Chapter XVII: Membara

596 93 6
                                    

Kira'na berhenti di tempatnya saat ia berniat untuk membunuh sang pangeran. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia tak sanggup membunuh para pangeran sebab mereka tak bersalah, tetapi ia juga harus melakukannya demi mendapatkan Lightning spirit, hanya itu tujuan aslinya saat ini.

"Apa yang kau ragukan lagi? Bunuh mereka!" Pria itu mendesaknya.

"Berikan aku Lightning spirit itu terlebih dahulu, Retak'ka."

Terlihat ada jarak yang membentang, pria itu tak menunjukkan respon apapun terhadap permintaan Kira'na.

"Tepati janjimu di surat yang kau tulis di arsip panti asuhan L'amour. Maka aku akan memusnahkan mereka." Kira'na menggunakan sihirnya untuk mencekik ketiga pangeran yang tersisa.

"Lepaskan aku!" Blaze yang paling heboh untuk melepaskan diri, ia berusaha dengan sekuat tenaga bahkan menggunakan kekuatannya, tetapi sepertinya dalam sihir yang diucapkan Kira'na, terdapat sesuatu yang dapat melemahkan kekuatan elemental spirit mereka.

Retak'ka dan Kira'na saling menatap tajam di posisinya. Mereka sekutu tetapi mereka seperti tak percaya satu sama lain.

"Baiklah, kau mau Lightning spirit? Silahkan." Retak'ka menyodorkan para spirit yang tengah melayang di genggamannya.

Kira'na tersenyum menang, kemudian berjalan menuju pria ituーbersiap untuk mengambil apa yang sudah menjadi tujuannya sejak awal.

Sedetik sebelum Kira'na mengambil Lightning spirit yang berwarna senada dengan rambutnya, Retak'ka menyeringai kemudian menebaskan kekuatan dari gabungan semua spirit itu dalam sekali hentakan, membuat Kira'na terkejut dan tak sempat menghindar sehingga wanita dengan paras cantik itu terhentak beberapa kali dan menghantam tanah dengan keras. Bahkan Blaze dan Ice juga ikut terkena serangannya sebab mereka berada di dekat Kira'na.

Retak'ka tertawa kencang, "Wanita bodoh, kau pikir aku akan menyerahkan hartaku begitu saja? Siapa kau yang berani memerintahkanku? Kau hanyalah wanita labil yang munafik dan naif."

Pria itu mencekik Gempa dan melakukan hal yang sama pada saudaranya yang lainーmenghisap kekuatan elemental spirit dalam tubuh Gempa.

Tentu saja pangeran tertua itu mengerang serta berteriak kesakitan.

"Kak Gempa!!" / "Kakak!"

Seru Blaze dan Ice bersamaan.

Bagaikan deja vu, netra keduanya melihat sekali lagi bagaimana semua saudara mereka disiksa. Sakit, perih, sedih, sesak, berbagai perasaan menyakitkan timbul di hati mereka.

Dengan sisa tenaga yang Ice miliki, dirinya kembali maju menyerang Retak'ka dengan serangan runtuhan salju miliknya, selain itu dia juga menggunakan pedang esnya untuk menebas beberapa titik vital Retak'ka. Sayangnya, hal itu tidak membuahkan hasil dan malah membuat Retak'ka marah sebab kegiatan menyerap elemental spiritnya terganggu.

Serangan Pangeran muda yang memiliki sifat tenang itu malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, Retak'ka yang menggunakan kesempatan pun dengan secepat kilat menyerap kekuatan elemental spirit Gempa dan Ice.

Kira'na yang masih berada di tempatnya mengerang kesakitan. "Kーkenapa kau berkhianat?! Aku sudah membebaskanmu dari kurungan penjara kristal itu dan ini balasanmu?!" Ia menjerit marah.

Retak'ka yang sudah sepenuhnya menyerap spirit dari Gempa dan Ice pun tertawa terbahak-bahak. "Kau tahu? Beginilah caraku menipu ibumu dulu, buah jatuh memang tak akan jauh dari pohonnya."

"Selamat tinggal, Satriantar Kira'na. Terima kasih telah membebaskanku dari penjara sialan itu." Dengan mengucapkan itu, Retak'ka langsung menusuk Kira'na tepat di jantungnya.

Camaraderie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang