Malam itu seperti malam-malam sebelumnya.
Sunyi, sepi, tanpa ada seorang pun yang menemani untuk sekedar mengobrol ataupun menonton televisi yang menyiarkan acara hiburan yang seharusnya bisa membuat penontonnya merasa terhibur.
Bukannya tawa yang terdengar, sebuah helaan nafas berat menjadi respons atas sebuah adegan yang seharusnya menggelitik saat muncul.
Manik cokelat Jin memang tampak melekat pada layar datar di hadapannya, namun sejatinya, pikirannya tidak disana, bahkan tidak pernah benar-benar terfokus sedikit pun.
Hingga ia kemudian bisa mendistraksikan pikirannya yang berat, ke ponsel yang diletakkannya tepat di arm panel sofa cokelat muda yang tengah didudukinya.
Benda elektronik itu bergetar singkat, menandakan ada sebuah pesan masuk.
Ketika Jin membukanya, maniknya melebar sesaat, memamerkan keterkejutan sekaligus antusiasme. Disimpannya segera benda pipih miliknya ke dalam saku celana, sebelum ia bergegas meraih hoodie hitam yang semula diselempangkan pada pegangan kursi di ruang makan, tempat dirinya terakhir kali menikmati hidangan penutup hari. Tak lupa, Jin mengambil kunci mobil yang ia letakkan tak jauh dari sana, sebelum sepasang kaki jenjangnya yang masih terbungkus sepatu pantofel kulit itu keluar dari mansion mewah yang menjadi residensinya.
'Kami menemukannya. Dia ada di bar X. Sebaiknya anda segera kesana.'
***
Seorang wanita muda nampak memandangi pantulan dirinya sendiri di depan cermin, dalam sebuah ruangan tak seberapa luas yang kini dihuninya seorang diri.
Ia memoleskan lipstick berwarna merah, memastikan warnanya menutup rata sepasang bibirnya sebelum ia tersenyum- sebuah bentuk apresiasi atas penampilannya hari itu.
Ia kemudian meraih benda pipih yang diletakkannya di atas nakas tempatnya sedang berhias.
"Lim Junyeong..." gumamnya tatkala memandangi foto seorang lelaki tua yang dilihat dari perawakannya nyaris mencapai usia 80 tahun.
Tak lama, ia mendengar suara ketukan pintu yang mendistraksi iris matanya yang memakai lensa kontak biru safir.
"Masuk," ia hanya menoleh sedikit sembari menatap ke arah pintu dari pundaknya.
Seorang lelaki kurus mengenakan seragam putih dan hitam, tampak muncul dari balik pintu. "Mmm permisi nona, waktu pertunjukan anda telah tiba."
Perempuan itu mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya. Sebelum ia meninggalkan ruangan, ia tak lupa memasang topeng bermotif bulu angsa berwarna putih untuk menutupi sebagian wajahnya.
***
"Ladies and gentleman, mari kita sambut penampilan spesial dari bintang tamu kita hari ini... The Swan!!"
Fokus Jin yang semula ada pada minuman yang dipesannya, segera teralih ke arah asalnya suara.
Maniknya kini terkunci ke depan, pada panggung yang besarnya nyaris seperempat luas bar. Bersamaan dengan itu, indera pendengarannya menangkap riuh tepuk tangan dari sebagian penghuni ruangan.
Kegaduhan semakin membahana ketika pemilik nama yang disebut oleh sang host, menampakkan diri.
Dalam iris kecokelatannya, Jin menangkap sesosok wanita berambut hitam sebahu, berjalan mengenakan pakaian sangat minim -layaknya stripper- berwarna putih, lengkap dengan sepasang killer heels.
Ia mulai menari diiringi musik, memamerkan gerakan-gerakan sensual yang membuat mata-mata lapar dihadapannya sangat antusias menikmati tiap gerakan.
Jin yang sempat ikut terhipnotis, tersadar ketika bartender menawari untuk mengisi gelasnya yang sudah kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIN's Bodyguard
FantasyHubungan profesional bercampur romansa pelik antara Kim Seok-jin, seorang CEO ambisius yang meyakini dirinya memiliki kepribadian ganda dan sang bodyguard yang berhati dingin. Ranking: #1 in Seokjin