What If it's The Last Time?

70 9 0
                                    

Belum puas saling menyalurkan perasaan mendalam masing-masing lewat tatapan mata, Jin dikejutkan dengan dering suara handphone yang diletakkannya di nakas ranjang. Ia menghela nafas panjang merasa kesal dengan gangguan mendadak tersebut dan enggan menjawabnya.

"Kau yakin tidak ingin mengangkatnya?" Eunji bertanya. "Siapa tahu itu penting."

Jin menghela nafas panjang sekali lagi sebelum dengan malas beringsut dari tempat tidur untuk meraih ponselnya. Saat mendapati nama yang tertera di layar memancarkan sinar kebiruan, perasaan Jin semakin tidak nyaman.

"Ya, ada apa Hoseok?" jawabnya. Ia mendengarkan tiap kata yang diucapkan kepala tim keamanannya itu.

Eunji dengan telaten memperhatikan gelagat dan ekspresi sang lelaki, juga nada bicaranya. Jin terlihat tegang dan rahangnya mengeras. Apapun berita yang disampaikan Hoseok, pastilah bukan berita baik.

'Seharusnya kemarin aku ikut pergi bersama Hoseok,' sesal Eunji karena mengkhawatirkan kondisi kawannya.

Jin terdengar menghela nafas berat dengan raut penuh kekecewaan. "Oke," hanya itu respon singkat yang keluar dari mulutnya sebelum segera mengakhiri panggilan. Ditatapnya langit-langit kamar yang mulai diterpa cahaya dari celah jendela yang terbuka.

Eunji perlahan bangun dan duduk masih di atas ranjang, tak lupa menutupi tubuhnya yang belum mengenakan apapun dengan selimut. "Jadi bagaimana sekarang?" Tanyanya penasaran.

"AIK Corp menyerang pabrik kita di Ceko dan banyak korban berjatuhan," Jin menyampaikan kabar duka tersebut. 'Aku tidak tahu apa rencana Park In Ha... Aku tidak akan membiarkannya menemukan makhluk itu.'

Jin bisa merasakan beban di kasurnya mendadak berkurang tatkala Eunji turun dari sana. Jin berusaha menjaga matanya agar tak terdistraksi akan penampilan sang wanita yang berjalan didepannya tanpa busana, sebelum mengambil jubah tidurnya yang tergeletak di lantai.

Eunji memakai kembali jubah satin tipisnya, tak lupa mengikatnya kencang. "Aku akan pergi mengecek situasi," tukasnya sembari menatap Jin yang masih duduk di atas ranjang. "Semoga kita bisa bergabung dengan Hoseok secepatnya dan mengetahui rencana busuk Park In Ha."

Jin menyadari bahwa Eunji serius dengan kalimatnya dan ingin segera kembali menunaikan tugasnya setelah mendapat liburan singkat. Jin tak mampu menahannya karena tahu passion sang wanita. "Aku akan ikut denganmu," ujarnya kemudian.

Eunji seketika terkejut dengan keputusan Jin. "Kenapa? Kau tidak perlu ikut kesana," ia berusaha menahan sang lelaki karena khawatir. "Disana terlalu berbahaya dan peperangan bisa pecah sewaktu-waktu. Siapa tahu Park In Ha dan AIK memang sengaja memancingmu agar masuk jebakan mereka?"

"Keputusanku tidak akan berubah," ujar Jin tegas sambil turut berdiri. Daripada duduk menunggu sendirian di kantor seperti seorang pengecut, ia memilih untuk terjun bersama ke medan perang jika diperlukan. "Aku akan menyusun rencana penerbangan. Kita akan berangkat dalam beberapa jam."

Eunji sebenarnya lebih merasa aman kalau sang lelaki yang masih berstatus sebagai bosnya tersebut tetap berada di kediamannya. Karena kalau Jin ikut, tugasnya jadi bertambah. Selain ikut membantu pasukan elite dan keamanan, ia juga harus melindungi Jin. Tapi Eunji mendadak sadar kalau kekuatan tersembunyi yang Jin miliki, jauh lebih besar darinya.

"Baiklah, terserah kau saja," Eunji mengangkat kedua bahunya. Maniknya diam-diam tak dapat menahan diri untuk tidak mengagumi tubuh sang lelaki yang tinggi dan atletis. "Tapi berusahalah agar tidak terlalu terlihat menonjol."

Segera setelah tersenyum penuh arti, Eunji meninggalkan kediaman Jin, yang diam-diam ikut tersenyum tipis. Ada perasaan sedih yang mendadak menyergap hatinya.

JIN's BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang