ayahku, mantan bad boy

79 27 5
                                    


Sudah bab 8 saja.

Sedikit lagi bab 9 yah, terus bab 10.
Tapi sebelum ke kedua bab itu, baca dulu bab ini.

Lagian juga belum di update.

Sabar!!




*****************


Alhamdulillah, acara berlangsung dengan sangat baik dan Kak Irzy kembali mengantarku pulang dengan becak yang ia sewa.  Aku dan Kak Irzy bertemu Ayah yang lagi beli nasi goreng keliling langganannya di depan rumah.  Ayah menegur sapa aku penuh rasa girang. "Hey, anak Ayah udah pulang,”

“Hei Ayah.  Lagi jajan ceritanya,” balasku.

Ekspresi Ayah berbeda saat memandang Kak Irzy.  Kedua kelopak matanya menatap penasaran sampai aku mulai cemas karena Ayah akan memarahi Kak Irzy dan mengusirnya.  Ayah mudah was-was dan curigaan terhadap orang baru apalagi kalau punya trauma yang sulit dilupakan.  Huh, tingkat kecurigaan nya bisa sepuluh kali lipat.  Duh, semoga Ayah gak macem-macem sama dia.

“Irzy ‘kan.  Anaknya yang jualan brownies ?  Ah, iya gue inget,” kata Ayah mengenali Kak Irzy.  Huh, lega deh aku.

“Iya Om.  Om apa kabar?  Kita terakhir ketemu waktu saya masih SMP”balas Kak Irzy sopan.

“Gak berubah lo.  Masih jelek aja wkwkwkw.  Canda Zy,” ledek Ayah bikin hati Kak Irzy sedikit tersinggung.

LEBIH TEPATNYA AYAH MEMFITNAH KAK IRZY. TAMPAN BEGITU DIBILANG JELEK. HUFT !!!!

“Ih, Ayah.  Apaan sih.  Jangan gitu ah.  Maaf yah Kak.  Ayah emang begitu,”relai aku.

“Yaudah, Ayah minta maaf.  Sebagai gantinya Ayah traktir Irzy makan nasgor.  Oke,” ucap Ayah mengajak Kak Irzy masuk ke rumahku meninggalkan aku dan becaknya ditengah jalan.

Kak Irzy sebenarnya menolak karena tidak enak tapi selain sikap ayahku yang sembrono dalam berkata-kata, dia juga suka maksa. Maklumlah, masa mudanya bad boy.

Kenapa Kak Irzy wajahnya tegang begitu? Kayak ngadepin hantu aja.  Sambil menatap takut wajah ayahku yang sangat khusyu melahap nasi goreng dari piringnya, aku berbisik di telinganya yang kebetulan dekat dengan ku duduk. " Udah , jangan tegang.  Ayahku kalo lagi lapar begitu.  Lahap makannya,”

Sekejap kedua bola mata Ayah menatap tajam kami berdua. “Hey, kenapa liatin saya begitu.  Kiara, ambilin Ayah air,” perintahnya tiba-tiba.

Semoga Kak Irzy gak apa-apain sama Ayah. Aku berusaha mengintip dari balik pintu kulkas yang jaraknya tak jauh dari ruang tamu.  Kira-kira Ayah bicara apa yah sama Kak Irzy.  Diskusinya serius sekali seperti ngebahas pajak negara.  Saking seriusnya aku sampai lupa sama perintah Ayah.

”KIARA !!!! AIR AYAH MANA ?”

Aku bergegas kembali sembari membawa segelas air putih dingin ke hadapan Ayah dengan raut wajah tenang. "Nih airnya Yah,”

“Terima kasih.  Ok.  Kiara.  Irzy udah cerita semua soal kamu kerja di  kafenya Kak Irzy.  Ayah setuju tapi dengan satu syarat. Hubungan kalian hanya sebatas teman, tidak lebih.  Kalo sampai ketahuan, jangan harap kalian bisa bertemu lagi.  Ayah akan hukum tegas kamu dan dia walaupun ibunya temen dekat ibu kamu.  Bisa yah. Gara-gara pacaran, sekolah kamu berantakan.  Ingat ‘kan kamu Kiara,” ungkit Ayah menyetrum perasaan ku.

”Iya."

“Iya Om.  Saya juga gak ada rasa apapun selain teman sama Kiara,” pekiknya.

Terdiam dan menganggukan kepala adalah dua tindakanku dibarengi suasana hati yang gelisah.  Gelisah karena Ayah melarangku jatuh cinta disaat aku sedang jatuh cinta dan ucapan Kak Irzy yang menganggapku hanya teman yang mengendurkan harapanku.

“Yaudah, saya pamit dulu yah Om.  Udah malem, besok saya ada ulangan.  Makasih udah traktir saya nasi goreng.  Salam yah buat tante,” Kak Irzy pamit.

“Hati-hati Kak Irzy," ucapku sebelum Kak Irzy keluar rumah.

“Ya.  Salam buat ibu lo,” sambung Ayah.

----------------------------------------

Kak Irzy lagi apa yah?

Kira-kira dia sibuk gak malam ini?

Eh, ia bilang ada kuis besok?

Apa tunguin aja sampe selesai belajarnya.

AH, bingung banget aku.  Seandainya aku udah kenal Kak Irzy dari dulu.  Mungkin aku gak bakal pacaran sama si Alan brengsek itu dan aku bebas pacaran tanpa dikekang Ayah.Tungguin aja deh. Sekarang udah jam delapan, paling jam sembilan kelar belajarnya.

( Empat Jam Kemudian )

 Apanya jam sembilan.  Ini udah jam dua belas malam Kiara.  Kamu mau nunggu sampai jam berapa.  Mentang-mentang gak sekolah, bukan berarti seenaknya ngurangin waktu tidur.  Seorang penyanyi harus punya jam istirahat yang baik supaya kualitas suaranya terjaga.  Cinta ternyata bisa bikin manusia bodoh yah.  Aku salah satu manusia itu.

KRINGGGGHH!!!!!!

Loh, Kak Irzy nelpon.  Serius?  Aku lagi gak mimpi ‘kan. Coba tampar pipi kiriku, Sakit.  Berarti ini nyata.  Akh, senangnya.  "Halo, Kak?”

“Halo, Kia ?” tanya Kak Irzy bernada rendah.

“Kenapa kak?  Kakak belum tidur ?” tanya balik aku sedikit gugup.

“Gak bisa tidur.  Kepikiran sesuatu,” jawab nya bikin aku curiga.

Waduh, Kenapa Kak Irzy.  Pasti gara-gara tadi.  Aku harus minta maaf lagi.

“KAK, MAAFIN AYAH KIA.  AKU TAHU KAKAK GAK NYAMAN SAMA UCAPAN AYAHKU.  MAAF KAK KALO ADA UCAPAN AYAH YANG BIKIN KAKAK TERSINGGUNG.  MAAF KAK,” ucap histeris ku memohon-mohon.

“Hahahaha,” Kak Irzy segitu kencangnya tertawa di dekat telingaku sampai-sampai aku sejenak terbengong kaku. ”Kak, kenapa ketawa ?”

“Lucu banget sih kamu.  Ayah kamu baik kok sama aku.  Aku mikirin sesuatu yaitu mikirin besok mulai darimana ngajarin kamu belajar vokal.  Jujur, aku gak punya background musik atau musisi dan aku tahu semua itu dari internet dan temen-temen Kakak yang udah jadi penyanyi.  Aku takut ngajarin kamu hal yang bikin kamu gagal,” keluh Kak Irzy.

“Oh, gapapa kok.  Coba aja dulu.  Aku ‘kan juga belum lihat Kakak ngajarin aku. Yakin aja.  Kalau gagal, aku gak marah.  Aku berusaha apresiasi sama orang yang mau bantuin aku.  Apalagi buat masa depanku,”puji aku agak malu-malu.

“Kamu baik Kia.  Makasih udah ngehargai kekurangan aku,” balasnya.

“Kakak yang ngehargai kekurangan aku.  Aku bodoh, emosian sampai-sampai di hukum sekolah.  Untung ada Kakak yang udah bikin aku semangat hidup lagi.  Kalo gak aku udah kayak orang gila sekarang wkwkwkwk."

Saling memuji jadi topik teleponan aku sama Kak Irzy.  Dua jam kita bercanda, cerita cita-cita dan gombal-gombalan kayak orang pacaran.  Seandainya aku sama Kak Irzy beneran pacaran.  Mungkin bisa lebih dari ini.  Ih, So sweet.






******************

PENULIS TIDAK SEMPAT MEMBUAT KATA PENUTUP DIKARENAKAN TERSERANG MENCRET AKIBAT MAKAN SEBLAK CABENYA SATU PABRIK

Melodikia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang