Chapter XXIII: Tak Akan Lari

454 71 3
                                    

Kaisar mengeratkan pegangannya pada tali yang mengekang kuda di sampingnya. Saat ini ia tengah bersiap untuk berperang melawan para perompak itu, misinya adalah menyelamatkan Solar dan juga mempertahankan wilayah barat dari cengkraman para perompak itu.

Mungkin akan sedikit sulit, mengingat semasa dahulu ia pernah melawan jenderal Grakakus saat masih menjadi putra mahkota.

Ingatannya di masa lalu melintasi pikirannya.

"... Putra mahkota! Mereka terlalu kuat, kita harus mundur!"

"Tidak sampai kita mengalahkan mereka! Maju terus!"

Akibat keegoisannya, peperangan yang terjadi merenggut ribuan korban jiwa. Tetapi membuahkan hasil walaupun hanya sedikit pasukan mereka yang berhasil kembali dengan selamat.

Bahkan adik-adiknyaーkecuali Satriantar Ratna dan Kuputeri terluka sangat parah akibat peperangan itu. Saat itu mereka masih memiliki ikatan persaudaraan yang kuat hingga apapun yang terjadi mereka selalu bersama.

"... Kau mengorbankan rakyat kita, Amato! Delapan bulan berperang tapi kau hanya merebut kembali wilayah kecil itu? Kau tidak berhasil mempertahankan wilayah laut! Tidakkah kau merasa bersalah atas keegoisanmu ini?" Kaisar terdahulu memukul singgasananya.

Putra mahkota itu tertunduk dalam. "Maafkan aku...

Ayahanda...."

"Ayahanda."

"

"Ayahanda?"

Kaisar Athallaz itu tersentak, ia mendapati putra tertuanya sedang memanggilnya.

"Ya, Halin? Ada apa?"

"Apakah menurut ayah, perang ini akan berlangsung lama?" Halilintar menatap khawatir ayahnya.

Pandangan kaisar meredup. "Bahkan ayah sendiri pun tidak tahu. Mungkin saja akan berlangsung lama mengingat misi kita bukanlah hanya untuk menyelamatkan Solar tetapi juga untuk mempertahankan wilayah barat agar tidak jatuh ke tangan mereka."

Keadaan beberapa jam lalu tidaklah setegang ini. Tadinya, kaisar baru saja kembali ke istana sebelum akhirnya menerima pesan dari seorang prajurit pasukan ksatria Hang Kasa yang mengatakan bahwa Solar ditahan oleh Vargoba dan para perompak itu menginginkan perang perebutan wilayah.

Sontak hal tersebut membuat ayah dari tujuh anak itu terkejut dan langsung memerintahkan anak-anaknya untuk segera kembali dan bersiap untuk perang dadakan.

Beralih ke situasi saat ini, para penghuni istana sedang bersiap dengan terjadinya peperangan di wilayah barat. Termasuk para pangeran yang baru saja kembali dari tugasnya.

"Ayah! Aku mendapat kabar bahwa Solar tengah di sandera, apakah itu benar?!" Gempa langsung turun dari kudanya begitu sampai di istana.

"Itu benar, Gempa."

Wajah Gempa menunjukkan ekspresi tidak percaya.

"Sial, kenapa masalah selalu saja berdatangan di kerajaan?!" Gumamnya.

Taufan datang dari udara dan mendarat tepat di samping Gempa berdiri saat ini. "Ayah, persiapan pasukan daerah timur sudah siap."

"Baiklah, kerja bagus nak. Bagaimana dengan pasukan Tempur-A? Apa kau sudah mendapatkan kabar dari mereka?" Kaisar beralih pada Thorn.

Yang ditanya pun mengangguk. "Sudah, ayah! Bala bantuan akan segera tiba."

"Baiklah."

Kaisar naik ke atas kudanya, ia maju menghadap ribuan pasukannya kemudian menghela nafas tegas. "Prajuritku sekalian, hari ini di tanah air kita sendiri, pangeran kecil kita telah di sandera oleh para perompak tidak bermarwah. Tugas kita adalah untuk mengambil kembali pangeran kecil kita dan merebut wilayah barat milik kerajaan kita. Jangan biarkan para perompak itu mengambil apa yang sudah menjadi hak milik kerajaan! Demi sinar matahari kerajaan!" Nada bicaranya rendah tetapi lantang.

Camaraderie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang