Sejak sepuluh tahun yang lalu Rillo tidak pernah melewatkan setiap hari sabtunya untuk mendatangi tempat itu. Lorong putih dengan bau obatnya yang menyengat itu tidak akan meninggalkan secuil saja kenangannya di kepala Rillo.
"Rillo? Ya ampun nggak salah liat nih?!" Diandra, suster muda yang seumuran dengan Rillo dan sudah mengenalnya sejak lima tahun lalu menatapnya dengan kaget saat Rillo muncul di depan meja kasir siang ini.
Rillo tersenyum. "Hai di, gimana kabar lo?" Tanya laki-laki itu sambil meletakkan dua paper bag besar bertuliskan subway di atas meja.
"Aahhh ya ampun gila udah lama nggak ketemu! Mbak Vika ada Rillo!!" Diandra bukannya menjawab sapaan Rillo malah berlari mencari mbak Vika, seniornya yang juga sudah mengenal Rillo dengan akrab.
"Lah Rillo?" Yang muncul justru perawat laki-laki berwajah manis mirip Kim Soo Hyun. Rillo menoleh.
"Mas Ben!"
Kedua laki-laki itu saling beradu tos dan berpelukan dengan singkat.
"Apa kabar, Lo? Lama nih nggak keliatan kemana aja sih?" Mas Beni tersenyum lebar dan menepuk pundak Rillo.
"Biasa mas ada kerjaan di luar kota." Sahut Rillo. "gimana kabar nya mbak Sinta mas? Gue denger udah lahiran, sori gue belum jengukin." Ujar Rillo menyebutkan nama istrinya mas Beni yang kira-kira dua bulan lalu baru saja melahirkan anak pertamanya.
"Ya elahh santai aja, Lo. Sinta baik kok. Mampir aja Lo, ke rumah. Ajakin si Aelin, dia tau rumah gue soalnya dia yang jengukin Sinta rame rame sama Zia, sama Irgi sama ler. Rame banget bawain oleh olehnya juga beuh.. kayak bawain orang satu kampung! Bilangin makasih ya." Mas Beni tergelak.
Rillo rasanya ikut senang mendengarnya.
Saat itu Diandra dan mbak Vika kembali muncul. "Aahhhhh adek gueee.." seru mbak Vika nyaring yang langsung menghampiri Rillo sambil merentangkan kedua tangannya lebar lebar.
Rillo tertawa melihat perempuan itu dan ikut membuka lengannya supaya mbak Vika bisa memeluknya. "Mbak Vika gimana kabarnya? Baik?"
"Huahhhhhh kenapa pake nanya sih Lo, nggak baik Lo, mbak nggak baik baik aja! Igd lagi rame rame nya nih kayak pasar malem!" Kelakar mbak Vika di belakang kepala Rillo sambil mengeratkan pelukannya. "Aduhhh kangen banget aku sama kamu, Lo!"
"Tuh kan apa gue bilang dulu Lo, jangan sampe lo nggak ke sini tiga bulan aja deh, pasti gempar kan!" Celetuk Diandra yang wajahnya tidak berubah sama sekali sejak sepuluh tahun yang lalu.
"Ah bisa aja lo di, bukannya lo yang dari kemaren kemaren nyariin Rillo? Katanya kangen gitu, Lo!" Canda mbak Vika yang membuat Diandra seketika membeliak.
"Enak ajaaa!!! Nggak ada! Fitnah! Jangan percaya, Lo!" Bantah Diandra mati-matian.
Mas Beni dan Rillo tertawa. Padahal sebenarnya nggak perlu bersikeras membantah, Rillo juga sudah mendengar kabar bahwa Diandra baru saja bertunangan dengan pacarnya yang sudah jalan sejak lima tahun yang lalu. Rillo rasanya harus meminta maaf pada banyak orang karena selama 6 bulan pergi saja sudah ada banyak hal yang ia lewatkan.
"Rillo?" Sebuah suara lain yang menyapa Rillo membuat Rillo serta ketiga orang yang sedang ngobrol dengannya ikut menoleh.
Ternyata suster Herlina entah muncul darimana sudah berdiri tak jauh dari tempat Rillo berdiri.
"Cah lanangkuu!" Wanita itu merentangkan kedua tangannya lebar lebar dan Rillo lah yang berjalan menghampiri nya. Memeluk wanita itu lebih dulu.
"Sus." Di dalam dekapan Rillo, suster Herlina tampak tenggelam dan sangat kecil. Untuk sesaat keduanya membuat orang-orang yang melihat mereka berdua berpelukan ikut terharu. Bagi suster Herlina, Rillo sudah seperti anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
505
Fiksi UmumRillo akhirnya memutuskan untuk mengubah nama belakangnya menjadi 'Domani'. Bukan sembarangan Domani karena yang satu ini adalah pemilik bisnis keluarga yang sudah terkenal di kalangan broker gelap di dunia bawah. Namun tidak seperti pemimpin yang s...