Beberapa hari setelah Nadira membuktikan kalau Tama sudah tertarik dan menyukainya. Sejak saat itu juga Melia menjadi babu Nadira untuk satu bulan kedepan. Sahabat Nadira yang satu itu juga sesekali mengeluh karena Nadira benar-benar membuatnya jengkel dengan banyak permintaan.
Nadira juga menjalani hari yang tidak mudah. Dengan Tama yang menegaskan kalau Nadira miliknya, lelaki itu selalu menempeli Nadira kemana pun ia pergi. Bahkan kesempatan untuk cuci mata dengan melihat cogan pun sudah tidak ada lagi. Tama seolah cctv yang terus mengawasinya dan menatapnya tajam ketika ia melirik sedikit saja pada lelaki lain.
Tapi hari ini Nadira bisa sedikit bernafas lega karena Tama sedang tidak masuk karena ada acara yang mengundang band nya.
“Nadira, gue boleh ikut Lo ke kantin gak?”
Nadira mengangkat kepalanya dan menatap seorang gadis cantik yang sedang menatapnya juga dengan hati-hati. Ia terlihat gugup mungkin karena takut Nadira menoleh permintaannya.
“Boleh” Nadira mengangguk.
Gadis itu tersenyum senang membuat Nadira seketika merasa ada bunga mekar di wajahnya. Lebay. Tapi memang seperti itu. Gadis itu merupakan murid pindahan yang masuk beberapa hari lalu tapi ia terlihat pemalu. Namanya Haya, ia berasal dari luar negeri yang katanya pindah karena ortunya kerja di sini lagi.
Mereka berdua berjalan menuju kantin sambil sesekali berbincang diikuti tatapan kagum dari murid lain. Memang pada dasarnya Nadira gadis yang cantik ditambah Haya yang juga cantik dan terlihat lembut.
Nadira menghampiri meja tempat kelima sahabatnya duduk. Ia mengenalkan Haya yang mengikutinya kepada sahabatnya. Mereka juga menyambut Haya dengan baik dan penasaran karena merasa asing dengan Haya.
“Mel Mel pesanin gue makanan gih” ucap Nadira sembari mencolek lengan Melia.
Melia mendengus mendengar permintaan Nadira. Ia sudah kebal dengan banyak sekali permintaan Nadira yang membuatnya ingin memasukkan kembali sahabatnya itu ke perut ibunya biar di setting ulang. Ia berdiri untuk memesankan makanan Nadira.
“Kok gue gak pernah liat Lo ya? Apa akhir-akhir ini gue jadi kudet? Hm” tanya Ella menatap Haya dengan seksama membuat Haya meringis merasa tidak nyaman.
“Iya gue murid baru makanya kalian asing” jawabnya.
“Kenapa Lo mau aja temenan sama nih anak” sahut Melia sembari mengalungkan tangan ke leher Nadira hingga membuat gadis itu merasa tercekik.
“Gue kecekik Melianjing!” teriak Nadira seraya memukul tangan Melia.
“Waw mulut Anda sopan sekali” sindir Melia yang menjauh dari Nadira dan duduk di sebelah Ody.
“Mohon dimaklumi aja Haya, maklum makhluknya titisan alien terutama yang disebelah lo” ucap Aula yang membuat Nadira menendang kaki Aula.
“Lah Lo mau aja temenan sama titisan alien ini berarti Lo yang lebih aneh” sambung Emma.
Ucapan Emma membuat keadaan makin rame dengan banyak kicauan yang mirip kucing kejepit. Memang seperti itulah kebiasaan mereka berenam yang dipertemukan Tuhan karena keanehan yang hakiki.
“Kalian lucu ya. Kelihatan akur banget” puji Haya.
“Gue boleh gak setiap istirahat bareng kalian. Soalnya males sama yang lain, mereka terlalu dibuat-buat” pinta Haya yang disambut baik terutama Nadira.
...
Nadira sedang tengkurap sembari memainkan handphonenya. Rumahnya terasa sepi karena kedua orang tuanya kembali keluar kota. Nadira sudah terbiasa ditinggal, ia tidak merasa sedih apalagi marah karena ia tau Papinya gak bisa kalo gak ada Maminya. Mereka pasangan terbucin yang pernah Nadira liat, apalagi kalo mereka ada di rumah. Nadira seakan lalat yang terbang-terbang gak dianggap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziratama Obsession [TELAH TERBIT]
Teen FictionCERITA MASIH LENGKAP! Niat awal Nadira hanya ingin bermain-main, ia tidak seserius itu ingin mengejar Tama. Nadira hanya merasa tertantang karena mengira Tama yang belok atau gay. Terlebih taruhan yang ia adakan dengan salah satu sahabatnya membuat...