04. SIAL DI PAGI HARI

30 4 2
                                    

"lika liku kehidupan adalah bahagia, kecewa,
dan luka
jadi jangan terkejut bila kamu merasakan itu semua."

~Keisha Aprylia~

BAB 04. SIAL DI PAGI HARI

Disebuah ruangan yang megah, ruangan ini tempat berkumpulnya inti AFORTAS yang biasa di sebut markas untuk membicarakan hal hal penting.

Seperti sekarang ini mereka tengah membicarakan perihal balapan yang akan diadakan pada malam rabu nanti. Mereka akan melawan gang Amorfos. Amorfos adalah satu satunya musuh besar AFORTAS.

Mereka bersaing dengan sengit, sebab Amorfos ingin merebut kembali kedudukan nya sebagai gang terhebat di ibu kota yaitu Jakarta.

Setiap bulannya mereka akan mengadakan balapan yang akan membuktikan siapa yang layak untuk menduduki gang terhebat. Jikalau Afortas kalah maka mereka tersingkirkan dan tak kan menjadi gang terhebat.

Namun, alih alih sang ketua serius dalam membicarakan persiapan balapan, Afgan malah melamun dengan tatapan kosong, Reza, Abrian, Mahesa, Farhan dan Renzo tentu tau apa penyebab Afgan melamun.

Tanpa sadar mata Afgan mengeluarkan air mata, sesedih itu kah Afgan?. Niko dapat melihat Afgan yang menangis dengan tatapan kosong, juga Abrian dan Renzo yang melihat nya.

"Lelaki jarang sekali menangis jika dia sudah menangis berarti luka itu teramat sakit." Ucap Zio sembari memandangi Afgan yang lagi lagi mengeluarkan air mata.

"- dan lelaki jarang sekali menangis karna perempuan, jika lelaki menangisi perempuan berarti lelaki itu sangat sayang kepada perempuan tersebut." Lanjut Zio yang membuat Abrian tercengang. Pasalnya Zio tak pernah sebijak ini.

Reza berjalan menuju sofa yang diduduki oleh Afgan. Abrian yang masih di samping niko bertepuk tangan dengan penuturan yang di ucapkan Niko barusan.

"Ngapain lo? Nggak ada yang menang lomba." Kata Zio kesal. Abrian yang tadi menunjukan wajah kagum berubah, menjadi muka tak bersahabat.

"Kerasukan setan apa lo bisa sepintar ini merangkai kata kata?" Tanya Abrian, Zio membuang muka jengah, kemudian ia memilih untuk menghampiri Afgan dan Reza.

"Lo cuma perlu mengikhlaskan dan terbiasa." Ucap Reza, Afgan jelas tak semudah itu untuk memudarkan rasa sayang kepada Lyora.

Sudah terlalu lama ia melewati hari hari bersama Lyora, saat gadis itu sedang kesepian jika orang tua nya sedang sibuk, Lyora sering sekali kesepian sebab orang rumah jarang sekali pulang. Mama dan papa yang sibuk bekerja dan abang nya yang sibuk kuliah.

Afgan yang selalu ada untuk Lyora saat cewek itu kesepian, Lyora benci kesepian Lyora ingin sekali pergi dengan teman nya namun, begitu lah teman teman nya selalu ber alasan jika Lyora mengajak untuk keluar.

Lantas, jik Afgan pergi, siapa yang akan menemani nya? Siapa yang akan mengajak nya keluar rumah sekedar ke mall atau ke pasar malam. Lyora tak berani pergi sendiri, ia takut jika di jalan bertemu dengan badut yang perut nya besar serta rambut yang keriting dan warna warni.

Ah! Lyora takut akan bertemu dengan badut.

Afgan juga tak ingin kehilangan Lyora. Bagi Afgan Lyora adalah penyemangat nya, saat ia sedang lelah dengan perjuangan nya yang tak di hargai oleh mama. Bahkan Lyora lah orang pertama yang begitu bangga dengan Afgan.

Bagi Lyora, Afgan adalah lelaki kuat dengan segala perjuangan nya, cowok itu berjuang hanya karna ingin membanggakan mama nya, tetapi justru mama nya tidak bangga melihat Afgan yang pintar, ketua osis, ketua paskibra, kurang apa coba?.

AFGAN AND FLORA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang