Sang Pangeran Gila

61 3 0
                                    

"Apa Lady Duchess baik-baik saja?"

Putra Mahkota Edward menyalakan cerutunya, ia berada dikamarnya bersama seorang pelayan wanita.

"Saya dengar beliau sudah tenang Yang Mulia, Duchess mungkin sedang tertidur." Sahut sang pelayan.

Pelayan itu sedikit gemetar. Jelas itu terjadi karena ia bersama seorang Putra Mahkota disebuah ruangan yang dikunci, perlahan ia menuangkan wine kedalam gelas.

"M-maafkan saya Yang Mulia." Ucapnya ketika gelas itu hampir tertumpah dan sedikit meninggalkan percikan wine diatas meja,

Saking gemetarnya hingga hampir kehilangan keseimbangannya.

Pelayan itu duduk, membersihkan sedikit wine yang terkena meja. Tanpa berani menatap dan mengamati Edward didepannya,

Mata itu jelas memperhatikannya. Dan itu semakin memprovokasi sang pelayan muda tersebut, bahkan saat harus membersihkan meja dengan baik tangannya masih gemetar karena gugup.

Pelayan muda itu memiliki rambut coklat cerah, bahkan hampir menjadi pirang. Tubuhnya kecil persis seperti Lydia, namun jelas kecantikannya jauh berada dibawah sang Duchess.

"Kau gemetar sekali sejak tadi, santai saja." Ucap Edward,

"Maafkan saya Yang Mulia, saya hanya gugup." sahutnya menunduk.

Edward memajukan tubuhnya, menarik wajah pelayan itu untuk menatap dirinya. Jari-jari panjang itu memegangi dagu sang pelayan hingga semakin membuatnya gemetar tak karuan,

"Siapa namamu?" Tanya Edward, ia tersenyum kecil.

"Aisha...Aisha, Yang Mulia."

Wajah itu semakin gugup dan memerah, Edward memperhatikannya begitu dalam. Mata itu bagai kedalaman lautan yang gelap, bagai awan mendung yang terkena sinar matahari. Birunya bukan sebuah biru kesenangan, melainkan bagai tanda kematian.

Aisha semakin gemetar. Matanya terpaku, hatinya bergerak tak mampu ketika sejak tadi Putra Mahkota itu menarik wajahnya untuk menatap sang calon Raja Venetia itu.

"Aisha?" Ucap Edward,

Pelayan itu mengangguk. Ia menarik dirinya dan Edward perlahan melepaskannya, mata itu masih menatap sang pelayan dan...

Tiba-tiba menariknya kembali dan tersungkur dihadapannya,

"Mau kemana kau?" Tanya Edward,

Tangan besarnya memegangi rambut pelayan itu dan hampir menjambaknya. Aisha hanya meringis tanpa suara, walau itu tak terlalu sakit tapi ia merasakan rasa takut yang luar biasa.

"Sa..saya ingin keluar Yang Mulia, pekerjaan saya sudah selesai." Ucap Aisha berusaha bangkit,

Namun Edward kembali menariknya, bahkan posisi itu lebih parah dari sebelumnya. Sekarang, wajahnya tepat berada didepan selangkangan sang Putra Mahkota.

"Beraninya kau pergi, bahkan aku tidak memerintahkan mu untuk itu."

Suara itu berbisik ditelinga, lembut dan sayu namun bagai ribuan cakaran binatang buas yang menghancurkan mangsanya.

Edward menarik pelayan muda itu, dan berakhir berada dipangkuan nya.

Gadis rendahan yang tak punya apapun berusaha melawan seseorang yang memiliki penuh kuasa, bahkan itu adalah seorang calon raja. Seorang pelayan bangsawan yang akan berakhir sebagai korban dari gilanya seorang putra mahkota tak berguna, berada diatas pangkuannya..

Itu bukan singgasana.

"A...a..apa yang anda lakukan Yang Mulia! Anda sudah kelewatan." Bentak Aisha, berusaha mendorong Edward namun pria itu dengan erat menahan punggungnya.

LYDIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang