Mereka kini mengantar Danica ke kamar nya, bahkan Profesor Darmoga juga ada disitu.
Eislyn langsung membukakan pintu kamar anak nya itu dan tersenyum.
"Biarkan ibu menema---"
BRAK
Danica langsung menutup pintu kamar nya dengan keras dan tanpa membiarkan ibu nya menghabiskan ucapan nya.
Eislyn dia terdiam menatap pintu kamar anak nya, jujur hati nya sangat hancur namun ini juga kesalahan nya karena telah membohongi anak nya.
Profesor Darmoga langsung memegang kedua pundak Eislyn.
"Sabar, mungkin besok dia sudah membaik sebaiknya kau istirahat saja" ucap Profesor Darmoga
"Antar Eislyn ke kamar nya" ucap James pada Flora, Zinnia dan Evelina
Flora, Zinnia dan Evelina mereka menganggukkan kepalanya dan pada saat mereka mau mengajak Eislyn ke kamar untuk istirahat tiba-tiba saja Eislyn menolak duluan.
"Aku tetap mau disini" ucap Eislyn
"Tapi Eislyn kau butuh istirahat, kau terlihat sangat lelah dan itu tidak bagus untuk kesehatan tubuh mu" ucap Chandra khawatir
"Kalian duluan saja, aku masih mau disini" ucap Eislyn terus menatap pintu kamar anak nya
"Kami akan menemani mu disini" ucap Flora
"Tidak, aku ingin sendiri disini" ucap Eislyn
"Tapi Eis---"
"Aku mohon tinggalkan aku sendiri" ucap Eislyn dengan suara tegas
Flora, James, Zinnia, Zion, Faindra, Chandra dan Evelina mereka hanya bisa pasrah.
"Anak-anak masuk ke kamar kalian" ucap Profesor Darmoga pada Lydia, Emma dan Frynklin
Emma, Lydia dan Frynklin mereka menganggukkan kepala mereka lalu berjalan memasuki kamar mereka yang saling berhadapan itu.
Mereka semua pun berjalan untuk pergi dari situ walaupun sebenernya mereka tidak mau meninggalkan Eislyn sendiri disitu namun ini perintah Eislyn dan mereka harus menuruti nya karena mereka mengerti Eislyn butuh waktu sendiri.
Kini hanya Eislyn yang berada disitu, Eislyn langsung terduduk sambil menyandarkan tubuhnya di pintu kamar Danica dan menangis.
Sedangkan di dalam kamar.
"Hiks..."
Suara tangisan terdengar, Danica menangis sambil menyembunyikan wajah nya di tumpukan bantal, dia masih hancur dan sulit menerima ini semua.
Danica terus-terusan menangis namun suara nya tidak terlalu kuat karena wajah nya di tutupi oleh bantal yang membuat suara tangisan nya jadi tidak terdengar keras.
Diluar kamar pun Eislyn yang duduk menyandar itu dia juga menangis dan terus menangis namun dia menahan suara tangisannya karena takut menganggu tidur Lydia, Emma, Frynklin dan tentunya tidur putri nya Danica.
Eislyn masih terus menangis dan dia lalu memandang cincin yang melingkar di jari nya itu, dan itu adalah cincin pemberian dari Danzel 18 tahun yang lalu.
Eislyn masih terus-terusan menangis tanpa henti diluar kamar Danica, dia sangat menyesal atas kebenaran yang ia sembunyikan.
"Apa kau yakin tidak mau memberitahu Danica tentang kebenaran nya saat besar nanti?" Tanya Zinnia
"Tidak, aku tidak mau dan biarkan saja dia hanya tau aku ibu kandung nya dan Danzel ayah nya" ucap Eislyn sambil mengendong bayi kecil Danica
"Tapi Eislyn suatu saat pasti kebenaran itu akan terbongkar" ucap Evelina