Entah mengapa kesialan Nadira tidak cukup sampai pagi ini ketika ia salah memakai kaos kaki. Untung saja urat malu gadis itu hampir tidak ada membuatnya bisa santai-santai saja. Tapi Pak Anton tentu tidak bisa santai seperti dirinya.
“Mata kamu buta warna ya Nadira? Dimana-mana kaos kaki sekolah itu ya warnanya kalo gak hitam ya putih bukan pink!” seru Pak Anton dengan berang terhadap anak muridnya yang selalu membuat ia darah tinggi.
“Ini namanya unik pak. Bapak sih hidupnya hitam putih aja coba berwarna sedikit,” celetuk Nadira sembari mencengir tidak merasa salah.
“Nadira!” teriak pak Anton melotot.
“Iya pak bakal diganti deh kaos kakinya,” ucap Nadira berbalik tanpa pamit sebelum ceramah panjang pak Anton keluar.
“Aula! Au au la la temenin gue yok beli kaos kaki!” teriak Nadira tiba-tiba di seraya menjulurkan kepalanya di pintu kelas Aula.
Semua murid di kelas itu hanya mengelus dada melihat kelakuan primadona sekolah itu apalagi dengan suara cemprengnya. Sedang Aula hanya menghela nafas dan beranjak dari duduknya mendatangi Nadira.
“Kenapa kaos kaki Lo?”
“Gara-gara pak Anton. Padahal kan biar warnanya pink juga tetap kaos kaki masih aja dipermasalahkan,” gerutu Nadira.
“Jelas lah, emang lo mau piknik apa?”
“Ish! Lo mah gak bela gue”
“Ayo!” seru Aula berjalan mendahului Nadira.
“Kemana?”
“Koperasi lah bambang”
Nadira menepuk kepalanya, bisa-bisanya ia melupakan tujuannya kesini tadi. Dengan berlari kecil Nadira menyamakan langkahnya dengan Aula. Sepanjang perjalanan, Nadira terus saja tidak bisa diam selalu menyapa para kaum Adam. Terlebih yang memiliki ketampanan.
Sampai sebuah dorongan dari belakang membuat keseimbangan tubuh Nadira hilang dan menabrak orang di depannya yang sedang menunduk.
“Woi awas!” seru Nadira tapi terlambat.
Mereka berdua terjatuh di lantai dengan posisi Nadira menindih orang itu. Tapi semua tidak akan serunyam ini jika bibir Nadira tidak menempel di kening orang itu. Benar, posisi mereka saat ini begitu ambigu. Mata Nadira melotot begitu juga lelaki yang berada di bawah Nadira.
Sepersekian detik Nadira segera bangkit dan menjauh. Ia sangat syok, tapi yang lebih parah adalah lelaki itu. Ia terduduk di lantai dengan ekspresi kosong membuat Nadira jadi kasihan tapi tidak jadi. Dibanding kasihan Nadira lebih merasa takut.
Bayangkan saja orang yang ia tindih adalah sosok menakutkan di sekolah. Lelaki sedingin es, cuek, angkuh dan bermulut pedas. Membuat Nadira berpikir apa keberuntungannya sudah habis.
“Ra Lo gak apa-apa?” tanya Aula selepas keluar dari keterkejutannya.
“Kayaknya gue tamat Au,” lirih Nadira hampir tidak bersuara dan melirik kaku ke arah lelaki itu.
Aula yang melihat itu juga tahu perasaan sahabatnya pasti kalut. Siapa sih yang berani mengganggu singa SMA Orion itu.
Lelaki yang dikenal bernama lengkap Ziratama Lengkara itu bangkit dari duduk. Matanya menyorot tajam ke arah Nadira lalu tanpa mengatakan apapun ia berlalu.
Memang setelah kepergian Tama, Nadira mulai bisa bernafas lega. Sungguh rasanya ia seperti tercekik tadi mengerikan sekali.
...
Setelah bel pulang berbunyi, Nadira segara mencari Sosok lelaki yang tanpa sengaja ia ‘tindih’ tadi. Niatnya mau minta maaf soalnya tadi Tama main pergi aja sebelum Nadira minta maaf. Walau rada-rada Nadira itu anti enggak mengakui kesalahan, walau bukan murni kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziratama Obsession [TELAH TERBIT]
Teen FictionCERITA MASIH LENGKAP! Niat awal Nadira hanya ingin bermain-main, ia tidak seserius itu ingin mengejar Tama. Nadira hanya merasa tertantang karena mengira Tama yang belok atau gay. Terlebih taruhan yang ia adakan dengan salah satu sahabatnya membuat...