Nadira terlihat uring-uringan belakangan ini, bagaimana tidak sudah semua cara ia lakukan untuk menarik perhatian Tama. Tapi satu pun tidak ada yang berhasil. Nadira jadi berpikir apa pamornya sebagai cewek cantik dikalahkan oleh lelaki.
“Gue gak terima. Masa cewek kaya gue harus kalah dari cowok sih. Mungkin aja mata Tama bermasalah jadi gak bisa merasakan seberapa mempesonanya gue” tutur Nadira dengan raut kesal.
“Lo mau nyerah gitu?” Melia mengangkat alisnya dengan senyum main-main.
“Enak aja. Gak ada sejarahnya Nadira menarik omongannya apalagi menyerah. Liat aja tuh cowo pasti bakal suka sama gue kalo gak berarti dia buta” dengus Nadira.
“Lo gak takut apa?” tanya Emma dengan ekspresi ragu.
“Takut kenapa?”
“Ya secara kan Lo lagi jadiin Tama objek taruhan. Kalo suatu saat dia tau dan murka ke elo gimana?”
“Makanya itu Emma tersayang, gue berusaha membuat Tama jatuh cinta terus jadi normal biar dia gak bakal marah kalo tau gue jadiin dia taruhan. Gue bakal bikin dia suka sama gue hingga gak bisa marah walaupun tau dia dijadikan taruhan” seringai kecil terbit di sudut bibir Nadira.
“Kurang ajar memang Lo Nad” cerca Ella.
“Hati-hati Lo kemakan omongan, Nadira. Kali aja Lo yang malah bucinin Tama”
“Duh Aula harusnya Lo doain gue yang baik-baik dong jangan yang jelek-jelek”
“Takdir gak ada yang tau” sambung Ody membuat Nadira mencebik kesal.
“Ingat waktu Lo sisa cuma sebulan dan ini udah jalan dua mingga. Siap-siap aja Lo kalo kalah jadi babu gue” peringat Melia.
“Gak sudi”
Melia tertawa melihat raut wajah Nadira yang memburuk. Lalu Nadira melakukan gerakan seolah ingin menabok Melia yang dibalas juga oleh gadis itu dengan tatapan tajamnya. Kedua sahabat itu memang paling sering bertikai akibat hal kecil. Nadira yang mudah tersulut dan Melia yang gak bisa dipancing.
...
Langkah kaki Nadira terhenti ketika mendengar namanya disebut. Ia berbalik dan membulatkan mata begitu melihat seseorang yang dikenalnya. Dengan langkah cepat ia menghampiri lelaki itu.
“Ngapain Lo di sini, Reifan?” tanya Nadira dengan raut penuh keheranan.
“Tebak”
“Lo gak niat mau jemput gue, kan?” tanya Nadira kelewat narsis.
“Sayangnya bener, hehe. Gue baru tau kalau Lo sekolah di sini” Reifan terkekeh kecil.
“Bisa aja Lo. Emang Lo tau kalau gue mau atau enggaknya pulang sama lo”
“Gak tau. Tapi hati gue nyuruh gue buat jemput Lo. Makanya gue ada di sini”
Ucapan Reifan membuat jantung Nadira berdisko mendadak. Siapa yang tahan kalau mendengar kata-kata semanis ini dari cowok tampan seperti Reifan.
“Sa ae Lo Rei” Nadira memukul lengan Reifan sembari tergelak ringan menutupi gugupnya.
“Aduh...duh!” keluh Reifan dengan gerakan memegang lengannya seolah kesakitan.
“Eh beneran sakit. Padahal gue mukulnya pelan, maaf deh Rei. Nanti kalo gue mau mukul Lo lagi gue kurangin kok tenaganya”
“Jadi Lo niat mau mukul gue lagi” Reifan menoyor lembut kening Nadira lalu mengacak-acak rambut gadis itu.
“Wahh stop kacauin rambut gue!” seru Nadira menjauhkan kepalanya dari jangkauan Reifan membuat lelaki itu terkekeh.
Tanpa Nadira ataupun Reifan sadari, tidak jauh dari sana. Ada sepasang mata tajam yang menatap mereka tanpa bergeming. Gertakan rahang yang mengetat terdengar samar dan suhu di sekitar mulai turun seraya dengan memburuknya raut wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziratama Obsession [TELAH TERBIT]
Teen FictionCERITA MASIH LENGKAP! Niat awal Nadira hanya ingin bermain-main, ia tidak seserius itu ingin mengejar Tama. Nadira hanya merasa tertantang karena mengira Tama yang belok atau gay. Terlebih taruhan yang ia adakan dengan salah satu sahabatnya membuat...