Hidden Secret

64 13 0
                                    

Setelah berhasil memaksa sang kakak untuk mendengarkan keluh kesah dan menenggak minuman pelipur lara, Jung Minji menepati janji untuk segera angkat kaki begitu sebotol wine ukuran kecil yang dibawanya telah habis tak bersisa.

Tentu saja ia yang lebih banyak meminumnya karena Eunji menolak dengan dalih ada pekerjaan penting dan tidak mau terbangun dalam kondisi mengenaskan keesokan harinya.

Minji yang sudah duduk di dalam taksi melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya dan menemukan kalau masih pukul delapan malam.

'Masih terlalu dini untuk kembali ke hotel dan terpekur sendirian disana,' gumamnya sembari menghela nafas panjang.

Ketika memutuskan untuk menikmati suasana malam kota Seoul, di saat itulah maniknya menangkap sebuah bangunan perkantoran megah yang baru saja dilewati oleh kendaraan yang ditumpanginya.

Tidak berpikir panjang, Minji dengan segera meminta sopir taksi untuk berputar balik dan menurunkannya tepat di lobi gedung perkantoran mewah tadi.

Minji tersenyum penuh arti tepat saat sepasang kakinya yang dibalut heels berwarna sama dengan dressnya, memasuki ruangan yang sebagian lampunya sudah meredup.

Di waktu seperti sekarang, sebagian besar pekerja pasti sudah kembali ke rumah masing-masing. Namun, Minji masih melangkah percaya diri menuju meja penerima tamu yang tak jauh dari pintu masuk utama.

"Selamat malam, ada keperluan apa anda malam-malam datang kemari?"

Ia disambut oleh seorang wanita muda yang muncul dari balik meja resepsionis.

Tak langsung menjawab, Minji memandangi huruf timbul yang bertuliskan nama perusahaan yang terukir di tembok belakang penerima tamu.

'AIK Corporation... sudah lama sekali...' gumamnya sebelum iris kehitamannya bertemu dengan penerima tamu. "Aku ingin bertemu dengan Tuan Park In Ha, dia pasti masih ada di ruangannya kan?"

Raut wajah sang resepsionis menunjukkan keterkejutan karena sang tamu menyebutkan nama pucuk tertinggi di perusahaan tempatnya bekerja. "Apa anda sudah membuat janji sebelumnya? Kalau belum, mohon maaf anda belum bisa menemuinya karena ini sudah diluar jam kerja."

"Aku tidak perlu melakukan hal remeh semacam itu. Telepon saja dia sekarang," Minji memutar bola matanya ke atas.

"Tapi maaf nyonya, saya tidak-"

"Kalau aku suruh telepon ya telepon!" Minji yang sudah kehilangan kesabaran terlebih dirinya sedikit dikuasai alkohol, memukul meja di hadapannya dengan keras hingga membuat sang resepsionis kaget.

"B-Baik, mohon ditunggu sebentar," dengan gemetar, perempuan muda itu menekan salah satu angka di intercom miliknya. Tak lama kemudian, panggilannya tersambung. "S-Selamat malam Tuan Park, ada seseorang yang memaksa ingin bertemu dengan anda. Namanya..."

"Jung Minji," Minji dengan segera menyebut namanya sendiri ketika sang resepsionis meliriknya.

"Antar dia keruanganku sekarang,"

Resepsionis itu kembali terkejut karena tanpa berpikir panjang, sang pimpinan tertinggi langsung memberi ijin.

Minji langsung tersenyum penuh kemenangan begitu dirinya diminta untuk naik ke lantai dua.

Senyumnya bertahan hingga ia akhirnya bertemu muka dengan orang yang dicarinya.

"Lama tidak bertemu, oppa," Minji langsung duduk dengan menyilangkan kaki, tepat berhadapan dengan pria yang masih mengenakan outfit yang sama dengan yang dipakainya siang tadi.

Duduk dengan menyandarkan punggung di kursi dan kedua tangan terlipat di dada, Park In Ha menanyakan tujuan sang wanita mendatangi kantornya. "Apa yang membuatmu pada akhirnya kembali kemari, Minji?"

JIN's BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang