"Udah lah, biarin aja mereka yang nyusun meja sama kursinya," ujar Lamia dengan santai, sambil melirik ke arah siswa-siswa yang sibuk di kelas.
Azalea mengangguk kecil, lalu mereka keluar kelas bersama. Di teras kelas, mata Azalea menangkap sosok Dara, duduk sendirian dengan rambut panjang dan kulit seputih mutiara yang tampak mencolok.
Azalea menghampirinya. "Dara, kok kamu sendirian?" tanya Azalea.
Dara menoleh, menghadiahi aku dengan senyum tipis. "Michella nggak datang hari ini, jadi aku di sini sendirian"
Azalea tersenyum simpatik. "Ayo kita ke kantin, ngapain sendirian di sini?"
Dara menghela napas, lalu tersenyum kembali merekah. "Baiklah, aku ikut kalian. Tadinya bingung mau ngajak siapa"
Lamia dan Azalea saling pandang, lalu mereka bertiga melangkah menuju kantin. Obrolan ringan mengalir sepanjang jalan, semakin mencairkan suasana.
Sesampainya di kantin, antrian panjang siswa yang menunggu makanan membuat kami sedikit meringis. Mereka mencari tempat duduk kosong dan memesan makanan ang sudah kami rindukan sejak liburan sekolah. Aroma nasi goreng yang tercium dari dapur membuat perutnya keroncongan.
"Kalian mau pesan apa?" tanya Azalea sambil melihat menu.
"Nasi goreng, deh. Kamu gimana?" jawab Lamia dengan semangat.
"Aku juga nasi goreng," sahut Dara, wajahnya semangat.
Setelah memesan, mereka duduk di meja kayu yang sedikit goyang, menikmati keheningan yang terasa nyaman di antara deru obrolan siswa lain. Makanan akhirnya tiba, dan mereka mulai menikmati hidangan sederhana itu dengan penuh syukur. Suapan demi suapan terasa semakin lezat, seolah mengobati kerinduan mereka pada makanan kantin.
Sambil makan, perasaannya mulai tak sabar untuk pulang. "Jam berapa kita pulang?" tanya Azalea menatap Lamia dan Dara dengan mata penuh harap.
Dara melirik ke sekeliling kantin yang ramai. "Entahlah, tetapi kok banyak siswa-siswi yang bawa tas, ya?" Dia mengernyit, kebingungan melihat banyaknya siswa membawa tas.
Tiba-tiba seorang laki-laki berambut keriting menghampiri meja kami. "Woii!" sapanya dengan ceria.
Mereka bertiga langsung menoleh, tetapi Azalea sama sekali tidak mengenali siapa dia. Rasa ingin tahu Azalea meluap, tetapi Azalea enggan untuk bertanya. Namun, Lamia tampak langsung mengenalnya.
"Kalian udah boleh pulang, kelas kalian udah selesai dibersihkan. Oh, dan untuk anggota band, besok kita latihan, ya," kata Raffi santai, sambil tersenyum ramah.
"Iya, makasih infonya," jawab Lamia dengan ceria, matanya berbinar saat mendengar kabar baik itu.
Azalea merasa senang mendengar kabar bahwa mereka bisa pulang lebih cepat. Rasanya seperti mendapat hadiah setelah seharian belajar dan membersihkan kelas. Setelah makan, mereka menuju kelas untuk mengambil tas.
"Dara, ayo kita pulang bareng," tawar Lamia sambil berjalan ke arah Azalea.
"Maaf, tapi aku sudah dijemput papa," jawab Dara dengan sopan, sambil melirik jam tangannya.
"Ya udah, kita anterin kamu ke gerbang aja" kata Azalea, merasa agak kecewa karena harus berpisah lebih awal.
Mereka berjalan menuju gerbang bersama, suara langkah kaki mereka berpadu dengan keramaian siswa lain yang berhamburan pulang. Dara pamit setelah dijemput, sementara Azalea dan Lamia terus berjalan menuju halte bus.
"Lea, nanti kalau sudah sampai rumah, jangan lupa ke rumah aku, ya. Tapi ganti baju dan makan dulu, oke?" pesan Lamia lembut, wajahnya menunjukkan rasa peduli yang tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐋𝐈𝐌𝐏𝐒𝐄 𝐎𝐅 𝐔𝐒 | Re-publish
RomanceAda satu masa ketika kehadiranmu adalah bagian dari hidupku yang tak terpisahkan. Kita menghabiskan waktu bersama, berbagi tawa dan kenangan, seolah segalanya akan bertahan selamanya. Namun, kisah kita berakhir tak seperti yang diharapkan, meninggal...