Waktu semakin berlalu dan kini sudah pukul 12:30 tengah malam dan Danica masih duduk di kursi meja belajar nya yang menatap lurus ke depan jendela nya.
Dia tidak pernah pindah dari situ sejak tadi.
"kita bukan berasal dari keluarga yang sebenarnya tapi kita membina keluarga sendiri tanpa ada aliran darah yang sama, keluarga sebenar terbentuk dari hati ke hati dan bukan hanya darah ke darah" ucap Profesor Darmoga lagi
"Eislyn adalah wanita yang baik, percaya lah padaku dia ibu yang hebat dan penuh perjuangan dan kasih sayang beserta penuh cinta"
"aku menyaksikan dia membesarkan mu cucuku" ucap Profesor Darmoga lagi dan lagi
Danica masih terus-terusan memikirkan ucapan Profesor Darmoga dan perkataan Profesor Darmoga yang tadi tidak bisa dia lupakan.
"Eislyn adalah wanita yang baik, percaya lah padaku dia ibu yang hebat dan penuh perjuangan dan kasih sayang beserta penuh cinta"
Kini Danica berdiri di depan pintu kamar Eislyn dan dia berusaha untuk mengumpulkan niat nya untuk membuka pintu kamar ibu nya, jujur dia masih sulit untuk melupakan hal ini tapi disisi lain dia juga salah, tidak seharusnya dia bersikap seperti itu pada ibu nya karena biar bagaimanapun Eislyn adalah wanita yang menyelamatkan hidup nya.
Tanpa Eislyn mungkin hidup Danica akan berantakan jadi anak terlantar diluar sana dan dia seharusnya bersyukur Eislyn menemukan nya.
CEKLEK
Danica membuka pintu kamar ibu nya dan dia melihat kamar ibu nya sangat gelap tanpa ada cahaya lilin namun ada sedikit cahaya bulan yang masuk menembus jendela kaca.
Danica berjalan masuk kedalam dan dia melihat ibu nya duduk melamun dengan keadaan yang lusuh dan tatapan ibu nya sangat kosong.
Danica langsung terdiam di tempat dia sangat sedih melihat kondisi ibu nya seperti itu bahkan air mata nya kembali mengalir dari kedua mata nya.
"ibu...." panggil Danica dengan suara pelan
Eislyn yang melamun dan tatapan mata nya kosong seketika tersadar ketika dia mendengar suara lembut yang ia rindukan.
Eislyn langsung menoleh dan mendongak keatas dan melihat Putri nya berdiri disitu menatap nya.
Melihat itu Eislyn langsung berdiri dan menatap putri nya, dia bahkan menggosok kedua mata nya untuk membuktikan ini bukan mimpi atau lamunannya.
"Danica, itu kau nak?" tanya Eislyn memastikan bahkan suara nya terdengar gemetar
Danica menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan dan dia mengusap air mata nya.
"i-ibu a-aku kesini untuk minta maaf sama ibu" ucap Danica dengan air mata yang mengalir
"aku tau aku salah tidak seharusnya aku langsung bersikap seperti ini sama ibu, aku telah menyakiti hati ibu aku salah bu aku seharusnya mendengarkan penjelasan ibu kenapa ibu menyembunyikan kebenaran tentang ku selama ini" ucap Danica merasa bersalah pada Eislyn
"a-aku huff aku betul-betul minta maaf ibu, aku sudah bikin hati ibu terluka dan bikin ibu menangis"
Eislyn yang mendengar itu dia terus meneteskan air mata dan dia menutup mulut nya untuk menahan suara tangisannya.
"aku sudah jadi anak yang durhaka, aku tidak layak unt-----"
GREP
Eislyn sudah tidak tahan lagi dia langsung memeluk Putri nya itu dengan erat dan tangisan Eislyn langsung pecah begitu saja.
Danica yang dipeluk itu dia juga menangis dan membalas pelukan ibu nya dengan erat, jujur saja dia betul-betul merasa bersalah telah membuat ibu nya menangis dan terluka.