Istriku

101 3 0
                                    

Festival musim semi Dynne digelar pekan ini, persiapan sudah dimulai sejak pernikahan Putra Grand Duchess sehingga keluarga kerajaan tak punya banyak waktu untuk agenda mendadak itu.

Lydia mengenakan gaun merah muda yang cantik, sedikit mekar dengan pinggang yang kecil membuatnya terlihat seperti boneka yang indah.

Pelayannya, Elsa sudah berusaha semaksimal mungkin mendandani majikannya itu. Berusaha membujuknya untuk ini dan itu,

"Pakai yang ini saja Duchess, ini sangat cocok untuk tema musim semi." katanya, penuh keyakinan.

Lydia hanya mengangguk dan tersenyum, sejak dulu ia sudah mempercayakan segalanya kepada pelayannya dan penampilannya yang totalitas juga mewah dan cantik selalu karena usaha keras pelayannya yang ada disisinya setiap saat.

Dia selalu cantik setiap saat dan selalu, Gadis yang baru berusia 19 tahun itu tampil sempurna. Menggambarkan keindahan musim semi, dia adalah musim semi sesungguhnya.

"Apa wanita itu akan hadir?" tanya Lydia pada Elsa,

Pelayan itu sedikit menghela nafasnya, ia juga takut menjawab pertanyaan majikannya kala sekarang.

"Sepertinya tidak Nyonya, ku dengar beliau sudah pergi ke Grenade setelah merayakan pernikahanmu." jawab Elsa,

Lydia lega mendengarnya. Ada rasa bahagia yang terselubung, dia akan gila dalam dunia seluas ini akan ada manusia lain yang sama seperti ibunya. Ia bahkan tak tahan jika harus melihat dan menatapnya,

Seseorang gila harta, rasa hormat dan kekuasaan. Hobi menyalahkan orang lain dan sebagainya,

"Orang yang seharusnya cepat mati selalu saja berumur panjang." ucap Lydia, "Ayo keluar, Duke mungkin sudah menunggu."

Perlahan menuruni tangga, sudah ada beberapa mobil dihalaman yang luas itu. Mereka sudah cukup lama menunggu Duchess bersiap karena Lydia yang bangun terlambat, itu sedikit konyol dan memalukan.

Masa bodoh untuk itu, pikirnya. Dia adalah Nyonya dirumah ini dan terserah dia ingin melakukan apa saja, bahkan jika untuk tidak bangun selamanya.

"Kau yakin akan pergi?" tanya Noah, pria itu bangkit dari kursi dan menghampirinya,

"Ya, aku sudah menantikannya." sahut Lydia,

Duke dengan lembut mengulurkan tangannya, disambut tangan indah Duchess dengan jari lentiknya. Perlahan berjalan beriringan dan pergi meninggalkan mansion, bayangan pasangan sempurna itu hilang seketika.

Meninggalkan para pelayan yang melepas keberangkatan mereka diambang pintu, meleleh bagai lilin yang dibakar selama semalaman. Melihat romansa tipis yang menunjukkan kehangatan rumah tangga sempurna,

"Tuhan memberkati pasangan ini." ucap Madam Grace,

Mereka dalam mobil yang sama, Noah dengan santai masih dengan banyak dokumen disisinya. Menyelesaikan banyak pekerjaan padahal sekarang adalah masa untuk libur, agendanya yang terputus-putus menjadi tumpukan pekerjaan tak masuk akal.

"Saranku istirahatlah, kau harus menjauhkan dirimu dari kertas-kertas itu sesekali." kata Lydia,

"Aku akan melakukannya, maka dari itu aku mengerjakan semuanya secepat mungkin agar istirahatku tanpa gangguan sama sekali." sahut Noah,

Satu persatu kertas itu ditanda tangani, tanda tangan yang begitu indah dan rapi. Tertulis namanya dengan agung, ladang bisnis yang melimpah itu membuat pemiliknya tak punya waktu untuk dirinya sendiri.

"Maafkan aku Lydia, tapi...kau harus siap saat kita sampai nanti." kata Noah ragu,

Pria itu menutup penanya dan menyimpannya kembali.

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang