Kita dan Malam

117 7 0
                                    

"Apa kau sudah berkemas? Besok kalian harus pindah, padahal aku berharap kalian lebih lama tinggal disini."

Grand Duchess mengeluh kecil, terlalu cepat baginya untuk Noah dan Lydia meninggalkan mansion mereka dan pindah ke ibukota. Walau dekat dengan istana, tetap saja Grand Duchess mengkhawatirkan keduanya.

Mengingat pernikahan itu sebuah perjodohan, hal apa saja bisa terjadi dan akan menodai kehormatan mereka.

"Aku sudah berkemas ibunda, entah apa aku juga merasa sedih karena harus meninggalkan tempat yang indah ini. Tapi apa boleh buat, ini sudah kewajiban kami." Sahut Lydia,

Dua wanita itu duduk diruang keluarga sambil menikmati teh hangat setelah hujan berlalu, Lydia diberikan banyak nasehat juga apa yang harus ia lakukan sebagai Duchess.

Belina De Vierreth ingin mengajari menantunya langsung tanpa perantara, agar gadis muda itu lebih memahami.

"Kau cukup bijaksana untuk usiamu Lydia, saat aku seusiamu aku hanya seorang tuan putri yang manja yang menyusahkan semua orang." Ucap Grand Duchess memandangi tehnya,

Lydia menatapnya, hatinya bergumam. Ini hanya sebuah tipuan,

"Grand Duchess,

Aku juga....kau mengatakan hal yang aku sendiri alami. Andai kau tau bahwa kebijaksanaan ini hanya dusta belaka, entah bagaimana pandanganmu tentangku. Jika bukan karena ayahku, mungkin aku akan menunjukkan siapa Lydia Von Brielle ini didepan matamu sejak kedatangan pertamaku,

Namun..

Aku tidak ingin menghancurkan kehangatan antara hubungan ayahku dan keluarga kerajaan yang sudah ia jaga puluhan tahun lamanya. Sebagai Laksamana kehormatan juga orang yang sangat dekat dengan putra mahkota,

Aku juga putri yang menyusahkan semua orang, namun itu atas kesadaranku sendiri.

Jelas aku tau, bahwa pernikahan ini adalah permintaan ayahku demi menyelamatkan hidupku dan kehormatan namanya. Tapi ini juga membuatku sengsara, bisakah aku dan Duke hidup dalam sandiwara ini selamanya?-

Lydia larut dalam lamunannya, tenang bagai hutan yang kering dari hujan. Diam menatap kosong pada teh nya yang mulai dingin, hingga suara Grand Duchess memanggilnya.

"Lydia? Apa yang kau pikirkan nak?" Ucap Grand Duchess,

Lamunan itu luluh lantah tak berarah, terhambur bak manik gaun yang hancur. Entah kemana pikirannya membawanya sehingga raganya menjadi sebuah sumur yang kosong tanpa air sedikit pun,

Mata Emerald itu kembali mendapatkan kilaunya, cantik dan megah. Wajah menawan itu segar setelah lamunan beberapa detik mengasihani dirinya sendiri,

"Tidak ada Ibunda, aku hanya sedikit ragu memulai hidupku disana nantinya." Ucap Lydia,

Satu lagi kebohongan yang ia katakan, Grand Duchess dan seluruh orang dirumah ini hanya akan mendengar kebohongan demi kebohongan yang ia katakan. Sungguh,

"Hmmm...awal permulaan memang selalu seperti itu Lydia, jangan khawatir. Ada Madam Grace yang membimbing mu disana nanti, kau juga bisa menelepon atau mengirim surat padaku." Sahut Belina De Vierreth.

Entah bagaimana menurutnya, Gadis yang kini adalah menantunya itu sangat tak terduga sisi lainnya. Wajah nan cantik itu misterius juga penuh dengan tipu daya,

Noah De Vierreth berhasil mempersunting gadis tercantik dikekaisaran yang selalu jadi perbincangan. Jarang terlihat diberbagai suasana, gadis yang tertutup juga enggan menunjukkan wajahnya bahkan lebih memilih mengurung diri dalam kamarnya daripada berlomba-lomba menunjukkan diri di acara sosial untuk memikat sang Duke juga bangsawan lainnya.

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang