Beberapa hari berlalu, untuk pertama kali Gempa benar-benar melatih kedua adiknya. Sekarang ini mereka semua tengah berkumpul di arena pelatihan, Blaze yang bersemangat dan Ice yang mengantuk.
"Baiklah, aku mungkin bukan pengajar yang baik seperti ksatria Hang Kasa, tetapi aku akan melakukan yang terbaik untuk kalian. Haruskah kita menunggu Archduchess Kuputeri terlebih dahulu atau kalian ingin pemanasan dahulu?" Gempa mengatupkan kedua tangannya.
"Mulai sekarang juga tidak apa, kak! Benar kan, Ice?!" Blaze menyenggol saudaranya supaya ia terlihat bersemangat sedikit.
Ice hanya mengusap matanya dan mengangguk sebagai respon.
Gempa tersenyum tipis, "Baiklah, mari mulai pemanasan terlebih dahulu."
Pangeran ketiga itu memulai kegiatan mereka dan kedua adiknya mengikuti.
Baru beberapa menit berlalu, tiba-tiba Halilintar dan Taufan datang menghampiri Gempa yang tengah pemanasan.
"Gempa? Kau sedang apa?" Tanya Halilintar.
"Eh? Adik-adikku sayang! Kalian juga disini? Ayo latihan bersama, akan aku tunjukkan kemampuan kakak kalian yang paling tampan ini!" Taufan membuat pusaran angin kecil di jari telunjuknya membuat Blaze semakin bersemangat, jika diibaratkan sepertinya muncul binar-binar bintang di kedua matanya.
"Aku sedang melatih Blaze dan Ice, perintah ayahanda yang tidak bisa kutolak." Halilintar menepuk pundak Gempa sebagai bentuk prihatin.
"Wah, Kakak! Itu keren sekali, bagaimana caranya?"
Taufan kemudian melayang di udara, "Tentu saja itu mudah, akan tetapi kalian harus mengikuti dengan serius pelatihan Gempa jika ingin menggunakan trik seperti ini." Pada saat melayang di udara, ia membuat cakra udara dan kemudian menghilangkannya.
Blaze kembali terkesima, Ice yang tadinya tidak menaruh minat pun mulai tertarik pada kekuatan yang dimiliki kakaknya itu.
"Bagaimana jika kau belajar untuk membuat bola api, Blaze?" Saran Gempa yang kemudian di angguki olehnya.
Gempa beralih ke adiknya yang satu lagi. "Dan untuk Ice, untuk pengawalan bagaimana jika kau belajar untuk membuat panah pembeku?"
"Panah pembeku? Mudah, aku hanya perlu mengalirkan mana sihirku seperti ini." Ice meremehkan dan langsung membuat panah pembeku di tangannya.
"Wah, Ice sudah pandai mengalirkan mana sihir ya? Hebat sekali!" Taufan berseru dari atas sana, masih dengan gerakan meliuk-liuknya.
"Fan, turun. Nanti kau pusing." Halilintar menegur adiknya tetapi tetap tak diindahkan oleh pangeran yang senang bermain itu.
"Apa menurutmu aku bisa membuat panah api seperti Ice, kakak?" Blaze berseru riang membuat Gempa mengangguk senang.
"Tentu saja! Bagaimana jika kau mencobanya terlebih dahulu?"
Ice tersenyum meremehkan, "Heh. Mana mungkin kau bisa, Blaze."
Blaze seketika tersinggung, "Apa yang baru saja kau katakan?" Hawa di sekitarnya seketika memanas.
"Hei, aku rasa ini berlebihan-"
"Lihat, bahkan sihir yang sudah di ajarkan pun kau belum bisa menggunakannya sampai sekarang." Ice tertawa seraya tersenyum miring.
"Hentikan Ice, jangan keterlaluan-" Halilintar berusaha melerai.
Pangeran yang identik dengan warna biru terang itu menunjuk dada Blaze berkali-kali. "Bukankah itu artinya kau itu lemah?"
Oke, kesabaran Blaze terputus sudah.
Di sekelilingnya, api langsung membara dengan hebat setelah terjadi ledakan energi panas yang besar, membuat Gempa, Halilintar, dan bahkan Taufan yang sedari tadi melayang di udara harus ikut terpental cukup jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie
Fantasy. 𓄹۪𝆬🕯️˖ৎָ̲۟୭̲ ۪ apa kau berpikir bahwa masuk ke dunia asing itu dapat benar-benar terjadi? tadinya itu isi pikiran seorang pria muda yang kini terjebak dalam tubuh seorang pangeran yang memiliki enam saudara. -boboiboy elemental royal fantasy fa...