau tenang saja.” ucap Noah, perlahan memeluk istrinya kembali. Namun, Lydia hanya diam dan memejamkan matanya.

“Terima kasih.” kata Lydia perlahan, ia mulai menghidupkan rasa percaya yang mati itu sekarang.

Mereka membicarakan sedikit hal tentang itu, bahwa Noah akan membantunya sebisa mungkin untuk hidupnya dan Lydia harus percaya padanya. Tatapan pria yang tulus dan penuh rasa cinta itu membuatnya luluh dan tak berdaya, dan Noah adalah pria yang tak mengingkari janjinya.

“Apakah aku bisa? Tapi, tatapan itu selalu berusaha meyakinkanku.”

Ia sejenak merenung, jelas Lydia masih dengan rasa ragu. Sulit membangkitkan kepercayaan yang hilang dan pada dunia yang rasanya hampir tenggelam,

...

Dengan harap ia membentuk senyuman indahnya kembali, dunia baru akan dimulai ketika matanya terbuka pagi ini. Gadis yang merasa dirinya selalu berada dititik terdalam itu kini akan tumbuh menjadi wanita bangsawan yang penuh potensi,

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang