*
"Jadi gimana? Tetep berangkat nggak nih lin?"
Suara Zia di seberang sana menyadarkan Aelin dari lamunannya. Gadis itu sedang duduk di sofa di kamarnya sembari memandangi kuku kakinya yang baru dicat marble biru, kontras sekali dengan kulitnya yang putih pucat sementara barang-barangnya tersebar di lantai di penjuru kamar.
Aelin sedang mengepak baju-bajunya saat Ivy mengabarinya siang ini bahwa Rillo kemungkinan akan pulang dalam satu atau dua hari ke depan. Hal itu terang saja membuat Aelin jadi bimbang karena tiket pesawat yang sudah dipesannya untuk terbang ke Las Vegas baru berangkat besok jam sepuluh malam kalau dia belum bisa berangkat ke Vegas tapi Rillo sudah keburu muncul, Aelin yakin seratus persen sesuatu yang tidak menyenangkan akan segera terjadi. Entah itu Rillo akan ikut dengannya ke Vegas atau malah membuatnya gagal berangkat ke Vegas. Laki-laki itu tidak bisa ditebak tapi satu hal yang pasti Aelin membencinya karena Rillo sekarang punya obsesi untuk mengganggunya habis habisan.
"Menurut lo gimana?" Tanya Aelin balik membuat Zia kebingungan.
"Kok jadi tanya gue kan yang pengen ke Vegas elo Lin,"
"Ya tapi kan tadi Ivy ngabarin zi Rillo bakal balik satu dua hari lagi, gimana kalo tuh orang pulangnya besok siang pas kita belum berangkat? Gue nggak mau ya dia ikut pasti dia bakal rese!"
Kontan saja Zia tertawa di seberang sana. "Iya juga sih gue jadi ingat waktu kita ke Bali, lo sampe nangis gara-gara digangguin Rillo."
Aelin tidak ingin mengingatnya tapi tidak bisa dipungkiri rasa kesal itu masih ada. Membekas sempurna di kepalanya.
Sekitar satu tahun yang lalu, kala itu Aelin sengaja izin dua hari dari kampus untuk pergi ke Bali bersama Zia. Hanya berdua karena Aelin merasa kepalanya sudah sangat mentok alias burnout. Aelin sudah merencanakan banyak hal untuk bersenang-senang di Bali seperti membeli beberapa bikini baru untuk pamer di pantai dan menggaet cowok bule ganteng, membeli dress party baru yang juga tak kalah seksi tentu saja lagi-lagi untuk bersenang-senang di kelab malam sudah pasti mereka berdua akan pulang membawa satu atau dua kenalan baru. Namun rencana itu tinggal lah rencana indah yang hancur lebur tatkala pintu kamar hotel tempat Aelin dan Zia menginap diketuk saat keduanya sedang bersiap di dalam. Aelin sendiri yang membukakan pintu dan ia masih ingat dengan jelas betapa jantungannya dirinya saat yang ditemukannya di balik pintu adalah sosok Rillo.
Rillo kemudian masuk ke dalam kamar dan melihat-lihat situasi. Tentu saja dengan otak jeniusnya tidak sulit bagi Rillo untuk menemukan kejanggalan. Laki-laki itu mengacak-acak isi koper Aelin dan merampas semua bikini dan dress seksinya yang baru dibeli. Pada akhirnya Rillo juga menyuruh Aelin untuk mengganti dress yang sudah dikenakan nya. Aelin tentu saja menolak keras keras dan mereka bertengkar hebat. Tidak perlu menebak siapa yang menang tentu saja Rillo yang merasa punya kuasa di dalam hidup Aelin.
"Buka dress lo ganti pake kaos." Kata Rillo dengan dingin.
"Kaosss??? Lo gila?! Gue mau clubbing bukannya belanja buku di gramed! Yang bener aja deh lo!" Sahut Aelin langsung emosi.
"Gue nggak peduli. Buka dress lo atau lo nggak akan pergi kemana mana malem ini."
"Lo buka aja sendiri!"
Tantangan yang benar-benar keliru dan di kemudian hari disesali Aelin sampai detik ini. Rillo tanpa banyak bicara menarik satu-satunya tali spaghetti di pundak Aelin yang langsung meloloskan dress kekurangan bahan itu dari tubuh rampingnya. Aelin benar-benar menganga dengan apa yang dilakukan Rillo sontak saja gadis itu langsung mendekap tubuhnya dengan lengan. Meski dulu saat kecil Rillo sering membantu Mami memandikan Aelin tapi tetap saja. Mereka bukan anak kecil lagi! Dan Aelin sudah memiliki urat malu. Berdiri telanjang di depan Rillo saat ini bukan hal yang dia inginkan. Aelin merasa dipermalukan. Ironisnya laki-laki itu sendiri adalah penyebabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
505
Narrativa generaleRillo akhirnya memutuskan untuk mengubah nama belakangnya menjadi 'Domani'. Bukan sembarangan Domani karena yang satu ini adalah pemilik bisnis keluarga yang sudah terkenal di kalangan broker gelap di dunia bawah. Namun tidak seperti pemimpin yang s...