"Membelah malam, membelai sunyi yang menyapa kalbu dengan sejuta rindu untukmu"
***
Selesainya ujian, anggota OSIS menyelenggarakan acara class meeting. Azalea sibuk di lantai tiga bersama Januar, Sera, dan pacarnya, Khai. Suasana di sekeliling mereka ramai dan penuh tawa saat teman-teman lain terlibat dalam berbagai permainan.
Di saat mereka menikmati waktu bersama, tiba-tiba muncul mantan crush Januar, Namira, yang sekelas dengan Khai. Melihat Namira mendekat membuat perasaannya langsung bergetar.
"Eh, Januar! Ayo kita lakukan dare!" seru Namira dengan nada ceria. Teman-teman di sekitarnya langsung setuju dan mulai mendorongnya untuk duduk dekat Januar.
"Duduk sini, Namira!" teriak salah satu temannya, lalu mereka dengan paksa menggeser dirinya hingga Namira duduk di sebelah Januar.
Azalea merasa cemburu melihat mereka berdua berinteraksi. Dalam hati, aku berharap mereka tidak terlalu dekat. Khai menatap Azalea, "Tenang, Kak Azalea. Dia cuma teman"
"Ya, tapi..." jawab Azalea dengan nada ragu. Azalea tidak bisa mengalihkan pandangannya dari mereka.
Namira mulai membaca tantangan yang dibagikan, lalu melakukan aksi yang mengundang tawa. "Ayo kita selfie bareng, Januar!" ajaknya, menatapnya dengan senyuman lebar.
Januar terlihat senang, langsung setuju dan berpose di samping Namira. Senyumnya membuat hatiku bergetar. "Ayo, semuanya ikut!" seru Januar, mengajak Sera dan Khai untuk bergabung.
Cemburu yang menggerogoti hati Azalea tak bisa dia pungkiri. Melihat mereka berdua tampak begitu akrab membuatnya ingin beranjak menjauh. "Aku ke toilet dulu," ucap Azalea, berusaha mencari alasan untuk keluar dari situasi yang menyakitkan.
Sera menyadari, "Kak, kamu mau ikut?"
"Gak usah, aku sendiri saja," jawab Azalea sambil berjalan pergi, berusaha menahan air mata yang ingin mengalir. Saat itu, Azalea berharap Januar akan menyadari betapa Azalea ingin diperhatikannya, bukan oleh Namira, tapi olehnya.
Setelah beberapa menit di toilet, Azalea menghela napas panjang sebelum kembali ke kelas. Bayangan Januar dan Namira yang terlihat berdekatan di kepalanya masih mengganggu. Begitu memasuki kelas, Azalea melihat Januar sedang duduk di bangkunya, tersenyum saat melihatnya. Namun, senyum itu terasa berbeda, seolah ada yang ingin ia katakan.
"Azalea!" panggil Januar, berdiri dan melangkah mendekatinya. "Kamu ke mana tadi?"
"Aku... cuma ke toilet," jawab Azalea pelan, berusaha tidak menunjukkan perasaannya yang cemas. "Kamu baik-baik saja?"
"Ya, aku baik. Tapi kenapa wajahmu kelihatan beda?" tanyanya, menatapku dengan rasa khawatir.
"Enggak, aku cuma... bingung," kata Azalea, berusaha mengalihkan perhatian. "Tadi aku lihat kamu sama Namira, ya?"
Januar mengernyit, sedikit bingung. "Namira? Oh, itu... teman-teman yang lain mendorong dia untuk duduk di dekatku. Kita cuma ngobrol biasa"
"Ngobrol biasa, huh?" tanyaku, nada suara Azalea tak bisa menyembunyikan kecemburuan yang muncul.
"Azalea, kamu jangan berpikir macam-macam. Kita cuma teman, dan aku lebih nyaman sama kamu," jelas Januar, berusaha meyakinkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐋𝐈𝐌𝐏𝐒𝐄 𝐎𝐅 𝐔𝐒 | Re-publish
RomanceAda satu masa ketika kehadiranmu adalah bagian dari hidupku yang tak terpisahkan. Kita menghabiskan waktu bersama, berbagi tawa dan kenangan, seolah segalanya akan bertahan selamanya. Namun, kisah kita berakhir tak seperti yang diharapkan, meninggal...