Wanita Yang Berharga

54 4 1
                                    

"Lebih mengenal bukan berarti kau lebih baik, benarkan Lady?"

"Lalu? Apa menurutmu dirimu pantas?"

Dua kalimat yang hampir sama maksudnya dari dua orang yang berbeda, Anne Howard dengan rahangnya yang mengeras menatap Duchess didepannya yang santai bertumpu pada pagar. Mata gadis yang tenang itu berubah-ubah cara pandangnya, kadang hangat dan mendadak dingin seketika juga terkadang sendu namun mendadak berubah mejadi tajam dalam beberapa kata.

"Kau sangat ingin bermain denganku Duchess? Kau sudah merebut pria itu dariku, dan..sekarang kau mempermainkan ku?" Anne Howard terus menatap Duchess, namun gadis itu tak memperdulikannya.

"Bagaimana kehidupan setelah menikah menjadi lebih sunyi dari sebelumnya? Apakah Duchess menikmatinya?" tanya Anne, jelas nampak menyindir Lydia yang berada didepannya dan tersenyum tipis.

"Maaf?" kata Lydia menatapnya tersenyum, dan kembali memalingkan wajahnya.

Tatapan penolakan ia lontarkan dengan memalingkan wajahnya dengan sopan, sedemikian lembut dan anggun namun menyadari bahwa itu sebuah penghinaan.

"Aku berharap kau bisa bertahan dalam hubunganmu itu, Yang Mulia." ucap Anne Howard, wanita itu masih ada disana setelah penolakan sopan Duchess kepadanya.

"Semua orang selalu mendoakan kami hal yang sama, begitu beruntungnya hubungan ini." kata Lydia tersenyum, matanya berbinar memandangi langit dengan bulan yang tercermin dimatanya.

Setelah menghabiskan waktu bersama di siang hari, entah apa yang ia rasakan sekarang. Ketika bertemu dengan pria itu jantungnya selalu berdegup kencang dan tak seperti pertemuan awal mereka yang hanya saling bertukar pandang.

"Hubungan yang beruntung, tapi tidak bagi yang menjalaninya." Lydia berkata dalam hatinya.

Namun, semakin perasaan itu datang semakin besar pula rasa takut dalam diri Lydia. Betapa malangnya mengakui fakta bahwa masalalu yang masih menjeratnya, bagaimana mengakui segalanya? Bagaimana juga menyembunyikannya begitu lama? Dan, bagaimana jika itu terjadi lagi?

Bulan malam itu semakin terang, menembus cahaya lainnya dan menyinari seluruh Dynne dengan indahnya.

"Bahkan ketika sandiwara ini terus berlanjut, mereka akan menjadi bibit-bibit rasa nyaman yang akan membuat hatiku semakin hancur.~

Haruskah aku menjauhinya? Tapi, bagaimana?

Duke adalah seseorang yang tak bersalah dan harus terlibat dalam hidupku, bahkan semua keluarga juga masyarakat negara ini. Mereka memandangiku dengan penuh harapan, dan semakin menjeratku.."

Matanya terus menatap bulan, diatas langit dengan agungnya bersinar ditemani bintang yang setia mengelilinginya. Dan Lydia De Vierreth, bagai sebuah bulan disana.

Dimata semua orang bahkan dia bagai seberkas cahaya untuk mereka, dewi yang memberkati dan menyinari seluruh bumi memberikan cinta dan kasih sayang yang berlimpah.

Bagaimana Duchess merangkul seluruh masyarakat yang datang padanya hari ini, menyapa dan ingin menatapnya. Pipinya sampai sakit karena harus terus tersenyum seharian, bahkan malam ini.

"Kau masih disini?" Lydia berkata, suaranya berubah menjadi lebih tegas dan serius. Matanya tak menatap tapi itu cukup membuat seseorang yang mendengarnya bergidik, mata Emerald yang bersinar itu cukup mengintimidasi mereka yang melihatnya. "Lady Howard?"

"Ya?" jawab Anne, menatap sang Duchess.

"Berhati-hatilah saat berbicara, karena tak semua orang bisa menahan diri mereka...

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang