𝟎𝟗. 𝐬𝐞𝐭𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐢 𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐦𝐚𝐰𝐚𝐫

44 15 38
                                    

"Hadiah ini mungkin sederhana, tapi bagiku, kehadiran dan maknanya jauh lebih istimewa daripada apa pun di dunia.

***

Keesokan paginya, Azalea datang ke sekolah lebih awal dari biasanya. Setelah meletakkan tasnya di bangku, ia melangkah keluar kelas menuju teras lantai dua. Sinar matahari pagi yang hangat menyapu wajahnya, sementara angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membuat suasana terasa tenang.

Azalea berdiri di dekat pagar teras, memandangi halaman sekolah yang masih sepi. Beberapa murid mulai berdatangan, tapi belum ada tanda-tanda Januar, orang yang ia tunggu-tunggu. Tak lama kemudian, suara langkah kaki mendekat dari arah tangga. Azalea segera menoleh, dan senyumnya perlahan muncul ketika ia melihat Januar muncul dari balik tangga, mengenakan seragam yang rapi seperti biasa, dengan rambut yang sedikit berantakan tertiup angin.

"Hai, Azalea! Udah dari tadi?" sapa Januar sambil tersenyum.

Azalea mengangguk, "Iya, aku datang lebih awal hari ini. Mau nyari udara segar sebelum pelajaran dimulai," jawabnya, berusaha menyembunyikan kegugupan kecil yang sering muncul saat berhadapan dengannya.

Januar mendekat dan berdiri di samping Azalea, memandang pemandangan dari lantai dua. "Pemandangan dari sini memang enak, ya. Apalagi pagi-pagi gini, masih sepi"

Azalea mengangguk, memandang ke arah lapangan dengan senyum lembut. Mereka terdiam beberapa saat, menikmati suasana pagi yang hening. Tak perlu banyak kata, keduanya sudah merasa nyaman hanya dengan kehadiran satu sama lain.

Keduanya saling bertukar pandang dan tersenyum, kemudian bel masuk berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai. Dengan hati yang sedikit lebih ringan, mereka berdua melangkah masuk ke dalam kelas mereka masing masing, siap menghadapi hari yang baru dengan semangat belajar yang lebih tinggi.

Saat istirahat, Azalea bersama teman-temannya-Lamia, Dara, dan Lania-berdesakan di kantin sekolah, memilih jajan favorit mereka. Suasana ceria dan tawa riang menambah semangat mereka di tengah hari yang panjang. Setelah mendapatkan makanan yang diinginkan, mereka bergegas menuju kelas, ngobrol dan menikmati waktu santai sebelum kembali ke pelajaran.

Namun, tiba-tiba, pintu kelas terbuka, dan seorang gadis kecil berambut hitam lurus berdiri di depan pintu kelas. Azalea mengenali tidak mengenali gadis itu. Sera berdiri di sana seakan mencari seseorang.

"Permisi kak, aku ada Kak Azalea!" Sera memanggil, suaranya ceria dan penuh semangat.

Azalea menoleh, terkejut saat mendengar namanya. "Aku di sini!" jawabnya, melambai ke arah Sera. Teman-temannya pun memandang penasaran.

Azalea menghampiri Sera, "Ayo, kita ke lantai tiga! Ada yang mau kamu kenalan!"

Azalea bingung, tapi rasa ingin tahunya membuatnya mengangguk. "Oke, aku ikut"

Mereka pun beranjak dari kelas, diikuti oleh Lamia, Dara, dan Lania yang penasaran. Begitu sampai di lantai tiga, Azalea melihat Januar duduk di salah satu sudut, tampak santai berbincang dengan Eira dan Khai.

"Kak Januar!" teriak Sera, melambai sambil berlari menghampiri.

"Hey, Sera! Akhirnya kalian datang juga?" Januar menjawab, tersenyum saat melihat Sera mendekat.

Azalea sedikit canggung, berdiri di belakang Sera. Namun, Januar melihatnya dan memberi senyum hangat, "Azalea! Senang lihat kamu di sini"

"Hi, Januar," balas Azalea, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berdebar.

Sera menarik Azalea lebih dekat. "Ini kak Azalea, teman sekelasku! Dia juga baik banget, loh. Kamu harus kenalan!"

Eira dan Khai ikut memperkenalkan diri. "Hai, Kak! Aku Eira, dan ini Khai," ucap Eira dengan ramah. Khai mengangguk dan memberikan senyuman.

𝐆𝐋𝐈𝐌𝐏𝐒𝐄 𝐎𝐅 𝐔𝐒 | Re-publishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang