11. JANJI

24 1 0
                                    

"perempuan adalah permata yang sangat amat berharga,
jika kamu mendapatkan permata itu jagalah, jangan kau hancurkan dia, sebab kau akan rugi."
~Reza Aditama~

BAB 11. JANJI

Malam hari ditemani dengan gelap nya malam area pembalap sangat ramai dengan suara bising motor saling bersahutan, tepat di garis start sudah ada dua orang yang ingin bertanding.

Afgan—ketua Afortas, dan Nauval—ketua Amorfos sudah bersiap ingin memenangkan pertandingan, bukan karna hadiah namun karna harga diri masing-masing sebagai ketua.

Jaket kulit dengan lambang di punggung terpasang di badan seluruh anggota kedua gang yang bersaing ini.

Suara deruman dari motor keduanya sudah terdengar dengan keras, mereka bersaing secara sengit, Nauval melirik ke arah lawan dengan tatapan penuh makna, dari balik helm nya ia menyunggingkan senyum licik.

Peluit berbunyi dengan keras, kedua ketua gang ini langsung menancap gas motor mereka dengan sangat kencang, mereka masih beriringan. Afgan menambah laju motornya membuat Afgan lebih jauh daripada Nauval.

Selang 5 detik Nauval menyusul Afgan kini Nauval berada di samping Afgan, ide licik hinggap di kepala Nauval, kemudian ia pun mengarah kan motornya ke arah Afgan, mereka pun sudah berdekatan Nauval menendang motor Afgan, yang membuat motor Afgan oleng.

Afgan mengerem mendadak sampai ban belakang ikut terjungkal untung saja motor nya tidak jatuh. Tanpa basa basi Afgan pun melajukan kembali motornya dengan kecepatan sangat tinggi.

Afgan mampu melewati Nauval garis finish sudah terlihat Afgan menambah laju motornya dan...

Afgan sampai ke garis finish.

Anggota AFORTAS bersorak gembira serta bertepuk tangan, Nauval yang melihat itu berdecak sebal, kemarahan nya menggebu di dada lagi dan lagi dia kalah dengan ketua AFORTAS.

Ini bukan pertama kalinya ia kalah, hampir di setiap pertandingan ia harus menerima kekalahan serta ejekan dari anggota AFORTAS. Afgan hanya tersenyum, kawan-kawan nya menghampiri untuk memberi selamat atas kemenangan.

"Ketua gue memang hebat, nggak akan pernah di kalahin." ujar Mahesa sembari tertawa mengejek Nauval.

"Eh lo, kalau mau lawan ketua gue latihan dulu sama rossi." Ucap Abrian, gelak tawa pun pecah menertawakan Anggota Amorfos.

"Awas lo! kita tarung gue pasti menang!" tegas Nauval dengan percaya dirinya. Ucapan dari ketua Amorfos itu membuat tawa mereka semakin kencang seolah itu adalah candaan yang paling lucu di dengar.

Dengan amarah Nauval meninggalkan area pembalapan diikuti oleh anggota nya.

~~★~~

Afgan memarkirkan motor sport nya di bagasi, setelah nya cowo itu membuka kunci rumah dan masuk ke dalam rumah tanpa hangat itu. Bagi Afgan walaupun ia belum bisa mendapatkan kehangatan keluarga ia tetap bersyukur karena ada Ayah yang selalu memberinya kasih sayang.

Baru saja masuk ia sudah mendengar celotehan menyakitkan dari mama nya. "kamu memang anak yang menyusahkan, pulang membawa beban, kenapa manusia nggak berguna kayak kamu masih hidup? kenapa tuhan tidak mengambil nya? menyusahkan." ucap bunga

Tak asing lagi dengan rasa sakit yang terus menghujam hati Afgan, rasa sakit yang di salurkan oleh ibu nya sendiri. "Maaf ma, Afgan akan berusaha untuk nggak nyusahin mama." Afgan menunduk dalam, perlahan mata nya memburam karna air yang menggenang di pelupuk mata Afgan.

Bunga menatap Afgan benci. "Apa yang mau kamu lakukan Afgan? selama ini kamu hanya menyusahkan, walaupun nilai kamu bagus hal itu nggak akan bisa merubah apa pun."

"Sebenarnya Afgan salah apa, Ma? Afgan menyusahkan atas dasar apa? apa yang membuat Mama benci sama Afgan? Afgan mau di sayang sama mama." lirih Afgan, terdengar menyakitkan, Bunga hanya bergeming, ia tak tahu harus berbuat apa, wanita itu pun memilih pergi meninggalkan Afgan yang sedang menangis.

Jika kalian menganggap Afgan lemah, itu tidak lah benar, pada dasarnya cinta pertama anak lelaki adalah ibunya, jika ibu tak menyayangi akan sesakit apa anak lelaki itu? Afgan selalu lemah berhadapan dengan Mama nya, lelaki itu tak pernah melawan sekalipun hati nya di sakiti.

"Ma, Afgan besok ikut perlombaan Paskibra, Mama datang ya?"

"Mama nggak ada waktu untuk kamu!" tegas Wanita itu.

"Afgan hanya minta sekali ini Ma, apa mama sama sekali nggak ada waktu, tunda sebentar aja pekerjaan Mama." Afgan tak menyerah untuk membujuk Mama nya, namun tetap saja Bunga tak kan pernah mau membagi waktu untuk putranya.

"Kamu ngatur saya hah!? pekerjaan saya lebih penting daripada kamu!" setelah mengatakan itu Bunga pergi ke kamarnya, Afgan hanya menatap kepergian bunga dengan tatapan kecewa.

Afgan tak menyadari bahwa Papa nya sudah menyaksikan perdebatan kecil itu sedari tadi. Evan menghampiri Afgan yang sedang terpuruk itu, untuk menyemangati putranya.

"Papa yang akan datang ke acara perlombaan kamu." Evan merangkul Afgan dan menepuk lengan Afgan.

Afgan tersentak kaget karna kedatangan paa nya yang tiba tiba, Afgan diam dan menunduk dada nya sesak ia tak ingin menangis namun air mata terlanjur turun membasahi pipi nya.

Evan menyadari Afgan menangis pun langsung memeluk lelaki itu, mengusap punggung Afgan. "Mama kamu hanya butuh waktu, percaya sama Papa suatu saat Mama akan terima kamu."

Afgan terisak lagi dan lagi ia menangis di pelukan Papa nya.

"Kenapa Afgan nggak dapat kasih sayang dari mama? Afgan anak lelaki yang ingin di sayangi oleh mama."

Hati Evan sangat sakit melihat anak malangnya, mengapa? mengapa nasib Afgan sama seperti Evan? harusnya sudah cukup Evan saja yang merasakan sakit nya di benci oleh ibu sendiri.

"Afgan Anak Papa yang kuat, walaupun kamu tidak mendapatkan kasih sayang dari Mama, setidaknya kamu masih punya Papa yang selalu ada untuk kamu, Papa sayang sama Afgan, sayang sekali Papa janji nggak akan tinggalin Afgan." Afgan mengurai pelukan nya dan mengusap bekas air mata nya.

"janji?"

"Papa berjanji, tapi Papa tidak tahu apakah tuhan menepati janji Papa?" ujar Evan yang membuat Afgan terdiam. Ia berpikir apakah Papa nya akan menemani nya selalu? atau Papa nya akan pergi tatkala dunia nya sedang hancur?

"Papa bisa berjanji tapi tuhan yang menepati."

"Kalau nggak ada Papa siapa yang akan menampung kesedihan ku? siapa yang akan memberi ku nasihat di saat aku sedang berada di fase terluka?"

"Ada Allah yang selalu ada buat kamu, ingat tuhan selalu ada disaat hamba nya terluka maupun sedang bahagia, kamu harus kuat sampai bahagia itu datang."

"Afgan bahagia lahir di keluarga ini, aku bahagia punya papa, aku bahagia punya mama, dan Vanessa."

Evan tersenyum, ia bangga dengan sifat Afgan yang sama sekali tak membenci Bunga, padahal Bunga lah yang menoreh luka dalam batin maupun hati Afgan.

"Jika nanti kamu sudah menikah, ratukan lah istri mu, jadikan dia permata yang sangat berharga, jangan sakiti hatinya karna menyakiti hati nya sama saja kamu menyakiti hati Ayah nya. Karna cinta pertama anak perempuan adalah Ayah."

~TBC~

vote and komen jadilah readers terbaik

AFGAN AND FLORA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang