Pangeran dan Tuan Putri.

59 5 0
                                    

"Jika kau Tuan Putri..Dimana Pangeranmu??"

...

Dari kejauhan terlihat jelas oleh Noah, Istrinya duduk sendirian dibawah pohon yang indah. Gaunnya yang mencolok begitu membuatnya terlihat berbeda dari yang lainnya dan membuatnya begitu menonjol diantara semua orang yang ada disana,

Ia tersenyum memperhatikan gadis itu sendirian mengepakkan kakinya seperti seekor putri duyung. Mengambil bunga-bunga yang berjatuhan di gaunnya dan mengumpulkannya,

"Bahkan dalam jarak ini dia masih terlihat jelas, padahal jika dengan jarak dekat rasanya begitu kecil." batin Noah,

Ia kembali pada dirinya. Dengan arumanis yang cantik, berwarna merah muda sama seperti gaun yang dikenakan Lydia kali ini, membawanya ditangannya dan..

"Dia juga begitu ringan, merah muda dan ringan." ucapnya,

Noah terus berjalan hingga hampir kembali ketempat Lydia berada. Tiba-tiba melihat gadis itu bersama seorang gadis kecil gemuk yang berada disampingnya, Lydia yang menghiasi rambut anak itu dengan bunga-bunga yang indah juga tertawa bersamanya.

Sejenak kalimat wanita tua itu juga terngiang ditelinganya, bahkan ada rasa harap yang sama ketika melihat itu dihadapannya. Apa itu bisa terjadi? Entahlah, Noah tak ingin begitu berharap melebihi semuanya bahkan jika mereka mencoba berusaha saling memahami lebih dulu itu belum mampu membuat mereka saling jatuh cinta.

Pernikahan yang berawal sandiwara ini mulai terbentuk dengan baik, mengisi lubang yang retak dan merekatkannya. Bagaimana rasa nyaman itu tiba-tiba muncul setiap momen yang dilalui juga bagaimana rasa yang ia rasakan ketika wanita itu ada disampingnya,

Mungkin hanya dirinya saat ini yang merasakannya, namun mereka juga berusaha.

"Apa yang kalian lakukan?" tanyanya dihadapan dua orang yang sibuk berbincang itu, gadis kecil gendut dan Tuan Putri merah muda.

"Siapa kau? Kenapa kau menganggu kami?" ucap gadis gendut itu, Lydia terkejut bahkan memperingatkannya. "Eh, jangan seperti itu. Jika kau seorang Lady maka kau harus memiliki etika." ucapnya,

Gadis itu tersenyum. "Maafkan aku kakak." sahutnya, Noah kebingungan dan memilih duduk disana. Kursi itu tak muat hingga gadis gendut itu terhimpit ditengah mereka, "Ini, Lydia." ucapnya menyodorkan arumanis pada Duchess.

"Siapa paman ini kakak? Dia ayahmu?"ucap anak itu lagi. Lydia hampir tak dapat menahan tawanya hingga terbatuk dan berusaha memalingkan wajahnya dan menutup mulutnya dengan jari, akan sungguh memalukan jika ia tertawa keras dan semua orang melihat mereka.

"Apa aku terlihat begitu? " tanya Noah menatap anak itu, tatapan tajamnya mengintimidasi anak kecil itu tapi gadis gendut tersebut tak peduli. "Kakak ini sangat muda, dan kau...kau sepertinya pria yang sudah menikah, kenapa kau mendekati kakak ini!"

Itu jelas memalukan, namun Noah berusaha untuk tetap diam dan tenang. Bahkan ketika melihat Lydia berusaha menahan tawanya, itu semakin membuatnya hilang muka. Rasanya sangat ingin ia melempar anak gendut itu sekarang,

"Dan apa kakak itu tak terlihat seperti wanita yang sudah menikah?" tunjuk Noah pada Lydia yang santai memakan arumanis nya. "Tidak." jawab anak itu instan, "Bahkan tidak sama sekali." sambungnya, Noah hanya tertawa pelan dan menutup mulutnya. Itu jelas sedikit menjengkelkan baginya, anak gendut ini sungguh menguras kesabarannya.

"Lalu kakak, cepat katakan dimana Pangeranmu!" pinta gadis kecil itu merengek pada Lydia, Duchess tersenyum dan menyuapi mulutnya yang ternganga dengan arumanis. Anak gendut itu menikmatinya dan diam sejenak, Lydia tertawa pelan. "Kenapa kau sangat ingin mengetahuinya?" tanya Noah,

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang