“Maksudmu?”
“Permisi, bisa bertemu dengan saudari Haya?” ucap seorang lelaki yang mengetuk pintu yang sebenarnya terbuka.
Mata mereka semua kecuali Tama terbuka lebar melihat kedatangan beberapa orang berpakaian khas kepolisian. Nadira menatap bingung ke arah Tama, karena polisi tidak ada selama rencana mereka.
“Anda akan kami tahan atas laporan penguntitan dan peneroran terhadap saudari Nadira”
Mereka semua kembali terkejut, bahkan Mami Pinka menatap Nadira dengan penuh tanda tanya. Ia tidak tahu selama ini anaknya juga di teror.
“Ada apa ini Haya? Bisa jelaskan ke ibu?” tanya Bu Fani sembari memijit keningnya.
“Gak usah ditanya lagi bu, udah jelas kan selama ini Haya itu membohongi semua orang, parahnya lagi dia malah meneror Nadira Bu. Ini korbannya bukan Haya tapi Nadira!” tegas Vrega menatap tajam Haya.
“I-ini..” ibu Haya menatap anaknya dan kepolisian dengan bingung.
“Jadi Lo sudah merencanakan ini kan, Nadira? Pada akhirnya gue harus kalah sama Lo? Gue gak terima! Lo bisa dapatin apa yang gak bisa gue dapatin. Kenapa?! Gue lebih baik dari Lo, kenapa gue harus kalah dari Lo?!” teriak Haya menatap marah Nadira yang masih dirangkul Maminya.
“Lo salah, Haya. Gue gak menang, Lo juga gak kalah. Kita tidak lagi berkompetisi, jadi tidak ada menang dan kalah. Yang ada hanya ambisi Lo yang membuat semua hal rumit ini terjadi. Kalo ada yang disalahkan, lebih baik Lo salahkan ego Lo yang terlalu gede untuk nerima kenyataan,” ucap Nadira.
Nadira menatap Haya yang masih memelototinya tajam. Nadira juga melihat kemarahan dan perlawanan dari Haya tapi gadis itu hanya bisa mengikuti polisi pergi dari sekolah.
“Ibu gak ngerti lagi dengan kalian, yang satu awalnya korban malah jadi pelaku. Bu Pinka, maaf sudah membuat keributan dengan memangil ibu” ucap Bu Fani dengan nada menyesal.
“Tidak apa-apa Bu Fani. Yaudah ibu pasti sibuk, dan saya tidak akan mengganggu lagi. Permisi” Mami Pinka membawa Nadira berdiri dan keluar dari ruang BK.
Tama dan Vrega juga seorang lelaki yang masih ditarik Vrega mengikuti dari belakang.
“Mami pulang dulu Nadira. Sekarang anak mami udah terbukti gak bersalah. Mami jadi tenang. Tama tolong jaga anak Tante ya” ucapnya sembari menoleh ke arah Tama yang disambut anggukan kepala dari Tama.
Setelah kepergian Mami, Nadira menoleh ke arah Vrega yang membawa seorang lelaki. “Kenapa dia?”
“Nunggu Lo ngasih kepastian, ini cowok enaknya diapain” seringai Vrega.
“Bikin klarifikasi aja kalo gue gak pernah ngegoda tuh cowok. Lagian foto gue pelukan sama Dion, mungkin aja itu editan. Gue juga mau semua masalah ini selesai, males banget gue ngedengerin orang gosipin gue”
“Beres itu. Ayo ikut gue!” Vrega membawa Dion pergi meninggalkan Tama dan Nadira.
Sepeninggalan Vrega, suansana mulai jadi canggung. Tama menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan Nadira yang menatap tajam Tama.
“Sejak kapan Lo tau?” tanya Nadira.
“Sejak hari Lo dituduh merundung Haya. Gue tau kalo yang mengirim pasti Haya, mengingat dia pasti bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan yang diinginkannya. Jadi gue nyelidikin diam-diam,” ungkap Tama.
“Terima kasih,” ucap Nadira dengan tulus ke arah Tama.
“Gue gak mau Lo sedih dan takut setiap kali ngeliat paket misterius yang berisi teror. Pas sekali gue nemuin beberapa bukti tentang keterlibatan Haya kada lelaki itu” jelas Tama sembari menatap ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziratama Obsession [TELAH TERBIT]
Подростковая литератураCERITA MASIH LENGKAP! Niat awal Nadira hanya ingin bermain-main, ia tidak seserius itu ingin mengejar Tama. Nadira hanya merasa tertantang karena mengira Tama yang belok atau gay. Terlebih taruhan yang ia adakan dengan salah satu sahabatnya membuat...