09. Pengakuan

4.8K 232 4
                                    

“Tama!!” teriak Nadira tapi dihiraukan oleh lelaki itu.

Tapi Nadira juga tidak menyerah, ia terus mengikuti Tama hingga lelaki itu tiba di basement. Melihat ada kesempatan, Nadira berlari mendahului Tama dan merentangkan kedua tangannya menghalangi langkah Tama.

“Lo kenapa sih cepet banget jalannya, gue hampir gak bisa nyusul”

Nadira terengah-engah dihadapan Tama yang hanya menatapnya tajam. Suasana hati lelaki itu masih buruk, ia merasa dipermainkan oleh gadis di depannya itu.

“Minggir!”

“Gak mau!”

Melihat Tama yang hendak pergi tanpa menghiraukannya, Nadira bergegas memeluk tubuh Tama erat. Tama yang dipeluk menegang dan seluruh tubuhnya kaku. Tidak ada perasaan marah dan jijik dalam benaknya saat Nadira memeluknya agresif. Berbeda ketika perempuan lain yang mendekatinya.

“Lo salah paham Tama. Gue gak ada hubungan sama Eric, dia cuma teman gue” terang Nadira sembari masih memeluk Tama.

“Teman manggil sayang” cibir Tama.

Nadira seakan tersedak ludahnya sendiri. Ia jadi gemas dengan kelakuan Eric yang membuatnya dalam masalah.

“Itu cuma pura-pura. Eric pengen buat mantannya cemburu liat dia sama perempuan lain. Suer deh”

“Kenapa harus Lo?” tanya Tama masih marah.

“Lo percaya gak kalo gue bilang gue disogok Eric?” tanya Nadira ragu.

“Tapi beneran gue gak ada perasaan sama Eric, gue sukanya cuma sama Lo sumpah demi rambut Upin Ipin yang gak pernah tumbuh” Nadira berusaha meyakinkan Tama.

Walau ekspresi Tama tidak berubah tapi suasana hati lelaki itu sudah membaik dan kemarahannya mulai reda. Tanpa Tama sadari ia sedari tadi bertingkah seolah sedang cemburu.

“Tunggu. Lo gak mungkin cemburu kan?” mata Nadira menyipit ke arah Tama. Kalau diingat memang tingkah Tama seperti lelaki yang cemburu ketika melihat pacarnya dengan lelaki lain.

Tubuh Tama maju selangkah ke depan hingga jaraknya dengan Nadira hampir terhapus. Lalu lelaki itu menunduk hingga wajahnya hanya berjarak beberapa inci dari wajah Nadira.

“Kalau iya kenapa?” Tama tersenyum miring ke arah Nadira.

Ucapan Tama membuat mata Nadira membulat lebar. Ia mempertanyakan pendengarannya apakah tadi ia memang mendengar ucapan Tama yang menegaskan kalau ia sedang cemburu. Bukankah kalau orang cemburu itu ketika sedang menyukai seseorang dan Tama cemburu ke dia?

“Lo berhasil ngusik perasaan gue, Nadira” ucapnya dengan suara serak rendak membuat perasaan Nadira campur aduk seperti gado-gado.

“L-lo gak bercanda?”

“Bukannya ini yang Lo mau?” kening Tama berkerut ketika menyadari Nadira yang terkejut bukannya senang.

Memang benar ini yang dia mau, tapi kali ini ia gak punya persiapan apapun kalau Tama akan sejujur ini.

Bukannya dia gay?! Kenapa semudah itu suka sama cewe?!. Batin menjerit.

Nadira berdehem untuk mengusir kecanggungan dirinya dan mengangkat kedua tangannya untuk mendorong tubuh Tama. Tapi belum sempat ia mendorong, Tama melingkarkan tangannya ke tubuh Nadira dan menarik tubuh gadis itu hingga tidak berjarak ke tubuhnya.

Mulut Nadira menganga dengan perubahan kondisi yang begitu cepat ini. Makanya menatap lurus ke arah Tama yang juga menatapnya. Wajah Nadira bersemu merah saat berada sedekat itu dengan Tama bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas hangat Tama.

Ziratama Obsession [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang