"Huft...pusing gue" keluh Nadira sembari mengembuskan nafas panjang.
Nadira melangkah gontai menuju ruang kelasnya melewati lapangan. Ia mengeratkan tasnya dan memikirkan kembali apa yang terjadi kepadanya akhir-akhir ini. Mulai dari fitnah yang menghancurkan reputasinya walau Nadira tidak terlalu peduli. Hingga teror nomor tak dikenal dan kiriman paket yang ternyata hewan mati.
"Mikirin apa sih dari tadi Ra"
Langkah Nadira terhenti dan menoleh ke arah kirinya dengan kaget. Matanya mendelik menatap Nathan yang mengerutkan kening heran. Tanpa berkata-kata ia menggeplak lengan Nathan hingga lelaki itu mengaduh kesakitan.
"Aww!! Nathan salah apa lagi, Nadira" keluhnya.
"Salah Lo karena ngagetin gue. Kalo gue kena serangan jantung dan masuk rumah sakit terus gue mati gimana!" seru Nadira kesal.
Nathan langsung menutup mulut Nadira ketika gadis itu mengucapkan kata mati dengan santainya. "Jangan ngomong gitu, Nadira" ucap Nathan dengan raut tidak suka.
"Iya gak lagi deh" balas Nadira setelah menyingkirkan telapak tangan Nathan yang menutup mulutnya.
"Balik ke topik, Nadira mikirin apa sih sampai gak sadar ada Nathan dari tadi?" tanya Nathan penasaran dengan gelagat aneh Nadira.
"Gue lihat akhir-akhir ini Lo sering banget melamun. Lo ada masalah ya?" Nathan menatap Nadira penuh selidik. Bahkan cara bicaranya mulai berubah.
"Gak mikirin apa-apa. Jangan sok tau"
"Nadira mikirin rumor itu ya? Tenang aja Nathan selalu percaya kok sama Nadira. Jadi, Nadira jangan terlalu mikirin hal gak penting itu"
Nadira menatap Nathan dalam, ia menghela nafas. Memang sulit jadi orang cantik ya. Batinnya tak lupa memuji dirinya sendiri.
"Nathan" ucap Nadira sembari menatap Natham lekat dan penuh keseriusan.
"Gue gak tau apa perlu gue bilang ini ke Lo. Jujur gue gak mau ngelakuin hal ini karena gue harap Lo bisa tau sendiri. Tapi bener juga kata sahabat gue, gue gak bisa gini terus" Nadira berhenti sembari mengambil nafas dan memperhatikan ekspresi Nathan.
"Gue tau Nath dari dulu Lo perhatian ke gue, selalu menomor satukan gue dalam segalanya. Gue tau perasaan Lo Nathan, bahkan jika Lo gak pernah bilang apalagi Lo udah berkali-kali mengatakannya ke gue. Gue berpura-pura gak ngerti supaya Lo bisa mundur perlahan karena gue gak memiliki perasaan lebih kepada lo. Gue kira Lo akan berhenti ketika gue menunjukan penolakan secara tidak langsung. Tapi nyatanya Lo gak peduli dan bersikap bodo amat. Gue gak mau Lo semakin sakit jika tetap seperti ini. Lo terlalu baik buat gue Nathan. Gue yakin ada banyak cewek lain yang lebih baik dari gue dan gak akan nyakitin lo" jelas Nadira.
"Tapi gue maunya sama Lo, gimana?" tanya Nathan dengan tatapan sendu dan senyum kecut.
"Nathan.."
"Apa karena cowok itu?" Nathan memotong ucapan Nadira.
"Bukan! Bukan karena dia tapi ini murni karena gue gak mau Lo nunggu gue sia-sia" bantah Nadira.
"Dia pacar Lo Ra?" Nathan tidak peduli dengan bantahan Nadira ia terus menanyai hubungan Nadira dengan Tama.
"Iya. Nadira pacar gue" sahut seorang lelaki yang tiba-tiba muncul di belakang Nadira.
Nadira berbalik dan terkejut melihat Tama yang berada di belakangnya. Ia panik entah sudah sebanyak apa lelaki itu mendengar percakapannya dengan Nathan.
"Jadi ini alasan sebenarnya ya" lirih Nathan seraya tersenyum kecut karena kebodohannya.
Nadira kembali menatap Nathan, ia tidak nyaman mendengar ucapan Nathan. Ia juga tidak ingin seperti ini tapi bukakah ini yang terbaik. Nadira hanya bisa menganggap Nathan teman tidak lebih. Beberapa orang memang ada yang hanya cocok dijadikan teman bukan pasangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziratama Obsession [TELAH TERBIT]
Teen FictionCERITA MASIH LENGKAP! Niat awal Nadira hanya ingin bermain-main, ia tidak seserius itu ingin mengejar Tama. Nadira hanya merasa tertantang karena mengira Tama yang belok atau gay. Terlebih taruhan yang ia adakan dengan salah satu sahabatnya membuat...