14. "Lo hidup gue Nadira.."

5.2K 161 7
                                    

~Untuk jatuh cinta gak butuh waktu lama tapi untuk mempertahankannya butuh sekuat tenaga~
💜💜💜

Bel masuk baru saja berbunyi dan semua murid di kelas Nadira sudah rapi duduk di tempat duduknya. Biasanya sih tidak sedisiplin ini tapi berhubung yang masuk merupakan guru killer maka mereka tidak ada yang berani macam-macam.

"Selamat pagi anak-anak" sapa pak Robi ketika sudah berdiri di depan kelas. Ia menatap sekeliling dengan teliti memastikan tidak ada kelainan. Setelahnya ia mengangguk puas dan duduk di kursinya.

"Sekarang kumpulkan tugas kalian. Bagi yang tidak mengumpul bapak tidak menerima alasan apapun dan silahkan keluar dari kelas bapak!" sambungnya.

Pernyataan pak Robi membuat para murid kalang kabut tidak terkecuali Nadira. Ia menoleh ke arah Haya dan bertanya dengan isyarat. Bukunya memang berada di Haya karena gadis itu ingin menyalin catatan yang ada di buku Nadira.

Sedang Nadira sendiri lupa kalau ada tugas tapi untungnya sudah ia kerjakan. Tapi ia tidak tahu apakah Haya membawa bukunya atau tidak. Ia menatap Haya yang juga panik sembari membuka tasnya. Setelah mengobrak-abrik isi tasnya, Haya menoleh ke arah Nadira dengan tatapan bersalah.

Melihat reaksi Haya yang seperti itu Nadira sudah tahu kalau bukunya tidak terbawa Haya. Nadira mendesah pasrah, ia juga tidak menyangka kalau hari ini pak Robi akan meminta untuk mengumpulkan tugas.

Setelah semua buku terkumpul dan berada di meja guru. Pak Robi mengedarkan pandangan ke seluruh murid. "Apa ada yang tidak mengumpul?"

Nadira menutup matanya pasrah dan menghela nafas panjang. Ia berdiri menyebabkan seluruh atensi kelas tertuju padanya termasuk pak Robi.

"Kamu tidak mengumpul Nadira?" tanya pak Robi sembari menatap Nadira dengan tatapan menyelidik.

"Saya ketinggalan pak" akui Nadira.

"Silahkan keluar. Baik ketinggalan atau tidak mengerjakan sama saja. Apabila tidak mengumpul maka silahkan keluar dari kelas!"

Nadira berjalan keluar dari kelas. Setelah keluar ia menatap sekeliling dengan bingung dan menggaruk kepalanya. Pasalnya suasana sekolah sedang sepi karena jam pelajaran, hanya lapangan yang terdengar ramai karena jam olahraga.

Langkah kaki Nadira tanpa sadar menuju lapangan dan duduk di pinggir lapangan. Matanya menatap para murid yang sedang berolahraga di tengah lapangan. Pikirannya berkelana ke saat kebohongannya terungkap. Ia tidak tahu siapa yang membocorkan dan memberitahu Tama. Ia yakin kalau semua sahabatnya tidak ada yang sebocor itu.

Gue kira Tama bakal benci gue dan jauhin gue taunya malah makin posesif. Apa-apa gak boleh, liat cowok lain gak boleh, ngomong sama cowok lain gak boleh. Mungkin kalo bisa tuh cowok bakal ngerantai gue dan diikat di dekatnya biar dia bisa ngawasin gue terus. Gumam Nadira dalam hati.

Mengenai pertanyaan Tama yang apakah ia memiliki perasaan kepada cowok itu, Nadira pun tidak tahu. Mungkin dulu ia sempat menyukai Tama tulus tapi lama-lama perasaanya pudar karena tahu Tama bukan orang yang mudah di dekati. Tapi Nadira tidak suka dikekang dan Tama, Nadira yakin kalau Tama tidak akan membiarkannya bebas seperti dulu.

"Sshh" Nadira mendesis ketika merasakan suhu dingin yang menempel di pipinya. Ia mendongak hingga tatapan matanya bertemu dengan mata Nathan yang menyipit karena tersenyum lebar.

"Kaget gue Nathan!" seru Nadira seraya menepis tangan Nathan yang menempelkan minuman dingin dipipinya.

"Habisnya Nathan panggil dari tadi gak ngerespon. Nadira mikirin apa sih sampai gak sadar ada orang disebelahnya dari tadi" terang Nathan dengan tatapan khawatir.

Ziratama Obsession [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang