Nadira hampir berbalik kembali masuk ke dalam gerbang begitu melihat sosok Tama yang sedang duduk menyamping di motornya. Tapi langkahnya terhenti karena Tama dengan cepat menarik tas Nadira kuat hingga menghantam dada Tama. Dengan lekas Nadira melepaskan cengkraman Tama dari tasnya dan berbalik ke arah lelaki itu.
“Lo apaan sih main tarik-tarik gue aja” gerutu Nadira dengan wajah tertekuk.
“Bareng gue”
“Enggak. Gue dianter supir aja” tolak Nadira. Ia sedang balas dendam karena dulunya Tama pernah nolak nganter dia pulang.
Jantung Nadira seakan berhenti berdetak ketika sebuah tangan mengelus kepalanya lebih tepatnya mengacak-acak rambutnya. Ia menatap Tama yang tersenyum membuatnya tertegun karena melihat Tama senyum itu langkanya seperti hampir punah.
Nih orang kalo lagi senyum kok makin tampan aja, jadi khilaf. Astaghfirullah Nadira, kalem kalem kaya gak pernah liat cogan aja. Mana ngacak-acak rambut gue lagi. Rambut yang diacak-acak kok hati gue yang berantakan. Aaaa
“Jadi berantakan kan” ucap Nadira seraya menepis tangan Tama seraya menoleh ke samping menyembunyikan pipinya yang memanas.
Tama hanya terkekeh melihat Nadira atau sekarang gadisnya? Ia sudah berada di depan rumah Nadira sejak setengah jam lalu padahal biasanya ia tidak sesemangat ini untuk berangkat. Tapi kali ini berbeda, ia sudah merindukan Nadira bahkan jika mereka bertemu juga kemarin tapi tetap saja.
“Gue gak nerima penolakan. Lo berangkat sama gue” ucap Tama dengan penekanan diakhir.
Nadira berdecak kesal, padahal ia ingin menghindari Tama untuk kesehatan jantungnya. Karena tindakan lelaki itu yang kerap membuatnya berdebar. Pastinya bukan karena Nadira jatuh cinta dengan Tama.
Selagi Nadira sibuk dengan pikirannya, Tama mengangkat tubuh Nadira membuat gadis itu memekik kaget. Tama menaikkan Nadira hingga gadis itu duduk di atas motornya tanpa mendengarkan protes yang keluar dari bibir Nadira ia memakaikan helm yang tadinya menggantung di motor.
“Gue gak bilang setuju bareng Lo Tama!” seru Nadira dengan marah.
Tapi Tama tidak menghiraukannya. Ia hanya diam sembari memastikan helm di kepala Nadira sudah terpasang dengan rapi baru ia naik ke atas motor juga dan dengan gerakan cepat memasang helmnya. Tak butuh waktu lama, motor sport kesayangan Tama itu sudah meluncurkan menuju sekolah.
Ketika tiba di sekolah, suasana parkiran sudah tergolong ramai dengan beberapa murid yang juga baru datang. Tama melepaskan helm di kepala Nadira sebelum gadis itu sempat melepasnya sendiri. Bibir Nadira cemberut karena Tama membuat keputusan sendiri. Ia jadi gagal menghindari Tama.
Nadira masih di atas motor dengan Tama yang sudah berdiri di depannya. Tangan Tama terulur merapikan rambut Nadira yang berantakan habis memakai helm. Aksinya membuat banyak murid yang ada di sana ternganga bahkan para perempuan memekik pelan. Mereka sama-sama tidak menyangka kalau sosok Tama yang terkenal tidak suka dekat dengan perempuan itu malah bisa berbuat semanis ini dengan perempuan.
“Lo kenapa sih suka banget nyentuh rambut gue”
“Lo cantik. Tapi cuma milik gue, milik Tama” ucapnya dengan nada posesif.
“Perasaan dari kemarin Lo bilang gue milik Lo. Tapi gue belum bilang setuju tuh” Nadira memutar matanya malas.
“Bukannya Lo bilang suka sama gue” Tama mengerutkan keningnya dengan respon Nadira. Padahal seharusnya gadis itu senang kan karena sekarang keinginannya terwujud.
Nah kan Nadira kemakan omongannya sendiri. Kalo gini Nadira gak bisa mengelak karena memang ia yang duluan mengejar Tama. Nadira jadi merasa bersalah walau sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziratama Obsession [TELAH TERBIT]
Teen FictionCERITA MASIH LENGKAP! Niat awal Nadira hanya ingin bermain-main, ia tidak seserius itu ingin mengejar Tama. Nadira hanya merasa tertantang karena mengira Tama yang belok atau gay. Terlebih taruhan yang ia adakan dengan salah satu sahabatnya membuat...